SKK Migas Sebut Konversi Minyak ke Gas Masih Terkendala Infrastruktur

SKK Migas Sebut Konversi Minyak ke Gas Masih Terkendala Infrastruktur

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Kamis, 05 Sep 2024 20:18 WIB
Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan pengecekan rutin instalasi di PT Ubin Keramik Kemenangan Jaya Bogor, Jawa Barat. PGN telah mengoperasikan infrastruktur pipa gas bumi sepanjang 7.453 km atau setara 80% pipa gas bumi hilir di seluruh Indonesia.
Ilustrasi jaringan gas untuk industri. Foto: dok. PGN
Jogja -

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) perwakilan Jabanusa saat ini terus menggalakkan penggunaan gas sebagai pengganti bahan bakar minyak. Sayangnya upaya ini masih menemui kendala.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro menyebut gas memiliki banyak kelebihan dibanding minyak. setidaknya ada tiga keunggulan yang dimiliki oleh gas. Namun untuk bisa digunakan secara massal diperlukan infrastruktur yang memadai.

"Namun untuk kita bisa mendapat tiga hal ini sehingga bisa dapat energi bersih dan domestik ada satu masalah. Untuk mengoptimalkan gas lebih besar lagi kita membutuhkan dukungan terkait dengan infrastruktur," ucap Hudi saat ditemui di Jogja, Kamis (5/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hudi, kebutuhan minyak di Indonesia dari sektor industri selama ini masih sangat besar. Gas menjadi open energy yang bisa digunakan untuk menggantikan minyak.

"Di satu sisi kita dituntut untuk menurunkan emisi. Kita mulai dari gas, karena emisinya kita satu kali saja," kata dia.

ADVERTISEMENT

Hudi melanjutkan, kondisi gas yang surplus di Indonesia saat ini bisa jadi alternatif pengganti minyak yang memiliki kadar emisi yang cukup tinggi.

"Apalagi kondisi gas di Indonesia itu surplus, makanya kita bisa melakukan eksplor. Lalu, minyak kita sudah defisit. Ditambah emisi dari karbon itu 40 persen lebih besar dari emisi dari gas," jelasnya.

"Apalagi kondisi gas di Indonesia itu surplus, makanya kita bisa melakukan eksplor. Walaupun hampir 70 persen kebutuhan gas itu untuk kebutuhan domestik, tapi masih ada 30 persen kurang untuk kita ekspor. Makanya kita anggap surplus," kata Hudi.

Selain itu, konversi minyak ke gas juga bisa menekan angka impor minyak di Indonesia yang dinilai cukup tinggi.

"Dengan suplai gas kita yang sangat bagus, kita bisa mempercepat konversi dari yang relatif bersih untuk mendorong penggunaan energi gas yang lebih masif," ujar Hadi.

"Untuk mengurangi impor minyak. Kita punya kesempatan untuk mendorong konversi pembangkit listrik yang lebih tinggi dari batu bara ke sumber energi yang lebih rendah emisinya. Dan ketersediaannya mencukupi yaitu gas," tegasnya,

Agar upaya konversi dari minyak ke gas ini bisa berjalan optimal, dia berharap kendala di bidang infrastruktur bisa segera diatasi.

"Makanya kita selalu mendorong pemerintah bagaimana kita mendukung untuk pembangunan itu," pungkas Hudi.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads