Kisah pebisnis muda asal Jogja, Risky Usada (24), menjalankan bisnis penitipan barang bernama Kost Box yang terletak di Demangan Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman. Usahanya ini dirintis sejak 2021 lalu. Begini kisahnya.
Lahir di Sleman 24 tahun silam, Risky mengaku awalnya memang menyukai dunia digital marketing sejak usianya masih 18 tahun. Saat kuliah, dia melihat peluang mendirikan jasa penitipan barang karena beberapa temannya pulang kampus waktu kuliah online saat pandemi COVID-19.
"Teman saya waktu COVID itu kesusahan mau naruh barang kos di mana. Terus saya dikasih uang 50 ribu sama teman saya buat packing-in barang dia. Terus saya melihat masalah itu," ujar Risky saat ditemui detikJogja di lokasi bisnisnya, Selasa (26/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat peluang tersebut, Risky pun membuat form dan disebarkan ke temannya. Ternyata, mayoritas temannya memiliki masalah yang sama, yakni kesulitan menaruh barang kos ketika pulang kampung atau saat KKN.
Sempat berpikir untuk berhenti usai pandemi usai, Risky memutuskan untuk melanjutkan bisnisnya karena jumlah pelanggannya makin bertambah.
"Waktu dulu mikirnya cuma pas COVID tok, aku nggak ada kepikiran membesarkan bisnis ini. Dulu cuma buat tambahan uang jajan aja. Berjalannya waktu, tapi kok lumayan bisa dapat 4-5 juta per bulannya dan itu waktu masih sendiri, belum punya karyawan," jelas dia.
"Malah lebih banyak sekarang daripada dulu (COVID), karena sekarang ini yang S2, KKN, magang itu. Apalagi itu jangka waktunya lama kan, dan mereka juga butuh space kos-kosan rata-rata juga sejutaan. Nah di tempatku bisa ngurangin cost mereka. Karena aku juga ada jasa packingnya, angkutannya dan juga tetanggaku punya kos-kosan murah nggak kepakai juga tak sewain buat gudang barangnya," urainya.
Saat ini, bisnisnya semakin berkembang. Tak hanya dari kalangan mahasiswa, beberapa pelanggan Risky datang dari kalangan pekerja. Bahkan, paling jauh ada yang dari Jepang.
"Nggak cuma buat mahasiswa, olshop pun juga nitip ke sini. Bahkan paling jauh ada yang dari Jepang, dia punya bisnis jualan topi bekas terus belinya di Indonesia dijualnya ke Jepang biar lebih mahal. Jadi kita bantu tempat transit buat didata terus kita kirim ke dia. Setiap udah kekumpul banyak kita kirim ke Jepang pakai EMS," ungkapnya.
"Saya juga nggak tahu kenapa dia bisa tahu, tiba-tiba chat aja mas bisa nitipin ini. Justru dia chat saya sebelum kita branding Kost Box, dulu nama IG kita @jasatitipbarang_kost," kata dia.
Risky pun merubah nama tersebut lantaran dinilai kurang eyecatching. Dia pun mendapatkan inspirasi saat 'tanya' ke ChatGPT. Akhirnya terscetuslah nama Kost Box yang berarti 'Kost' tempat kos-kosan atau juga cost (biaya), lalu 'Box' merujuk pada packing barang yang menggunakan boks kardus.
![]() |
Sempat Jadi Driver Ojol
Awal dia mulai melakukan branding untuk Kost Box berawal saat Risky lulus dari bangku SMA, di mana dia sempat gap year karena faktor ekonomi. Dia pun sempat jadi driver ojek online (ojol) bersama sang ayah.
Kemudian, Risky mencoba peruntungan menjadi freelance marketing hingga makelar rumah untuk menambah penghasilan. Namun, menjadi konten kreator lah yang membuat pria lulusan jurusan Administrasi Bisnis UPN itu nyaman. Setelahnya, dia mulai membantu UMKM lokal sebagai konten kreator.
Bahkan, akun TikTok pribadinya kini sudah menyentuh 160 ribu followers.
Pengalamannya sebagai konten kreator inilah yang mendasari Risky untuk melakukan branding Kost Box menjadi lebih besar lagi. Apalagi, menurut dia, beberapa penyedia jasa titip barang di Jogja, kekurangannya di masalah branding.
"Tantangannya karena kita tidak punya role model di Indonesia lalu buat regulasinya juga seperti apa. Makanya kiblat kita ya platform yang di Amerika, istilahnya marketplace peer to peer self storage di Amerika itu namanya Neighbor. Kita nggak punya modal dan koneksi makanya hal pertama yang kulakukan adalah personal branding," jelas dia.
"Nah sekarang visiku adalah mau buat Airbnb tapi versi gudang. Aku lihat di Amerika mirip seperti ini, ternyata udah gede dengan modal bisnis yang sama. Makanya aku sekarang personal branding gede-gedean baru beberapa bulan ini," ungkap pria lulusan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogja itu.
Tantangan Pelanggan 'Nakal'
Menjalani bisnis kurang lebih 4 tahun, Risky tentu menemui banyak tantangan. Salah satunya ada beberapa pelanggan 'nakal' yang tak mau mengambil dan membayar barang yang dititipkan.
"Ada pelanggan yang nggak mau ngambil barang 6-7 bulan kita tunggu-tunggu nggak diambil, ditemuin nggak mau, tak kasih diskon juga nggak mau, terus orangnya nggak bisa dikontak. Apalagi barangnya itu gede-gede semua, kulkas AC kasur banyak banget," ungkap dia.
"Tapi kita jualin lagi aja, kalau nggak bisa disumbangin. Kita sebenarnya nggak rugi banget, mungkin soal oportunity cost kayak biaya operasional. Misalnya kayak bayar biaya sewa tapi semua kan masih bisa nutup dari orderan lainnya," pungkas dia.
(rih/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu