Warga Mojohuro, Sriharjo, Imogiri, Bantul, memproduksi mi instan dan mie cup berbahan baku tepung singkong atau mocaf. Hal itu untuk menyadarkan pentingnya kesehatan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pantauan detikJogja, tampak beberapa ibu-ibu membuat adonan mi berbahan baku tepung mocaf, terigu, dan tapioka. Selanjutnya, adonan itu digiling menggunakan mesin hingga menghasilkan potongan mi.
Lebih lanjut, ibu-ibu itu mengukus potongan mi. Tidak berhenti di situ, proses selantnya mi tersebut lalu dikeringkan dan berlanjut pengemasan baik dalam kemasan mi instan, cup, dan ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lurah Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah menjelaskan, ide pembuatan mi instan mocaf berawal saat pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) memberikan danais pada 2022. Hal itu berlanjut dengan pelatihan kepada ibu-ibu di Sriharjo.
"Dengan dukungan danais kita didorong untuk mewujudkan idealisme dan saya pilih pakai mocaf untuk bahan baku membuat mi instan. Lalu pelatihan tahun 2022, membuat rumah produksi tahun 2023 dan akhir Desember launching produk bernama Srimi," kata Titik kepada wartawan di Sriharjo, Imogiri, Bantul, Kamis (18/1/2024).
![]() |
Nama Srimi sendiri, kata Titik, berasal dari kata Sriharjo dan mi sehingga menjadi Srimi. Saat ini, Titik menyebut sudah ada lima orang yang terlibat dalam pembuatan Srimi.
"Saat ini ada lima orang dari PKK yang terlibat dalam pembuatan mi instan, mi cup dari mocaf. Untuk jenisnya, kita ada tiga, mi instan, mi cup, dan mi ekonomi," ujarnya.
Alasan Penggunaan Tepung Mocaf
Menyoal alasan penggunaan tepung mocaf, Titik mengaku karena ingin memanfaatkan singkong. Sebab, Sriharjo merupakan salah satu penghasil singkong.
"Sebenarnya berangkat dari idealisme saya saja. Mengenalkan makanan alternatif selain gandum, sehingga sosialisasikan ke warga dengan membuat mi ini tadi," ujarnya.
Sedangkan harganya, untuk mi instan Rp 7 ribu per bungkus, mi cup Rp 8 ribu dan mi ekonomi Rp 6 ribu per bungkus. Secara detail, untuk ekonomi adalah mi namun tidak ada bumbunya.
"Memang masih mahal karena kita jual nilai kesehatannya. Untuk rasa, baru ada dua varian yakni rasa ayam bawang dan bakso," ucapnya.
![]() |
Baik untuk Kesehatan
Titik menjelaskan mi tersebut baik untuk kesehatan karena manfaat tepung mocaf sangat baik untuk diet. Mengingat tepung itu gluten free.
"Tapi tempat kita yang gluten free baru mi cup, itu hanya pakai tepung mocaf dan tapioka untuk pembuatan minya. Sedangkan mi instan dan mi ekonomi masih kategori rendah gluten karena perbandingannya 60 persen mocaf dan 40 persen terigu," katanya.
Oleh sebab itu, alasan pihaknya memproduksi Srimi agar masyarakat sadar akan kesehatan meski kerap mengkonsumsi mi. Mengingat warga Sriharjo masih banyak yang menjadikan mi instan sebagai makanan yang dibawa saat ada takziah.
"Bayangan kita adalah di Sriharjo kan ada tradisi takziah dan bawa bahan baku khususnya mi instan. Nah, kalau memungkinkan kita buat formula tapi mungkin lebih banyak gandumnya agar terjangkau harganya. Jadi warga bawanya Srimi bukan mi instan lain," ujarnya.
Terkait jumlah produksi, Titik mengaku belum masif. Saat ini, Srimi masih diproduksi dengan sistem pre order.
"Jumlah produksi masih by order karena baru launching akhir Desember 2023. Rencananya kita jual online dan offline. Kalau online lewat toko srirejeki.com dan pembelian offline di pusat oleh-oleh Sriharjo, Mojohuro, Sriharjo, Imogiri, Bantul atau eks Pasar Gayam," katanya.
![]() |
(apl/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi