Momen Akrab Kampung Jogodayoh Gelar Merti Dusun Pertama Usai Pandemi

Momen Akrab Kampung Jogodayoh Gelar Merti Dusun Pertama Usai Pandemi

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Minggu, 27 Apr 2025 15:17 WIB
Suasana kirab dalam rangka merti dusun Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Minggu (27/4/2025).
Suasana kirab dalam rangka merti dusun Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Minggu (27/4/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Warga Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, menggelar merti atau bersih dusun pertama kali usai pandemi COVID-19. Uniknya, gunungan yang dikirab tidak dirayah melainkan dibagikan di empat penjuru dusun.

Ketua Panitia Merti Dusun Jogodayoh, Mugiyanta, menjelaskan merti dusun di Jogodayoh menjadi kegiatan rutin tahunan. Namun, semua itu terhenti akibat hantaman pandemi COVID-19 pada 2019 lalu.

"Merti dusun ini jadi yang pertama pascapandemi," katanya kepada wartawan di Bambanglipuro, Bantul, Minggu (27/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mugiyanta mengatakan warga berinisiatif kembali menggelar merti dusun karena mempertimbangkan tradisi kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan. Padahal kebudayaan itu harus diturunkan atau setidaknya dikenalkan kepada anak-cucu.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menyelamatkan atau merintis kembali yang hampir punah dalam kegiatan tradisi dalam kemasan modern," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Sehingga harapan kami kegiatan ini bisa membangun sebuah semangat dari generasi tua yang diwariskan ke generasi muda dengan nilai-nilai budaya yang tidak luntur di era modern," lanjut Mugiyanta.

Suasana kirab dalam rangka merti dusun Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Minggu (27/4/2025).Momen arak-arakan merti dusun Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Minggu (27/4/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Rangkaian acara merti dusun Jogodayoh, kata Mugiyanta, meliputi ziarah ke makam para sesepuh padukuhan, kirab budaya hingga doa bersama lintas umat agama. Selanjutnya ada hiburan, dan diakhiri makan bersama hasil bumi lokal.

"Ada enam gunungan yang dikirab, tapi nanti tidak dirayah dan dibagi-bagi. Karena kami ingin membangun sebuah kesadaran, dan kalau dirayah itu kesannya kurang baik," ucapnya.

Selain itu, Mugiyanta mengaku dalam pembagian hasil bumi pada gunungan tidak terpusat pada satu tempat. Menurutnya, ada empat titik yang menjadi tempat pembagian.

"Kita bagi empat penjuru, jadi tidak berpusat agar lebih aman dan nyaman saat membagi hasil bumi gunungan," katanya.




(ams/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads