Masjid di Bantul Rintis Produksi Jamu Instan, Sebulan Tembus 3 Kuintal

Masjid di Bantul Rintis Produksi Jamu Instan, Sebulan Tembus 3 Kuintal

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 13 Agu 2025 13:17 WIB
Proses pembuatan rempah-rempah jadi jamu di Masjid Al-Kautsar di Bintaran Kulon, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Rabu (13/8/2025).
Proses pembuatan rempah-rempah jadi jamu di Masjid Al-Kautsar di Bintaran Kulon, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Rabu (13/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Masjid Al-Kautsar di Bintaran Kulon, Srimulyo, Piyungan, Bantul memiliki cara tersendiri untuk mengentaskan jemaahnya yang masih menganggur. Cara tersebut dengan membuat badan amal usaha pembuatan minuman rempah instan, bahkan dalam sebulan mereka bisa meraup omzet puluhan juta rupiah.

Pengurus Masjid Al-Kautsar, Iki Tabah (36), menjelaskan awalnya Masjid menyediakan fasilitas berupa lahan untuk menjajakan kuliner. Namun ada beberapa jemaah yang tidak memiliki usaha sehingga tidak bisa memanfaatkan fasilitas itu.

"Masjid itu punya namanya kuliner bungah, jadi kita beli tanahnya yang dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi jemaah. Tapi kan tidak semua jemaah punya usaha," katanya kepada wartawan di Masjid Al-Kautsar, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Rabu (13/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, empat bulan lalu, tepatnya saat bulan Ramadan, jemaah berkumpul usai salat tarawih. Akhirnya tercetus ide untuk membuat badan amal usaha pembuatan minuman rempah-rempah instan.

ADVERTISEMENT

"Dari pertemuan itu lalu patungan terkumpul Rp 10 juta dan mulai mengajari jemaah yang menganggur untuk produksi minuman rempah-rempah instan. Kebetulan juga salah satu jemaah Masjid ada yang paham bagaimana cara mengolah rempah-rempah," ujarnya.

Masjid Al-Kautsar di Bintaran Kulon, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Rabu (13/8/2025).Masjid Al-Kautsar di Bintaran Kulon, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Rabu (13/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Upaya itu ternyata bisa menjawab bagaimana mengentaskan jemaah yang menganggur karena tidak memiliki usaha di kuliner bungah.

"Jadi untuk yang tidak bisa berbisnis kita ajak bekerja di Masjid. Karena niat awal kami sebenarnya membantu mengentaskan pengangguran khususnya jemaah Masjid Al-Kautsar," ucapnya.

Seiring berjalannya waktu, Masjid Al-Kautsar mulai memproduksi minuman jahe rempah instan hingga aneka jamu. Menyoal alasan pemilihan minuman rempah sebagai produk badan amal usaha Masjid Al-Kautsar, Tabah menilai orang Jawa lekat dengan minuman tradisional, khususnya Jamu.

"Apalagi jamu sudah jadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO dan itu perlu dilestarikan. Nah, kadang orang minum jamu itu tidak enak, anak-anak muda disuruh minum jamu tidak familiar. Karena itu kita memformulasikan jamu jadi minuman yang familier sehingga anak muda tidak antipati dengan jamu," katanya.

Adapun bahan baku jahe rempah premium produksi Masjid Al-Kautsar adalah jahe merah, habbatusauda, kencur, kunyit, lada hitam, cengkeh, kumis kucing, serai, pegagang dan gula tebu murni. Sedangkan teknis pembuatannya, bahan-bahan dipotong terlebih dahulu tanpa dikupas.

"Setelah dipotong dicuci terus ditaruh dalam wadah dan diendapkan. Setelah diendapkan diblender, dan setelah diblender diendapkan lagi agar ampasnya terpisah. Karena yang kami dipakai hanya sarinya saja," ucapnya.

Usai proses pemisahan, bahan baku direbus hingga berbentuk padat dan mengkristal. Setelah mengkristal biarkan hingga dingin lalu dihaluskan hingga menjadi serbuk.

Pengurus Masjid Al-Kautsar Bintaran Kulon, Piyungan, Bantul, Iki Tabah, saat ditemui Rabu (13/8/2025).Pengurus Masjid Al-Kautsar Bintaran Kulon, Piyungan, Bantul, Iki Tabah, saat ditemui Rabu (13/8/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

"Jadi tidak ada yang pakai mesin dalam produksi, karena apa? Biar bisa menyerap tenaga kerja," ujarnya.

Sedangkan untuk proses produksi dari awal hingga akhir memakan waktu antara 4-5 jam. Di mana ada sekitar 3-4 orang yang mengerjakan produksi minuman tersebut.

"Produksinya mingguan, seminggu sekitar 50-100 kilogram. Jadi sebulan itu bisa produksi 200-300 kilogram (serbuk minuman)," ucapnya.

Produk tersebut selanjutnya dikemas dalam kotak berisi lima sachet. Sedangkan harganya untuk satu kotak isi lima sachet Rp 20 ribu.

"Untuk omzet karena baru mulai empat bulan lalu ya satu bulan antara Rp 10-20 juta. Apalagi pemasaran kami menggandeng masjid-masjid di Jogja dan luar Jogja, jadi menggunakan jaringan distribusi dan reseller yang tersebar di masjid-masjid, sekarang bahkan sudah sampai Lampung dan Purbalingga," katanya.

Di sisi lain, 30% dari keuntungan badan amal usaha akan masuk ke infak Masjid Al-Kautsar. Pasalnya Tabah ingin Masjid lebih mandiri dalam hal keuangan.

"Jadi Masjid mencoba mandiri, tidak mengandalkan infak namun dari hasil badan amal usaha Masjid," ujarnya.




(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads