Makna Pohon Asam Jawa, Banyak Ditanam di Sepanjang Sumbu Filosofi Jogja

Makna Pohon Asam Jawa, Banyak Ditanam di Sepanjang Sumbu Filosofi Jogja

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Senin, 27 Nov 2023 15:32 WIB
Pohon gayam dan asam jawa yang jadi perindang di Jalan Malioboro Jogja. Foto diambil Rabu (20/9/2023).
Foto: Pohon gayam dan asam jawa yang jadi perindang di Jalan Malioboro Jogja. Foto diambil Rabu (20/9/2023). (Anandio Januar/detikJogja)
Jogja -

Pohon asam merupakan salah satu jenis tanaman yang kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Buahnya, yakni asam Jawa banyak digunakan dalam berbagai kuliner tradisional khas Jawa. Tapi detikers tahu nggak sih, pohon yang satu ini ternyata punya makna filosofinya sendiri, lho!

Pohon asam memiliki nama ilmiah Tamarindus indica dan berasal dari benua Afrika. Lantas, mengapa tumbuhan ini disebut sebagai asam jawa? Disebutkan dalam laman Keanekaragaman Hayati DIY, penamaan tersebut berangkat dari pemanfaatan buahnya yang sering dimasukkan sebagai bumbu masakan Jawa.

Karena tajuknya yang lebar, pohon asam banyak ditemui di sepanjang tepi jalan untuk difungsikan sebagai peneduh. Kayunya pun cocok digunakan sebagai bahan mebel karena sifatnya yang berat dan awet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Pohon Asam

Dikutip dari buku Morfologi, Taksonomi dan Filosofi Tumbuhan oleh Anna Fitrianingsih, pohon asam termasuk ke dalam famili Fabaceae, genus Tamarindus, dan spesies Tamarindus indica. Pohonnya berukuran besar dengan tinggi dapat mencapai 30 meter dan diameter pangkal pohon mencapai 2 meter.

Kulit batang pohon asam berwarna cokelat keabu-abuan, kasar, dan beralur vertikal. Jenis daunnya majemuk menyirip genap dengan panjang 5-13 cm. Pohon yang satu ini selalu tampak hijau karena tidak mengalami masa gugur daun.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, buah asam atau juga disebut asam jawa berbentuk polong dan dapat berbiji hingga 10 butir. Ketika masih muda, daging buahnya berwarna putih kehijauan. Namun saat telah masak, warnanya berubah menjadi merah kecokelatan hingga hitam.

Pohon asam merupakan jenis tumbuhan tropis. Oleh karena itu, pohon ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian hingga 1500 mdpl di atas tanah berpasir atau tanah liat, terutama di daerah yang memiliki musim kemarau cukup panjang.

Filosofi Pohon Asam

Masih diambil dari sumber yang sama, pohon asam dalam Bahasa Jawa berasal dari kata nengsem atau nengsemake yang artinya menyenangkan. Daunnya yang lebar juga disebut sebagai sinom yang bermakna muda. Oleh karena itu, pohon asam identik dengan masa muda yang menyenangkan.

Bagi beberapa masyarakat, bagian hitam kayu terasnya yang disebut dengan galih asam dipercaya memiliki kekuatan untuk menolak bala dan memberikan keselamatan. Inilah mengapa galih asam sering kali dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pusaka seperti sarung keris atau tongkat komando.

Dalam cerita pewayangan, kayu pohon asam digunakan sebagai bahan untuk membuat tusuk konde Werkudara atau Bima. Penggunaan tusuk konde dari kayu asem ini menyimbolkan bahwa sifat Werkudara selalu menyenangkan atau nengsemake.

Tokoh wayang Werkudara juga hanya melakukan tindakan yang memberikan kebahagiaan yang pada dasarnya berarti melakukan perbuatan baik. Pesan tersirat dari tumbuhan asam jawa ini mengingatkan untuk selalu menunjukkan perilaku yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari, selalu melakukan kebaikan, dan menjauhi kebiasaan buruk.

Termasuk Vegetasi dalam Sumbu Filosofi Jogja

Di Jogja, pohon asam banyak ditanam di sepanjang sumbu filosofi yang meliputi Panggung Krapyak, Alun-alun Selatan, Kraton, Alun-alun Utara, dan Tugu. Selain itu, pohon ini juga sering dijumpai bersamaan dengan pohon tanjung di pinggir ruas Jalan Margo Utama, Jalan Malioboro, Jalan Margo Mulyo, dan Jalan D.I. Panjaitan. Mengapa?

Selain merujuk pada filosofi di atas, pohon asem juga termasuk ke dalam vegetasi yang terdapat dalam Serat Salokapatra. Menurut buku Makna Simbolik Tumbuh-tumbuhan dan Bangunan Kraton Suatu Kajian terhadap Serat Salokapatra oleh Sunyata dkk., Serat Salokapatra memuat segala mitos bangunan dan flora yang ada di lingkup Keraton Jogja.

Demikian penjelasan mengenai filosofi pohon asam jawa yang ternyata memiliki makna mendalam. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apu/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads