Warga di Pedukuhan Semuten, Jatimulyo, Dlingo, Bantul mengembangkan kelapa kopyor dengan omzet yang cukup menjanjikan. Jenis kelapa itu disulap menjadi minuman hingga melakukan pembibitan yang dijual hingga keluar DIY.
Pengelola Kampung Kopyor Semuten, Sugiman, menjelaskan budidaya kelapa kopyor di Semuten sebenarnya sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Namun pada 2023 pihaknya kedatangan rombongan ibu-ibu dari Bogor, Jawa Barat.
"Jadi awalnya itu ibu-ibu dari Bogor survei ke sini, lalu akhirnya kerja sama dengan desa untuk mengolah kelapa kopyor lewat kelompok Taruna Tani. Jadi bibit-bibit kelapa kopyor ini dari Bogor dan dikembangkan di sini," katanya kepada wartawan di Dlingo, Bantul, Selasa (7/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai 2023 itulah warga mulai mengembangkan kelapa kopyor kultur jaringan secara penuh. Adapun kelapa kopyor kultur jaringan ini 100% kopyor atau daging buahnya bertekstur remah, empuk, dan mudah terlepas dari batoknya.
"Satu janjang kelapa kopyor kultur jaringan ini bisa berbuah 10 dan semuanya kopyor," ucapnya.
![]() |
Setelah mulai menunjukkan hasil, warga mulai tertarik menanam kelapa kopyor kultur jaringan. Bahkan, 3-4 hektare tanah kas desa mulai ditanami kelapa kopyor jenis tersebut.
"Dan saat ini sudah ada sekitar 600 pohon kelapa kopyor di sini," ujarnya.
Sugiman melanjutkan, kelapa kopyor itu biasanya diolah sebagai minuman yang dijual ke objek wisata di kawasan Dlingo seperti Puncak Becici dan Hutan Pinus Pengger. Adapun minuman tersebut terdiri dari dua varian.
"Untuk es kopyor per gelas dijual Rp 10 ribu dan kalau yang kemasan kaleng satunya dijual Rp 15 ribu. Lalu sepekan biasanya bisa habis 20-40 butir kelapa kopyor," ucapnya.
Belum lagi, lanjut Sugiman, dari penjualan bibit kelapa kopyor kultur jaringan yang harganya Rp 1,2 juta per batang. Pasalnya dalam 2,5 tahun pohon tersebut bisa berbuah.
"Sehingga dalam sebulan itu kelompok bisa meraup omzet sekitar Rp 14 juta. Karena kebetulan kelapa kan tidak mengenal musim, dan itu bisa jadi pendapatan bulanan yang stabil," katanya.
Ketua Taruna Tani Jatimulyo, Iwan Harianto, menambahkan bahwa pengelolaan tempat dan lahan dilakukan secara terpadu. Sehingga petani menjual hasil panen melalui satu pintu di Kampung Kopyor.
"Kenapa satu pintu agar harga tetap stabil," ucapnya.
Iwan juga mengungkapkan, saat ini banyak pengunjung yang datang ke Semuten. Pengunjung biasanya dari luar DIY dan belajar proses pembibitan hingga teknik pengolahan minuman kopyor siap saji.
"Banyak akademisi dan mahasiswa datang untuk riset maupun pelatihan lapangan. Biasanya mereka datang, minum kopyor, lalu tertarik beli bibitnya, seperti itu siklusnya," ujarnya.
![]() |
(apl/alg)
Komentar Terbanyak
Pegawai Bank Korupsi Rp 24 M buat Beli Mobil-Tas Louis Vuitton
Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo Jadi Tersangka Korupsi Rp 10 Miliar
Aktivis BEM KM UNY Dikabarkan Ditangkap Polda DIY