Seorang surfer atau peselancar asal Bantul, Bima Sepiawan (28) membagikan kisahnya memproduksi papan selancar. Meski produksi rumahan dan dilakukan seorang diri, papan selancarnya sudah terjual hingga Mentawai, Sumatera Barat.
Bima menceritakan awalnya menggeluti olahraga surfing sejak 2012. Warga Mancingan, Parangtritis, Kapanewon Kretek, ini kerap mengikuti kompetisi surfing hingga ke luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Saat ikut kompetisi di Jawa Barat kebetulan bertemu shaper atau pembuat papan surfing tahun 2014," kata Bima kepada wartawan saat ditemui di workshopnya, Mancingan, Selasa (25/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah lulus SMK, Bima kembali mengikuti kompetisi surfing dan kembali bertemu dengan shaper tersebut. Tidak hanya mengobrol kembali, namun shaper asal Bali itu menawari Bima pekerjaan.
"Lalu setelah lulus saya ikut kompetisi dan ketemu lagi sama dia. Nah, saat itu ditawari kerjaan di Bali, disuruh membantu produksi papan selancar," ujarnya.
Kerena memiliki keinginan untuk mengembangkan produksi papan selancar di Jogja, Bima menerima tawaran tersebut. Mengingat di DIY belum ada tempat produksi papan selancar.
"Saya tertarik karena suatu saat ingin mengembangkan produksi papan surfing di Jogja. Terus tahun 2015 saya berangkat ke Bali dan bekerja di tempat produksi papan selancar," ucapnya.
Bima sebetulnya ingin menimba pengalaman memproduksi papan selancar di Bali selama 10 tahun. Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuatnya terpaksa pulang ke tanah kelahirannya lebih awal.
"Tapi tahun 2022 saya pulang ke sini dan mencoba membuka usaha ini dan saat buka itu masih sepi," ujarnya.
![]() |
Usaha itu adalah produksi papan selancar, memperbaiki papan selancar hingga kursus bermain selancar. Di mana usaha produksi papan selancar itu adalah yang pertama di Jogja.
"Setahu saya yang buka produksi papan selancar di Jogja saya saja, mungkin sekitaran Jawa Tengah juga baru saya untuk produksi papan selancar," ucapnya.
Cara Produksi
Terkait teknis produksi papan selancar, Bima menyebut cukup memakan waktu. Bukan tanpa alasan, karena produksi papan selancar harus melalui berbagai macam tahapan.
"Pertama shaping dari stirofoam berbentuk kotak besar itu hingga berbentuk papan selancar lalu proses glassing (pelapisan). Setelah itu digerinda baru digosok air lagi dan dipoles untuk finishing," katanya.
![]() |
Sedangkan bahan baku papan selancar sendiri ada beberapa jenis. Namun pemilik Hauw Surfboard ini memilih menggunakan stirofoam dan poliester.
"Kalau stirofoam kan bahan campurannya foxy dan kalau poliester resin biasa. Jadi untuk pengejaran satu papan selancar bisa lima sampai tujuh hari," ujarnya.
Pasalnya, Bima menilai untuk memproduksi papan selancar harus sangat teliti. Menurutnya, bagian paling sulit dalam produksi tersebut seperti proses shaping atau pembentukan, karena inti dari papan selancar adalah pada shaping.
"Lalu yang kedua pada glassing karena untuk penyesuaian request warna juga harus sama dengan pesanan. Terus untuk kerapiannya di proses gerinda karena terkait kerataan papan selancar," ucapnya.
![]() |
Sedangkan produksi papan selancar di tempatnya masih berdasarkan pesanan. Bima masih terkendala masalah biaya untuk memproduksi papan selancar secara massal.
"Biasanya order custom dulu, belum bisa ready stok karena ya masih terkendala budget. Jadi saya order material dulu, kalau material datang baru pengerjaan," katanya.
Harga Papan Selancar
Terkait harga satu papan selancar buatannya, Bima menyebut menyesuaikan ukuran dan kesulitannya. Papan selancar itu bisa dengan motif beragam, bahkan motif batik.
"Untuk ukuran papan selancar biasanya dari 5 sampai 10 feet (kaki), 5 feet itu panjangnya sekitar 1,5 meter. Untuk harga mulai Rp 3,8 juta hingga Rp 8 juta karena semua saya kerjakan sendiri," ujarnya.
Terkait pemasaran papan selancar buatannya, Bima mengaku melalui media sosial (medsos) Instagram di akun @hauw_surfboard dan dari mulut ke mulut. Akan tetapi, penjualannya masih belum menentu karena mengikuti jumlah pesanan.
"Selama buka di Jogja paling jauh itu pesanan dari Mentawai, terus pernah kirim ke ke Solo dan Surabaya juga. Nah, ini kebetulan sedang mengerjakan pesanan untuk dikirim ke Mentawai, Sumatera Barat," ucapnya.
Meski pesanan papan selancarnya masih naik turun, Bima tidak mempermasalahkannya karena tertolong banyaknya servis papan selancar.
"Pesanan papan selancar belum terlalu banyak, tapi untungnya untuk servis papan selancar lumayan banyak. Selain itu saya juga membuka pelatihan surfing di Parangtritis," ujarnya.
(rih/apu)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK