Survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati urutan pertama presentase hunian layak dan terjangkau se-Pulau Jawa selama tujuh tahun terakhir. Faktanya, harga tanah di DIY terbilang tinggi bagi pekerja lokal, termasuk pemuda kelahiran 2000-an atau Gen Z.
Salah satunya, Agung (25), karyawan perusahaan swasta asal Sleman mengaku harga tanah di Jogja tak masuk akal. Jika dibandingkan dengan UMK DIY yang termasuk rendah.
"Harga rumah di Jogja ada yang Rp 1 jutaan per meter itu sudah tidak masuk untuk UMR Jogja. Saya saat ini yang sedang meniti karier ya sulit untuk membeli rumah di Jogja," ujar Agung kepada detikJogja, Kamis (14/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi harga tanah khususnya di Sleman dan Kota Jogja rata-rata di atas Rp 1 juta per meternya. Hal ini tentunya cukup sulit bagi pekerja dengan UMK DIY yang berada di angka Rp 2,3 juta.
"UMR di Jogja kan sekitar Rp 2,5 juta, tanah di desa aja udah Rp 1,5 per meter. Terus buat rumah paling nggak punya Rp 130 juta, itu baru tanah saja," jelasnya.
"Makanya saya mimpi saja nggak bisa beli tanah di Jogja dengan gaji UMR," tegas Agung.
Senada dengan Agung, Syifa (23), karyawan swasta asal Kota Jogja yang baru lulus juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, harga tanah di tempat tinggalnya juga tidak masuk akal bagi pekerja Jogja.
![]() |
"Harga tanah sama rumah bagi UMR Jakarta mungkin terjangkau, tapi bagi sini kan tidak. Pada faktanya kan banyak pendatang yang beli rumah di sini," kata Syifa.
"Saya menetap di Jogja ya karena ikut orang tua saya, rumah orang tua. Kalau untuk beli tanah atau rumah dengan UMR segini ya nggak mampu," sambungnya.
Maka itu, menurut Syifa, sangat tidak mungkin bagi pekerja Jogja dengan UMR saat ini untuk membeli tanah di Jogja.
"Banyak orang-orang tua yang bilang nggak bisa membeli rumah di Jogja, dengan gaji Jogja, dengan harga tanah segini," ujar dia.
Survei BPS: DIY Kawasan Hunian Paling Layak-Terjangkau se-Jawa
Sebagai informasi, BPS DIY merilis Data Strategis Statistik Sosial DIY 2024 yang terbit pada Juli 2025. Peringkat ini ditempati DIY selama tujuh tahun beruntun mulai 2017-2024. Persentase hunian layak dan terjangkau di DIY mencapai 86,68 persen pada tahun 2024.
Angka tersebut unggul dari Jawa Timur di posisi kedua dengan 73,4 persen dan Jawa Tengah di urutan ketiga dengan 71,76 persen. Kemudian, di posisi keempat ada Banten (64,94 persen), Jawa Barat (56,25 persen), dan DKI Jakarta (39 persen) di posisi terakhir.
Adapun empat indikatornya mengacu SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yakni:
1. Ketahanan bangunan, yaitu ketahanan untuk bahan bangunan atap, dinding, dan lantai rumah.
2. Kecukupan luas tempat tinggal, yang luas lantainya per kapita itu harus lebih besar dari 7,2 meter persegi
3. Akses terhadap layanan sumber air minum layak.
4. Memiliki akses terhadap layanan sanitasi.
(ams/ahr)
Komentar Terbanyak
Pernyataan Ridwan Kamil Usai Tes DNA Anak Lisa Mariana
Heboh Penangkapan Pembobol Situs Judi Berujung Polda DIY Klarifikasi
Penegasan Polda DIY soal Penangkapan Pembobol Situs Judol Bukan Titipan Bandar