Museum Perjuangan Jogja menjadi salah satu dari sekian banyak museum yang ada di Jogja. Berbagai koleksi disuguhkan di sini, di antaranya adalah tempat tidur Ir Soekarno dan tas kulit milik Mohammad Hatta.
Kepala Unit Museum Perjuangan Madrohi (52) mengatakan, museum ini berdiri sejak tahun 1961.
"Bangunan ini resmi selesai dibangun dan resmi dibuka sebagai museum itu kan 1961," kata Madrohi saat ditemui di Museum Perjuangan, Jalan Kolonel Sugiyoo, Brontokusuman, Mergangsan, Jogja, Senin (27/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Museum Perjuangan ini dibangun untuk mengapresiasi semangat para pemuda yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Tema yang diusung museum adalah 'Wahana Pengenalan Sejarah Bagi Generasi Muda'.
"Jadi prinsipnya kalau museum itu idenya dari mengapresiasi semangatnya para pemuda. Makanya tema yang kita usung saat ini di Museum Perjuangan adalah 'Wahana Pengenalan Sejarah Bagi Generasi Muda', jadi biar anak-anak muda sekarang itu tidak enjoy dengan kondisi sekarang, tetapi sekarang bisa seperti ini itu karena siapa sih," terang Madrohi.
Arsitektur Bangunan Museum Padukan Gaya Romawi-Timur
Berdasarkan selebaran informasi dari pihak museum, arsitektur bangunan museum merupakan perpaduan antara gaya Romawi dengan model timur. Gaya Romawi terlihat dari bagian atas bangunan, sedangkan model timur terlihat dari candi-candi di Indonesia yang terletak di bagian bawah bangunan.
Bangunan museum berbentuk round temple atau bulat silinder. Bangunan atap menyerupai bentuk topi baja Amerika dengan ornamen hiasan lima buah bambu runcing dan lima buah trap.
Pada bagian pintu masuk museum, terdapat 17 anak tangga, 8 buah daun pintu, dan 45 buah jendela yang secara filosofis dihubungkan dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
"Tangganya tuh digambarkan ada 17 tangga menggambarkan peristiwa kemerdekaan. Kemudian daun pintunya itu ada 8, kemudian jendelanya ada 45 itu menggambarkan itu (kemerdekaan). Kemudian ada relung-relung itu kobaran api artinya semangat juang pantang menyerah," cerita Madrohi.
Museum Perjuangan memiliki dua lantai bangunan. Bangunan lantai pertama menggambarkan tentang transaksi mata uang. Namun, saat ini koleksi mata uang di museum ini sedang difumigasi atau dikonservasi. Sedangkan untuk lantai kedua atau bangunan atas museum menggambarkan kedatangan bangsa asing sampai dengan peristiwa kembalinya Indonesia dalam penggunaan UUD 1945.
![]() |
Koleksi Utama Museum Perjuangan
Madrohi menuturkan, Museum Perjuangan juga menyimpan koleksi meja, kursi, dan tempat tidur yang pernah dipakai oleh Ir Soekarno ketika diculik di Rengasdengklok.
"Meja kursi kemudian tempat tidur yang dipakai Bung Karno di Rengasdengklok ada di tempat kami juga. Itu bagian dari koleksi masterpiece kami, meja, kursi, dan tempat tidur ketika dipakai Bung Karno waktu di Rengasdengklok," terang dia.
Ada sekitar 2.000 koleksi di Museum Perjuangan. Namun, beberapa koleksi ada yang tersimpan di penyimpanan, dan hanya ratusan koleksi yang dipamerkan untuk dipajang dan dinikmati pengunjung.
"Kalau Museum Perjuangan kisaran 2 ribuan (koleksi). Iya (termasuk yang di storage), dipamerin kecil banget paling berapa ratus," ujar pria kelahiran Jawa Barat tersebut.
Madrohi menjelaskan, tidak semua koleksi museum dapat dipamerkan. Ada beberapa pertimbangan seperti sudut pandang penglihatan, ruang untuk pengunjung berdiri dan menikmati koleksi, serta pencahayaan.
Oleh karena itu, beberapa koleksi museum dikeluarkan sesuai momentum tertentu. Misalnya memasuki perayaan Natal ini, maka pihak museum akan mengeluarkan beberapa koleksi yang menggambarkan perjuangan orang-orang Nasrani yang juga ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia.
"Makanya mobile, itu tadi kita sesuaikan tema, makanya bergantian terus diganti (koleksi) terus. Jadi kami itu kalau belajar dari museum-museum di luaran sana itu kan bisa empat bulan sekali atau enam bulan sekali ganti tema," terang dia.
Dalam mengenalkan museum kepada masyarakat luas, Museum Perjuangan memanfaatkan sosial media untuk promosi. "Kami juga harus bisa memanfaatkan medsos untuk promosi untuk marketing kami," ujar Madrohi.
Dia menerangkan Museum Perjuangan semula dikelola Pemprov DIY namun karena keterbatasan biaya maka pengelolaannya diserahkan ke Benteng Vredeburg. Kini Museum Perjuangan pun sudah menjadi unit tersendiri di bawah Benteng Vredeburgh.
"Nah sampai sekarang (Museum Perjuangan) di bawah Benteng Vredeburg. Hanya saja sejak Mei 2023 ini Museum Perjuangan ini menjadi unit tersendiri. Jadi ibaratnya pisah dengan benteng. Jadi di benteng ya unit sendiri, kita Museum Perjuangan juga unit sendiri," tambahnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Upaya Ubah Image Lewat Gerakan Nasional Cinta Museum
Pemerintah Indonesia mulai memperhatikan museum di tahun 2010 dengan menggalakkan program Gerakan Nasional Cinta Museum pada kurun waktu 2010-2015. Gerakan ini merupakan upaya mengubah paradigma masyarakat tentang keberadaan museum.
"Kami berusaha berjuang bagaimana mengubah image masyarakat kalau museum itu (dari) tempat gudang rongsokan, pengap, gelap menjadi kalau datang ke museum itu (dapat) sesuatu yang menyenangkan, santai tapi dapat sesuatu gitu lho. Mengubah itu susah, belum lagi di kita kalau sesuatu yang berbayar itu sudah antipati. Padahal di sini pengunjung umum hanya Rp 3.000 pelajar Rp 2.000 rombongan pelajar hanya Rp 1.000 kan murah banget," jelasnya.
Dia berharap masyarakat gemar berkunjung ke museum. Dia mengakui mengubah mindset masyarakat tentang museum menjadi salah satu tantangan pengelola museum.
"Jadi tantangan kami seperti itu (mengubah persepsi masyarakat jika museum adalah lembaga non-profit) sementara kami sendiri butuh hidup. Saat ini, kami prinsipnya siapa pun datang ke sini kita sambut dengan baik, jangan sampai mereka kecewa, bagaimana memberi edukasi kepada masyarakat dengan baik," katanya.
"Makanya penyebutan di kami guide pemandu itu edukator bukan guiding bukan guide, soalnya di dalamnya harus memberikan muatan-muatan terkait edukasi kepada masyarakat," lanjutnya.
Dia mengungkap dalam sebulan ada sekitar 200-300 pengunjung yang datang ke Museum Perjuangan. Madrohi menyebut pihaknya bekerja sama dengan biro perjalanan untuk meningkatkan pengunjung. Dia optimistis dengan kerja sama ini wisatawan yang datang ke Jogja bisa berkunjung ke Museum Perjuangan.
"Yah justru itu, biasanya biro perjalanan wisata itu tersambung dengan dinas pariwisata provinsi maupun Kota Jogja, itu pasti. Mereka pun, orang-orang dinas, mewajibkan siapapun yang datang ke Jogja harus berkunjung minimal satu museum. Memang museum tidak bisa berdiri sendiri, harus menggandeng pihak-pihak terkait," katanya.
"Kami yakin pemasukan di wisata ini bisa ditingkatkan. (Karena) Sektor wisata dari tahun ke tahun, lama kunjungannya makin banyak, duit yang dikeluarkan di Jogja otomatis makin banyak," ujar Madrohi.
![]() |
Operasional Museum Perjuangan
Sebagai informasi, Museum Perjuangan Jogja buka dari hari
Operasional:
- Senin-Kamis mulai pukul 08.00 - 16.00 WIB.
- Jumat mulai 08.00 WIB hingga 16.30 WIB.
- Sabtu-Minggu dan hari libur nasional tutup.
Harga Tiket:
- Wisatawan mancanegara Rp 10.000
- Dewasa perorangan Rp 3.000,
- Dewasa rombongan Rp 2.000,
- Anak-anak perorangan Rp 2.000,
- Anak-anak rombongan Rp 1.000.
Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Galardialga Kustanto Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu