Mengoleksi barang antik menjadi kesukaan banyak orang di seluruh dunia. Di Jogja terdapat pasar yang menjual barang-barang antik, Pasar Klithikan Pakuncen namanya.
Pasar Klithikan Pakuncen berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto 34, Pakuncen, Jogja. Pasar ini berbeda dengan pasar lain yang menjual kebutuhan masyarakat. Pasar Klithikan buka setiap hari dan mulai beroperasi pukul 10.00-22.00 WIB.
Kata klithik sendiri menurut salah satu pedagang yang sekaligus kepala loss, Sujadi Ahmad Said, adalah barang-barang kecil atau printilan. Karena yang dijual adalah bukan barang utuh, melainkan komponen-komponen di dalamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya roda motor, bannya gak ada, tapi ada komnya nah itu yang dijual," jelas Sujadi Ahmad Said saat diwawancarai tim detikJogja, Senin (16/10/2023).
Pantauan tim detikJogja, Senin (16/10/2023) keadaan pasar cukup sepi pembeli, namun banyak pedagang yang masih berjualan. Pasar ini dibagi menjadi beberapa bagian, lantai dua pasar ini digunakan untuk menjual alat elektronik seperti HP, sedangkan di lantai satu bagian depan menjual barang antik, kemudian di belakangnya menjual sparepart motor, dan terakhir adalah pakaian.
Keadaan pasar terlihat rapi dan bersih. Meskipun sudah malam, masih terlihat adanya aktivitas jual beli di pasar ini. Pada bagian barang antik terpajang berbagai barang-barang seperti keramik, uang kuno, miniatur, buku, dan masih banyak lagi.
Hal unik dari Pasar Klithikan Pakuncen adalah terdapat penjual barang antik yang hanya dapat ditemui di beberapa pasar di Jogja. Bagi masyarakat yang menyukai atau mengoleksi barang - barang antik bisa mengunjungi Pasar Klithikan Pakuncen ini, karena barangnya yang cukup lengkap.
"Kalau bicara antik itu bicara umurnya ya, kalau bisa antik yang paling bagus itu umurnya seratus tahun lebih, barangnya utuh, dan langka tenan itu bisa tinggi harganya," ujar Sujadi.
Beberapa pedagang barang antik di Pasar Klithikan Pakuncen ini biasanya karena dulunya memiliki hobi mengoleksi barang antik. Hingga akhirnya menjual barang-barang antiknya karena merasa ada peluang untuk berbisnis pada barang antik.
Keseruan saat berjualan barang antik bisa dibaca di halaman berikut:
Barang Antik Paling Murah Rp 1.000, Paling Mahal Rp 15 Juta
Salah satu penjual barang antik, Bagus mengatakan bahwa ia sebenarnya baru mulai berjualan sekitar lima tahun yang lalu, tetapi ia sudah menyukai barang antik sejak ia SMP.
"Awal-awal seneng nongkrong disini, cuma suka barang antik dah dari SMP, jadi cuma suka ngumpulin," ujar Bagus saat diwawancarai tim detikJogja, Senin(16/10/2023).
![]() |
Barang-barang yang dijual pada pasar ini terdapat pembaruan tiap harinya. Hal ini terjadi karena di pasar ini banyak juga yang menjual barang antiknya ataupun penjual yang mencari barang antik melalui komunitas yang ia ikuti.
Tak hanya barang antik dari Indonesia saja yang dapat ditemukan di pasar ini, barang - barang dari luar negeri pun banyak ditemukan di pasar ini dan dengan harga yang cukup tinggi.
"Ada yang dari luar, bahkan mendunia. Ada yang dari China, Thailand gitu," tukas Bagus.
Harga yang ditawarkan pun bermacam-macam, tergantung dari barang tersebut. Harga yang paling murah pada uang kuno, sedangkan barang yang harganya cukup mahal kepada barang yang sulit dicari.
"Paling murah itu seribu rupiah, itu di uang koin. Untuk paling mahal ada lemari laku Rp 15 juta," ujar pedagang barang antik, Bagus.
Bagus mengatakan bahwa dalam berjualan barang antik merupakan hal yang asik. Tak hanya mengenai jual beli, namun dapat belajar dari suatu barang antik.
"Satu aku teredukasi untuk belajar, jadi dari sejarah Indonesia gimana. Terus seru di tawar menawarnya, terus tergantung sama kita mau lepas atau enggak," ujar Bagus.
"Kadang ada barang bagus tapi kita gatau, contoh nya tadi buku tulis tangan Jawa, satu buku itu aku sendiri dapet kayak prentelan gitu, tak tumpuk terus satuin, terus ada temen yang tanya mau dijual dua juta lepas atau gak, padahal loh mewahnya di mana gitu," tambah Bagus.
Tak hanya barang antik, kaset DVD yang sudah banyak masyarakat tidak menggunakannya karena berpindah ke teknologi digital pun masih ditemui. Penjual yang masih bertahan untuk berjualan kaset DVD, Yani.
"Karena gak ada kerjaan, jadi nutup buat makan aja, udah 13 tahun juga jualan," ujar Yani saat diwawancarai tim detikJogja, Senin (16/10/2023).
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Meisya dan Steffy Gracia peserta magang bersertifikat di detikcom.
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa