Unik! Pekan Budaya Difabel 2023 Pakai Sampah untuk Alat Transaksi

Unik! Pekan Budaya Difabel 2023 Pakai Sampah untuk Alat Transaksi

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Senin, 13 Nov 2023 18:48 WIB
Suasana para penyandang disabilitas melukis bersama pelukis kondang Nasirun di kediamannya, Kasihan, Bantul, Senin (13/11/2023).
Unik! Pekan Budaya Difabel 2023 Pakai Sampah untuk Alat Transaksi Foto: Suasana para penyandang disabilitas melukis bersama pelukis kondang Nasirun di kediamannya, Kasihan, Bantul, Senin (13/11/2023). (Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Bantul -

Pekan Budaya Difabel (PBD) 2023 kembali bergulir akhir bulan November hingga awal Desember. Uniknya, PBD tahun ini meminta pengunjung membawa sampah plastik sebanyaknya sebagai alat transaksi di bazar PBD.

Ketua Panitia PBD 2023 Broto Wijayanto mengatakan, PBD tahun ini mengambil tempat di Desa Wisata Rumah Domes, Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman mulai 27 November hingga 3 Desember. Selain itu, PBD tahun ini mengusung tema 'Obah Mamah Mingset Greget'.

"Tema 'Obah Mamah Mingset Greget' dipilih karena menunjukkan adanya rangkaian perjalanan dari tema-tema PBD sebelumnya," kata Broto di kediaman pelukis Nasirun, Kasihan, Bantul, Senin (13/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara rinci, Broto menyebut,PBD tahun 2019 mengusung tema 'Titik Balik'. Semua itu mengandung arti bahwa teman-teman disabilitas di Jogja menemukan titik balik untuk menjadi seseorang yang lebih percaya diri dan lebih mampu untuk bergaul di tengah masyarakat.

"Tema PBD di tahun berikutnya menjelaskan keragaman, kemampuan mereka. Di mana teman-teman disabilitas memiliki kemampuan yang berbeda-beda," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Berikutnya tema 'Gemati' pada 2021 yang berarti saat mereka memiliki kemampuan maka dipeluk dengan hati sehingga mereka merasa nyaman. Ketika nyaman mereka merasakan ayem tentrem seperti tema PBD 2022, yakni 'Ngayomi Ngayemi'.

"Nah, sekarang ketika sudah dipeluk pakai hati kemudian hati mereka senang dan bahagia berlanjut ke tema 'obah mamah mingset greget'. Jadi poin utamanya di ketahanan pangan, kalau hatinya sudah senang tapi tidak bisa makan sama saja," ujarnya.

Hari ini, kata Broto, teman-teman penyandang disabilitas melukis bersama pelukis kondang Nasirun. Nantinya, hasil dari melukis bersama ini bakal mejeng di ruang pameran PBD.

"Nanti juga ada sastra bisu, yaitu audio hasil karya teman-teman tunanetra berupa puisi, cerpen dan lain sebagainya yang kemudian direkam. Nanti, siapapun yang disana bisa menggunakan earphone untuk menikmati hasil karya mereka," katanya.

Selain itu, Broto menyebut akan ada galeri terapi di PBD 2023. Galeri tersebut berisi para tunanetra yang akan memijat pengunjung PBD.

"Lalu kita punya galeri terapi, teman-teman netra bisa memijat teman-teman yang datang. Ini bukan menunjukkan kalau netra bisanya hanya pijat ya, tapi itu salah satu yang mereka miliki selain kesenian yang akan ditampilkan," ucapnya.

Teknis penggunaan sampah untuk transaksi bisa dibaca di halaman berikut

Transaksi Pakai Sampah

Tidak hanya galeri terapi, Broto menyebut ada hal yang lebih unik lagi saat PBD 2023. Di mana pihaknya bakal meminta pengunjung untuk membawa sampah anorganik sebagai alat transaksi di bazar PBD.

"Uniknya lagi, nanti para pengunjung yang datang bisa membeli apa yang ada di bazar dengan sampah. Kenapa? Karena kita mau mencoba menerapkan sebuah prinsip bahwa sampah harus dikelola," ucapnya.

Teknisnya, nanti pengunjung harus menyerahkan sampah di pintu masuk PBD 2023. Selanjutnya, banyaknya sampah bakal menentukan banyaknya kupon yang diperoleh untuk membeli di bazar PBD.

"Jadi nanti di pintu masuk ada bank sampah. Nah, kalau pengunjung bawa sampah misal sampah plastik atau botol plastik dapat kupon untuk beli di bazar, gitu," katanya.

"Dan tidak hanya meminta membawa sampah, kita nanti juga ada workshop pengelolaan sampah. Jadi biar masyarakat semakin sadar kalau sampah harus dipilah sebelum dibuang," imbuh Broto.

Sementara itu, Kepala Seksi Seni Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Aryanto Hendro Suprantoro menambahkan, PBD 2023 digelar sebagai bentuk menghargai satu sama lain.

"Artinya apa, kami melihat bahwa ketika kawan difabel mempunyai karya seni atau kreativitas apapun itu saya kira tidak hanya sekadar mengapresiasi dan menyampaikan rasa belas kasihan kepada mereka," ujarnya.

"Tetapi sesungguhnya kita menjadi tahu apa sebenarnya yang kita rasakan bersama-sama," lanjut Aryanto.

Menurutnya, semua itu membuktikan semua manusia setara di hadapan Tuhan. Selain itu agar sesama manusia lebih menghargai satu sama lain.

"Ketika kami hadir di tengah-tengah masyarakat kemudian memberi pelajaran kepada kita semua bagaimana kita harus berinteraksi, kita harus bersama-sama, duduk bareng dan berkarya bersama-sama. Sehingga kita tahu bagaimana cara menghargai teman-teman kita yang difabel," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(apu/ams)

Hide Ads