Analisis Pakar UGM soal Konflik Iran-Israel Bisa Picu Harga Minyak Naik

Analisis Pakar UGM soal Konflik Iran-Israel Bisa Picu Harga Minyak Naik

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Kamis, 18 Apr 2024 14:08 WIB
Ilustrasi chart pattern saham.
Ilustrasi harga minyak naik. Foto: Getty Images/iStockphoto/Grafissimo
Jogja -

Pengamat Ekonomi Energi UGM, Dr Fahmy Radhi menilai konflik Iran dan Israel berpotensi menaikkan harga minyak dunia. Hal ini otomatis akan memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

"Berpotensi menaikkan harga minyak dunia. Apalagi sebelum pecah konflik harga minyak dunia sudah naik pada kisaran US $89 per barrel, potensi kenaikan harga minyak dunia akan berlanjut saat eskalasi ketegangan Iran-Israel meluas," kata Fahmy dalam keterangan tertulis, Rabu (17/4/2024).

Dia menjelaskan, alasan kenaikan minyak itu karena lokasi konflik di seputar Selat Hormuz, dan dimungkinkan akan mengganggu jalur supply chain minyak dunia sehingga menghambat pasokan minyak dan menaikkan biaya distribusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap harga BBM di Indonesia, bahkan berpotensi di atas asumsi ICP (Indonesian Crude Price) asumsi APBN 2024 yang telah ditetapkan sebesar US $ 82 per barrel," jelasnya.

Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia, pemerintah menjamin bahwa tidak akan menaikkan harga BBM Subsidi sampai Juni 2024. Pemerintah hanya akan melakukan penyesuaian arah subsidi energi. Meski begitu jika eskalasi konflik Iran-Israel meluas, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan melambung.

ADVERTISEMENT

"Bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US $ 100 per barrel. Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri," ungkapnya.

Di satu sisi, jika harga BBM subsidi tidak dinaikkan, beban APBN akan membengkak. Berikutnya kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM dan berujung semakin memperlemah kurs rupiah terhadap dollar AS.

Sementara jika harga BBM Subsidi dinaikkan dipastikan akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat.

"Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israel ini, sebaiknya Pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM Subsidi tidak akan dinaikkan hingga Juni 2024," ucapnya.

Karena itu, dia menyarankan, jika harga minyak dunia masih di bawah US $100 per barrel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikkan. Namun, jika harga minyak dunia mencapai di atas US $100 per barrel, harga BBM Subsidi sebaiknya dinaikkan, sembari memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin yang terdampak.

"Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia," pungkasnya.




(rih/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads