REI Ungkap Nilai Investasi Tanah-Rumah di Jogja Meroket: Melebihi Bunga Bank!

REI Ungkap Nilai Investasi Tanah-Rumah di Jogja Meroket: Melebihi Bunga Bank!

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 21 Mei 2024 19:02 WIB
Ilustrasi rumah.
Ilustrasi kenaikan properti di DIY Foto: Realestat Indonesia (REI)
Jogja -

Harga properti dan tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin melejit setiap tahunnya, tidak main-main harganya bisa melejit hingga ratusan juta setiap tahunnya. Bahkan, kenaikan nilai investasi di DIY dinilai lebih cepat dari pada kenaikan bunga bank.

Ketua Amazing BRI REI Property Expo 2024, Yanto Wibowo menyebut ada dua jenis investasi yang nilainya terus meroket setiap tahunnya di Jogja. Pertama, kata Yanto adalah properti dan yang kedua adalah tanah.

"Di Jogja memang agak unik, di Jogja itu misalnya harga sekarang Rp 300 juta, Rp 400 juta, Rp 500 juta, satu tahun lagi begitu di situ crowded (ramai), jalan ramai, ada pelebaran kota karena banyak orang yang mau tinggal di Jogja harganya bisa naik drastis," katanya kepada detikJogja, Selasa (21/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga harga tanah yang dulunya Rp 300 juta begitu satu tahun pasti naik, biasanya jadi Rp 400 juta, Rp 500 juta. Nah, yang harga Rp 500 juta naik jadi Rp 700 juta," lanjut Yanto.

Selanjutnya, untuk properti khususnya rumah biasanya juga melejit setiap tahunnya, tetapi Yanto tidak bisa merinci berapa kenaikannya. Yanto hanya mengungkapkan kenaikan harga rumah pasca 4-5 tahun di Jogja.

ADVERTISEMENT

"Gini, kadang-kadang ada yang beli rumah di Jogja karena anaknya kuliah di Jogja. Misalnya beli rumah Rp 400 juta dan ditempati anaknya kuliah selama 4 tahun, itu dijual lagi bisa jadi Rp 900 juta bahkan bisa Rp 1 miliar untuk selisih 4-5 tahun. Jadi biaya kuliahnya bisa ter-cover dari kenaikan tanah dan rumah itu," ujarnya.

Yanto melanjutkan, belum lagi jika tol yang melintas Jogja selesai dan mulai beroperasi. Menurutnya, semua itu akan meningkatkan harga tanah dan rumah di Jogja.

"Pasti, kalau tol sudah jadi pasti jadi luar biasa nilai investasinya," ucapnya.

Oleh sebab itu, Yanto menyebut jika kenaikan nilai investasi di DIY lebih cepat dari kenaikan suku bunga bank.

"Jadi kalau dibandingkan dengan bunga bank, kenaikan nilai investasi di Daerah Istimewa Yogyakarta itu lebih cepat dari pada kenaikan bunga bank. Jauh selisihnya," katanya.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur menambahkan, bahwa untuk properti dalam artian rumah sebenarnya kenaikan harga setiap tahun tidak terlalu banyak. Menurut Ilham, investasi yang paling melejit harganya setiap tahun di Jogja adalah investasi tanah.

"Kalau kita ini kan tanah itu hanya bagian-bagian dari yang kita create (bangun). Jadi berbeda antara pedagang tanah dengan developer," ujarnya.

Ilham lalu mengungkapkan yang harus dipahami bahwa negara ini, khususnya undang-undang tentang pertanahan napasnya adalah napas sosialis. Namun, yang terjadi tanah itu menjadi kapitalis.

"Ya, diperdagangkan gitu lah. Jadi orang beli lalu disimpan. Orang beli kan hak sehingga negara tidak bisa mengatur hak, contoh kalau punya uang ya silakan beli," ucapnya.

"Tapi kemudian karena tanah itu tidak pernah diproduksi lagi, sementara orang berproduksi terus dalam artian reproduksi berjalan terus hukum ekonomi berjalan. Ketika supply lebih sedikit daripada demand-nya berarti naiknya akan tinggi," imbuh Ilham.

Sedangkan dari sisi developer, yang paling utama adalah harga pokok penjualan (HPP) tanah. Sehingga jika terus meningkat maka harga rumah di Jogja ke depannya juga semakin mahal.

"Jadi kalau harga tanah tinggi ya kita akan naik terus, harga rumah akan naik terus. Jadi yang dipahami adalah tanah dulu awalnya, kan yang pengolah tidak hanya kami, siapa pun bisa membeli tanah," ucapnya.

Apalagi, kata Ilham, saat ini harga material bangunan sudah ikut meroket. Oleh sebab itu, REI DIY kemudian melakukan improvisasi agar kenaikan harga properti di Jogja tidak terlalu tinggi.

"Basanya kemudian dimensi bangunannya diperkecil. Kalau dulu tahun 2000-an 125 sampai 150 tanahnya. Nah, tahun 2010 antara 90-125 dan tahun 2020 ini antara 60-90 yang populer luasan tanahnya," ucapnya.

"Jadi itu, kita kecilkan baik lahan dan tipe rumah seakan-akan harga tidak terlalu naik. Padahal, sebenarnya naiknya luar biasa karena komponen utama kita dari tanah tadi," lanjut Ilham.




(apu/apl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads