Panembahan Senopati adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam sekaligus pemimpin pertamanya. Dalam masa pemerintahannya, Panembahan Senopati pernah menaklukkan Madiun. Kisah penaklukan Madiun oleh Panembahan Senopati ini begitu menarik.
Mengapa menarik? Pasalnya, selain perang adu tanding, sosok yang dimitoskan menjadi suami Nyi Roro Kidul itu berhasil mengimplementasikan strategi cerdik untuk mengelabui musuhnya. Tak hanya berhasil menaklukkan Madiun, Panembahan Senopati pun membawa pulang seorang istri, yakni Retno Dumilah.
Penasaran bagaimana sepak terjang Panembahan Senopati dalam menaklukkan Madiun? Yuk, simak kisahnya di bawah ini yang dikutip dari buku 'Babad Tanah Jawi' karya W.L. Olthof.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramalan Sunan Giri untuk Mataram Islam
Saat itu, pemerintahan Mataram Islam sedang dalam masa sejahtera. Panembahan Senopati mengirim utusan ke Sunan Giri. Ia ingin memastikan apakah perkataan Sunan Giri kepada Jaka Tingkir dahulu adalah sebuah kebenaran.
Dahulu, Sunan Giri berkata kepada Jaka Tingkir bahwa nantinya seluruh Jawa akan tunduk di bawah kekuasaan Mataram Islam. Jika ingin membuktikan omongan itu, maka penguasa Mataram diminta untuk menyerbu Bang Wetan (wilayah timur seperti Surabaya, Lamongan, Gresik, dan lainnya).
Setelah memastikan kebenaran perkataan Sunan Giri, maka utusan Panembahan Senopati itu kemudian kembali ke Mataram. Ia lantas menceritakan semuanya pada sang raja.
Bertemunya Panembahan Senopati, utusan Sunan Giri, dan Pangeran Surabaya setelah mendapat jawaban atas pertanyaannya, Panembahan Senopati lantas mengumpulkan prajurit. Adipati Pati, Demak, dan Grobogan turut dipanggil untuk berpartisipasi.
Berangkatlah pasukan itu pada bulan Muharam. Angkatan perang Mataram Islam itu kemudian mengambil posisi di wilayah Japau. Mendengar berita mobilisasi itu, Pangeran Surabaya bergegas menghimpun pasukan.
Pangeran Surabaya memanggil Bupati Tuban, Sedayu, Lamongan, Gresik, hingga Pakacangan. Semuanya berangkat membawa pasukan ke Japau. Belum sampai Perang Campuh meletus, utusan Sunan Giri unjuk diri.
Panembahan Senopati dan Pangeran Surabaya dipanggil oleh utusan tersebut. Di dalam tenda, sang utusan menyebut bahwa Sunan Giri tak mengizinkan pertumpahan darah. Keduanya disuruh memilih antara isi atau wadah.
Panembahan Senopati memilih wadah, sedangkan Pangeran Surabaya memilih isi. Ternyata, makna wadah adalah negara, sementara isi adalah warganya. Sunan Giri kemudian yakin bahwa Bumi Timur memang ditakdirkan untuk Mataram Islam. Perang pun terhindar untuk sementara waktu.
Taktik Cerdik Panembahan Senopati dan Adipati Mandaraka
Tak lama kemudian, Bupati Madiun bersekutu dengan bupati wilayah Bang Wetan yang masih memiliki niat untuk melawan Panembahan Senopati. Pasukan berjumlah besar kemudian dihimpun di wilayah Madiun.
Mendengar hal tersebut, Panembahan Senopati bersama Adipati Mandaraka dan bala tentaranya tanpa gentar langsung berangkat ke Madiun. Kedua pasukan berhadap-hadapan dengan hanya dipisahkan oleh sungai.
Mengetahui jumlah pasukan musuh yang demikian besar, kedua petinggi Mataram tersebut memutar otak. Setelah berpikir sejenak, keduanya memutuskan untuk memanggil Nyai Adisara.
Nyai Adisara adalah seorang abdi perempuan yang begitu cantik. Ia diperintahkan untuk pergi kepada Panembahan Madiun dan menyerahkan surat tanda menyerah dari Panembahan Senopati. Tujuan manuver ini adalah melemahkan kewaspadaan pasukan Madiun dan sekutunya.
Jalannya Rencana Cerdik Panembahan Senopati
Adisara kemudian berdandan secantik mungkin dan pergi menghadap. Panembahan Madiun sejatinya adalah putra Sultan Demak dan mempunyai seorang putri cantik bernama Retno Dumilah.
Retno Dumilah hanya mau dipersunting jika ada menantu yang disembah mertuanya. Selain itu, calon suaminya juga tidak boleh terluka jika diiris dengan pisau cukur miliknya.
Ketika mendengar isi pesan Panembahan Senopati dari mulut Nyai Adisara, Panembahan Madiun lantas memerintahkan para bupatinya untuk bubar dan kembali ke wilayah masing-masing. Timbullah keraguan, beberapa bupati masih sangsi dan tidak percaya dengan berita menyerahnya Senopati.
Agar lebih meyakinkan, Nyai Adisara bahkan meminta air cucian kaki Panembahan Madiun untuk mandi dan diminum. Bujuk-rayunya berhasil hingga Panembahan Madiun mengangkat Panembahan Senopati sebagai anak angkatnya.
Serangan Mendadak Bala Tentara Mataram Islam
Di sisi lain, Panembahan Senopati sedang pergi menemui Sunan Kalijaga. Dirinya meminta baju yang tidak tembus peluru untuk berperang. Sunan Kalijaga pun memberinya baju Kyai Goendil yang begitu tangguh.
Sekembalinya ke perkemahan, terlihat pasukan Madiun sedang lengah. Beberapa bahkan tak lagi nampak karena telah mundur ke wilayahnya masing-masing. Keesokannya, tiba-tiba Senopati menyerbu. Pasukan musuh kocar-kacir dan banyak yang bergelimpangan.
Panembahan Senopati berperang dengan gagah berani. Ia berperang dengan kudanya, Puspa Kencana. Ia terus berperang sembari menaiki kudanya yang telah mati. Akibat efek kejut itu, pasukan Madiun berhamburan kabur.
Pasukan Mataram tak menghentikan gerakannya dan terus merangsek hingga tiba di depan Kedaton Madiun. Kondisi di Madiun begitu memprihatinkan. Rumah-rumah dijarah dan para wanita direbut oleh prajurit Mataram.
Retno Dumilah dan Panembahan Senopati
Sebelum pergi meninggalkan Kedaton Madiun, Panembahan Madiun menceritakan niat sebenarnya Panembahan Senopati datang ke tempat itu. Bahwa sang raja ingin mempersunting Retno Dumilah. Panembahan Madiun kemudian mengungsi bersama istrinya ke Wirasaba.
Mendengar hal demikian, Retno Dumilah menangis tersedu-sedu. Ia diberi keris bernama Gumarang peninggalan ayahnya. Retno Dumilah kemudian berpakaian ala laki-laki, memegang pistol, keris siap tersarung di tubuhnya, dan duduk di tengah kedaton.
Ketika masuk ke dalam kedaton, Panembahan Senopati ditembak di bagian dadanya, tetapi tidak mempan. Sang putri kemudian menyiapkan kerisnya dan bersiap menusuk Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati merasa takut lalu mengeluarkan bujuk rayunya. Putri tersebut hilang marahnya. Ia berkata bahwa jika Senopati tahan diiris pisau pencukur miliknya, maka dirinya rela untuk dipersunting.
Ketika diiris, ternyata kulit Senopati tak terluka barang sedikit pun. Menepati janjinya, Retno Dumilah dipersunting oleh Panembahan Senopati. Penaklukkan Madiun pun selesai.
Demikian kisah Panembahan Senopati yang menaklukkan Madiun sekaligus mendapat istri yakni Retno Dumilah. Semoga cerita di atas dapat menambah wawasan, ya!
(aku/dil)
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa