Tradisi Gerebeg Apem Sambut Ramadan di Jombang, Ini Maknanya

Tradisi Gerebeg Apem Sambut Ramadan di Jombang, Ini Maknanya

Katherine Yovita - detikJatim
Kamis, 27 Feb 2025 16:30 WIB
gerebeg apem
Tradisi Gerebeg Apem di Jombang. Foto: Enggran Eko Budianto
Jombang -

Jelang Ramadan, warga Jombang kembali menggelar tradisi Gerebeg Apem yang kaya makna filosofis dan nilai-nilai keislaman. Lebih dari sekadar membagikan kue apem, tradisi ini menjadi simbol permohonan ampunan serta penyucian diri agar dapat memasuki bulan suci dengan hati yang bersih.

Ribuan warga memadati kawasan Masjid Agung Baitul Mukminin, tempat utama pelaksanaan acara, untuk mengikuti prosesi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tak hanya menjadi bagian dari identitas budaya Jombang, Gerebeg Apem juga mencerminkan kearifan lokal yang berpadu dengan ajaran Islam.

Apem yang dibagikan melambangkan rezeki dan keberkahan, sekaligus mengingatkan pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan, terutama di bulan Ramadan. Lantas, seperti apa sejarah dan makna mendalam dari tradisi ini bagi masyarakat?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Gerebeg Apem Jombang 2025

Pada 26 Februari 2025, masyarakat Jombang dengan antusias meramaikan tradisi Gerebeg Apem dalam rangka menyambut tarhib Ramadan 1446 Hijriah. Acara yang berlangsung di depan Masjid Agung Baitul Mukminin ini menampilkan lima tumpeng raksasa berwarna-warni, serta aneka jajanan tradisional yang tersaji di nampan besar.

Tak hanya itu, Gerebeg Apem juga melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama dan budaya, aparat pemerintah, komunitas Islam, hingga anak-anak yatim binaan Baznas, yang turut serta dalam kemeriahan acara penuh makna ini.

ADVERTISEMENT

Makna Tradisi Gerebeg Apem Jombang

Meskipun diselenggarakan dengan perayaan yang meriah dan spektakuler, tradisi Gerebeg Apem bukan sekadar festival atau pertunjukan semata. Lebih dari itu, tradisi ini sarat makna filosofis dan nilai-nilai ajaran Islam yang menarik untuk dikulik. Kira-kira bagaimana maknanya?

Tradisi Gerebeg Apem atau yang biasanya juga dikenal sebagai Megengan merupakan salah satu agenda rutin di Kabupaten Jombang, yang dilaksanakan untuk menyambut bulan suci Ramadan. Momen ini mengajak muslim untuk berefleksi dan menyucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa secara serentak.

Dilansir dari laman Kabupaten Jombang, tradisi ini mencerminkan ungkapan syukur dan permohonan maaf menjelang Ramadan. Juga sebagai pengingat pentingnya menjaga silaturahmi dan memperkuat nilai-nilai keislaman. Masyarakat diajak memohon ampun dan saling memaafkan agar bisa menyambut Ramadan dengan hati bersih dan penuh berkah.

Salah satu ciri khas yang terdapat pada tradisi ini adalah kue apem, jajanan tradisional dari Jawa yang memiliki rasa perpaduan gurih dan manis. Istilah 'apem' sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni 'afwan', yang memiliki arti maaf atau memohon ampunan kepada Allah SWT.

Tradisi Gerebeg Apem bukan hanya menjadi identitas budaya yang menarik wisatawan, tetapi sarat makna simbolis. Apem yang dibagikan dalam tradisi ini melambangkan rezeki dan keberkahan, sekaligus pengingat bahwa bulan Ramadan seharusnya dijalani dengan penuh keikhlasan dan kebaikan, layaknya rasa manis yang melekat pada kue apem.

Dikutip dari Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sosiologi Universitas Insan Budi Utomo (UIBU) yang berjudul "Tradisi Tahunan Gerebeg Apem di Kabupaten Jombang sebagai Simbol Kebersamaan dan Keberkahan", terdapat beberapa makna simbolis selama prosesi dilaksanakannya tradisi Gerebeg Apem, di antaranya sebagai berikut.

  • Kue apem, sebagai lambang keberkahan, rezeki, dan kehidupan manis. Selain itu, kue apem juga mencerminkan permohonan maaf kepada Allh SWT dan sesama.
  • Gunungan apem, melambangkan kelimpahan dan harapan agar masyarakat senantiasa diberikan kehidupan yang sejahtera dan makmur.
  • Pembuatan kue apem secara bersama-sama, dengan mengedepankan nilai gotong royong, kegiatan ini memperkuat ikatan sosial di antara ikatan masyarakat yang terlibat.
  • Pembagian kue apem kepada masyarakat secara merata menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga. Pembagian kue apem dilakukan secara merata tanpa memandang status sosial dan ekonomi, dengan harapan semua orang berhak menerima berkah yang setara.

Partisipasi aktif setiap bagian masyarakat dalam menyukseskan acara Gerebeg Apem juga menggambarkan rasa saling memiliki dan ikatan sosial yang kuat. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat Jombang menjunjung tinggi kekuatan kolektif untuk menjaga warisan kearifan lokal agar selalu terpelihara.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads