Perajin Bantul Sulap Wajan Bekas Jadi Kerajinan, Omzet Ratusan Juta Sebulan

Perajin Bantul Sulap Wajan Bekas Jadi Kerajinan, Omzet Ratusan Juta Sebulan

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Minggu, 05 Mei 2024 13:40 WIB
Produk kerajinan daur ulang dari alumunium bekas di  Wiroto Craft di Wirokerten, Banguntapan, Bantul.
Produk kerajinan daur ulang dari alumunium bekas di Wiroto Craft di Wirokerten, Banguntapan, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Seorang perajin, Wawang Supriyadi (45) menyulap panci hingga wajan bekas menjadi kerajinan. Hasil Produksinya bisa dijual hingga lebih dari Rp 1 juta per buah.

Wawang yang merupakan pemilik workshop Wiroto Craft di Wirokerten, Banguntapan, Bantul, ini menceritakan bagaimana awal mula usahanya. Wawang mengungkapkan bahwa ayahnya merupakan seorang perajin perhiasan di Kotagede.

"Ayah saya perajin perhiasan di Kotagede, dan kerajinan ini secara teknis pengerjaannya sama. Dari melihat setiap hari itu saya aplikasikan membuat kerajinan non perhiasan, karena sebetulnya lebih sulit membuat perhiasan daripada ini," katanya kepada wartawan di Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Kamis (2/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, tahun 1998, tepatnya setelah krisis moneter Wawang memulai usahanya. Saat itu Wawang mengaku hanya memiliki modal uang yang terbilang pas-pasan.

"Usaha dari 1998 tepatnya pasca krisis, saat itu modal sekitar Rp 10 juta. Saat itu Rp 10 juta beli peralatan sama membuat sampel miniatur," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan kebanyakan perajin di Kotagede yang menggunakan bahan baku silver atau perak, Wawang justru memilih membuat aneka kerajinan logam dengan barang bekas yang terbuat dari alumunium. Selain lebih murah, hasilnya juga bisa menyerupai perak.

"Sumber bahan baku alhamdulillah ini recycle (daur ulang) ya. Jadi kalau yang dari aluminium bekas velg motor, panci, ketel, siku etalase, wajan dan kita belinya di tukang rongsok," ucapnya.

"Kebetulan kalau alumunium itu dari materialnya kan sudah silver look. Jadi banyak customer kita yang tahunya bahan silver, padahal dari aluminium dan tinggal proses poles finishing yang kita perkuat nanti hasilnya sudah seperti silver," tambah dia.

Memperdalam Keahlian

Pada awalnya, Wawang menggunakan cara-cara tradisional untuk produksinya. Beruntung, dia kemudian memperoleh akses untuk belajar ke Balai Logam Jogja.
"Karena dulu kita manual dan saat ini sudah menggunakan mesin untuk master dan pencetakannya," ucapnya.

Penggunaan teknologi itu membuat produksinya semakin berkembang. Apalagi Wawang juga memperluas pasarnya, mulai di toko cendera mata hingga pelanggan korporat.

Saat ini dia sudah mampu mempekerjakan belasan karyawan dan memproduksi ribuan pieces kerajinan setiap bulan.

Produk kerajinan daur ulang dari alumunium bekas di  Wiroto Craft di Wirokerten, Banguntapan, Bantul.Produk kerajinan daur ulang dari alumunium bekas di Wiroto Craft di Wirokerten, Banguntapan, Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

"Jadi untuk harga kerajinan logam ini mulai dari Rp 75 ribu sampai Rp 1,2 juta. Nah, satu bulan kadang bisa sampai 3.000 pieces, karena kita lebih ke kekuatan vendor-vendor. Jadi omzet per bulan bisa Rp 300-400 (juta)," katanya.

Terkait banyaknya pesanan, Wawang mengaku semua itu karena menyasar pembuatan hadiah yang diberikan atas nama perusahaan. Selain itu, kerajinan logamnya menyasar tempat penjualan oleh-oleh karena yang paling laris saat ini kerajinan logam bentuk wayang.

"Kalau market kita ada dua, yaitu menyasar pemerintah, BUMN untuk corporate gift dan yang kedua menyuplai toko oleh-oleh yang menjual beragam kerajinan. Tapi paling banyak ke toko oleh-oleh rutinitasnya, contoh di Bali ya yang dijual kerajinan logam bentuk penari-penari Bali," ucapnya.

Menyoal pasar luar negeri, Wawang mengaku beberapa kali melakukan ekspor. Namun, Wawang mengakui lebih fokus di pasar domestik.




(ahr/dil)

Hide Ads