Produk cerutu Taru Martani 1918 ternyata eksis hingga pasar Asia dan Eropa. Namun, ternyata perjuangan menembus pasar Eropa tak mudah.
Kepala Divisi Produksi Taru Martani, Adam Santosa, mengatakan sejak perusahaan ini didirikan Adolphe Antoine Louis Marie Mignot pabrik cerutu ini telah melakukan ekspor ke beberapa negara eropa.
"Karena merasa perkembangan (pabrik) baik, awalnya ekspor ke Hungaria kemudian ke Romania kemudian merambah ke negara Eropa lainnya, Spanyol dan sebagainya," ungkap Adam saat ditemui di Taru Martani, Kamis (30/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan konsumen cerutu Taru Martani saat ini tidak hanya terpusat di dalam negeri, melainkan tersebar luas hingga mancanegara.
"Sasaran pasarnya lebih banyak ke cerutu kalau ke luar negeri. Misalnya ke Jerman, Swis, Amerika, Turki, Australia, Taiwan, Hongkong, cukup banyak," katanya.
Tak hanya produk cerutu, Taru Martani juga memproduksi tembakau iris. Dia menyebut konsumen tembakau iris ini berasal dari kawasan Asia.
"Sedangkan untuk tembakau iris belum begitu banyak, masih di sekitar Asia yaitu di Jepang, kemudian di Taiwan, kemudian satu lagi di Hongkong," terangnya.
Tembakau iris ini merupakan salah satu inovasi yang dilakukan Taru Martani untuk melayani permintaan pasar. Sebab, tak semua peminat cerutu kuat menghisap gulungan daun tembakau kering (cerutu).
"Cerutu ini ada namanya short filler itu isinya berupa chop atau pecahan-pecahan (tembakau) gitu, sementara long filler (tembakau) yang digulung. Cerutu sebenarnya itu adalah daun utuh yang digulung, kemudian muncul inovasi daun yang chop-chop gini karena memang itu hisapannya lebih ringan dibanding yang gulung tadi," terang Adam.
Soal pasar dalam negeri, Adam menyebut pihaknya telah menggandeng 35 distributor dan agen. Menurutnya, pasar Indonesia menyukai cerutu dan tembakau iris.
"Tentu daerah-daerah yang banyak turisnya, jadi penjualan yang bagus di Bali, Jakarta, Medan dan Bandung. Kebanyakan (konsumen) orang luar," jelas Adam.
Harga Cerutu Taru Martani
Produk cerutu buatan Taru Martani di antaranya Adipati Panatella, Ramayana Corona. Kemudian ada Senator, Royal, Mundi Victor untuk cerutu-cerutu yang berisi tembakau iris.
"Mereknya cukup banyak mungkin ada Adipati Panatella, Ramayana Corona itu kan ada isi 10 isi 5. Kemudian ada Cigarillos ada Senator, Royal, Mundi Victor itu cerutu-cerutu yang isi chop (tembakau iris)," jelas Adam.
Taru Martani juga memproduksi cerutu premium dengan tembakau utuh dengan merek Royal Batik, Negresco, dan Blender's Gold yang dibanderol hingga Rp 5 juta.
"Kalau yang (tembakau) utuh itu ada, cukup premium, Royal Batik, ada kasih merek Negresco ada Blender's Gold ada Ernesco sepuluh isinya, tapi ada juga yang batangan karena itu permintaan konsumen. Itu ada yang hampir Rp 5 juta dan Rp 3,5 juta karena memang mahal ya, 10 biji bikin kanker (kantong kering) kan itu," kelakar Adam.
![]() |
Adam menyebut tingginya harga cerutu ini karena diklaim menggunakan bahan baku premium. Tak hanya itu, konon ada perlakuan khusus yang diberikan untuk tiap cerutu produksi Taru Martani.
"Karena bahan bakunya premium (alasan mahal). Selain itu, cara kita treatment-nya, namanya premium treatment-nya juga premium kan," ujar pria yang telah bekerja selama 27 tahun di Taru Martani itu.
Adam mengungkap tembakau yang digunakan Taru Martani merupakan hasil produksi dalam negeri. Dia menyebut tembakau yang digunakan diambil dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lombok.
"Kita ambil tembakau sebenarnya bisa meliputi seluruh daerah kecuali Jawa Barat karena tidak cocok. Jawa Tengah ada ambil, Jawa Timur terbanyak, Lombok juga ambil," ujar pria asli Jawa Barat tersebut.
Sasar Pasar Kaum Muda
Sebagai salah satu perusahaan cerutu tertua bahkan konon se-Asia Tenggara, Taru Martani 1918 terus berupaya mengeluarkan inovasi produk. Salah satunya cerutu khusus yang ditujukan bagi pemula kaum muda.
"Taru Martani membuat flavour itu cerutu yang ukurannya kecil (seperti) Cigarillos, kita punya tujuan untuk anak-anak muda, mereka (biasanya) rokok kan. Jadi di situ cerutu yang ukuran kecil kita isi juga tembakau rokok dan tembakau cerutu. Nah terus kemudian di situ kita kasih saus atau flavour ada vanila, kopi, stroberi, mint, rum, seperti itu dan ternyata penjualannya luar biasa itu untuk yang pemula-pemula," terangnya.
Dia mengatakan produk Taru Martani tak serta merta bisa menembus pasar Eropa dan Amerika. Adam menyebut pihaknya memperhatikan betul kualitas produknya.
"Kadang kalau mau ekspor ke Jerman itu nggak bisa lah tahu-tahu ekspor, harus melalui surveyor harus diuji klinis. Itu ada 72 item mengandung ini tidak ini tidak, ketemu satu nggak bisa masuk. Ketatnya seperti itu, makannya kita termasuk bagus bisa sampai ke Jerman Amerika," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
(ams/apl)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan