Kaset Menolak Punah, Bukan Sekadar Barang Jadul

Kaset Menolak Punah, Bukan Sekadar Barang Jadul

Redella Reffa Herdianti - detikJogja
Senin, 20 Okt 2025 10:31 WIB
Potret kaset, CD, dan vinyl berjejeran di salah satu lapak Jogja Record Store Club di daerah Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, Sabtu (18/10/2025).
Potret kaset, CD, dan vinyl berjejeran di salah satu lapak Jogja Record Store Club di daerah Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, Sabtu (18/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Kaset pita maupun cakram digital hingga kini masih tetap eksis di tengah gempuran platform musik digital. Bagi para penggemarnya, koleksi rilisan fisik itu bukan sekadar mengenang memori masa lalu.

Sejumlah pemusik, termasuk pemusik indie dan pendatang baru, hingga kini masih terus memproduksi rilisan fisik seperti kaset pita, cakram digital hingga vinyl. Di kalangan kolektor, rilisan fisik ini menjadi buruan dengan harga 'gaib'.

Fenomena itu terlihat dalam ajang Cassette Week yang digelar oleh komunitas Jogja Record Store Club (JRSC) di pasar Pakuncen, Jogja, akhir pekan kemarin. Di ajang tersebut para anggota komunitas memamerkan sekaligus menjual barang rilisan fisik yang dikoleksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian rilisan fisik yang dipamerkan memang berupa koleksi kaset jadul di era 1980-1990-an. Namun, tidak sedikit yang memamerkan rilisan fisik penyanyi zaman now seperti Hindia, Lomba Sihir, hingga Bernadya.

ADVERTISEMENT

"Kita bisa dibilang punya spesialisasi masing-masing. Ada yang mengumpulkan kaset jadul, ada juga yang menjadi distributor band-band sekarang," ujar Hari Pade, Koordinator JRSC, Sabtu (18/10/2025).

Suara Berkualitas

Hari mengatakan bahwa rilisan fisik masih diminati karena memiliki karakter suara yang berbeda dari musik digital.

"Kalau digital itu banyak yang ke-compress. Beberapa frekuensi kayak suara synthesizer jadi nggak kedengeran. Di kaset atau vinyl justru lebih lebar, lebih jelas," jelasnya.

Menurutnya, meski tren streaming musik makin besar, minat terhadap rilisan fisik justru mulai tumbuh di kalangan remaja dan mahasiswa.

"Gen Z sekarang mulai banyak yang koleksi. Mungkin karena ingin sesuatu yang bisa dipegang langsung, bukan cuma di layar," ungkapnya.

Potret kaset, CD, dan vinyl berjejeran di salah satu lapak Jogja Record Store Club di daerah Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, Sabtu (18/10/2025).Potret kaset, CD, dan vinyl berjejeran di salah satu lapak Jogja Record Store Club di daerah Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, Sabtu (18/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Penyanyi Baru Banyak Diburu

Jangan dikira kaset selalu identik dengan penyanyi zaman dahulu. Banyak penyanyi di era sekarang yang tetap menyediakan rilisan fisik untuk ditawarkan kepada para penggemarnya.

Kaset penyanyi pendatang baru ini juga menjadi buruan, apalagi kaset yang ditandatangani oleh artisnya. Harganya bisa melonjak beberapa kali lipat.

Harga kaset di JRSC umumnya mulai dari Rp 50 ribu. Namun, beberapa rilisan bisa menembus ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

"Kaset The Jeblogs dari Klaten pernah terjual sampai Rp 250 ribu, padahal harga aslinya cuma Rp 50 ribu. Kalau sudah ditandatangani, bisa sampai Rp 500 ribu," jelasnya.

Menurutnya, harga tinggi dipengaruhi oleh permintaan kolektor dan ketersediaan barang.

"Kaset itu udah di-repress dua kali, tapi tetap laku karena langka. Kalau band-nya bubar, harganya bisa naik lagi," tambahnya.

Beberapa rilisan dengan tanda tangan musisi harganya tidak memiliki standar.

"Kalau vinyl, contohnya Jennie dari BLACKPINK yang dijual waktu showcase di Jogja National Museum bisa sampai Rp 600 ribu, tergantung warna platnya. Yang paling mahal ya vinyl Bernadya, sudah sama tanda tangan," ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh Redella Reffa Herdianti peserta Program PRIMA Magang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)




(apu/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads