Sebagian pedagang batik di Pasar Beringharjo, Kota Jogja, menyebut pemisahan media sosial dengan e-commerce berimbas positif pada usaha mereka. Tapi ada pula penjual batik di Beringharjo yang mengaku usahanya tidak terpengaruh perdagangan online.
Pantauan detikJogja, Senin (2/10), sejumlah pembeli tampak menjejali los atau sektor penjualan batik di Pasar Beringharjo Jogja. Kendati demikian, suasana hari ini tidak seramai saat akhir pekan.
Salah satu penjual pakaian batik, Yanti mengaku ada imbas positif setelah pemerintah memisahkan antara e-commerce dengan social commerce. Saat online shop merebak, dia mengaku jumlah pembelinya menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, medsos merupakan platform untuk sosialisasi antar penggunanya lewat internet. Sedangkan e-commerce merupakan media untuk transaksi jual beli barang secara elektronik.
"Iya terdampak juga, kemarin-kemarin sempat sepi tempat saya karena banyak penjual online. Alhamdulillah setelah ada aturan dari pemerintah itu sekarang sudah mulai ramai lagi," kata Yanti kepada detikJogja di Pasar Beringharjo, Kota Jogja, Senin (2/10/2023).
Saat marak online shop, Yanti menyebut jumlah pengunjung di Pasar Beringharjo terbilang sepi pada hari biasa. Namun, hari ini terbilang cukup ramai.
"Biasanya kalau Senin sepi tapi sekarang banyak pengunjung," ujarnya.
Soal omzet, Yanti enggan mengungkapkan secara gamblang. Namun dalam sehari, terutama pada hari biasa, Yanti mengaku bisa menjual ratusan potong pakaian batik.
![]() |
"Kalau hari biasa bisa laku 100 potong pakaian, tapi kalau weekend bisa lebih dari 100 potong. Kok bisa sampai ratusan, karena kan beda-beda jenis pakaian dan harganya juga," ucapnya.
Yanti menambahkan, dirinya tidak mau berjualan secara online karena sibuk menjaga kios sejak pagi hingga sore.
"Saya pribadi tidak mau jualan online, karena di sini saja sejak jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Jadi tidak ada waktu untuk jualan online," katanya.
Pedagang lain, Marta mengaku keberadaan online shop tidak mempengaruhi penjualan batiknya.
"Tidak terpengaruh, biasa saja. Selama ini saya cuma jualan lewat gini (offline) saja. Kalau hari biasa memang tidak seramai akhir pekan atau tanggal merah," ucapnya.
Meski penjualannya kadang ramai dan sepi, Marta juga tidak ingin beralih menjual batik secara online. "Saya tidak ada niatan jualan online, sudah seperti ini saja," ujarnya.
Soal omzet, Marta juga tidak mau mengungkapkan. Namun dia menyebut penjualannya paling banyak terjadi saat akhir pekan.
"Ibaratnya gini, kalau hari biasa itu bawa full yang laku separuhnya. Tapi kalau akhir pekan atau tanggal merah bisa terjual semua," jelasnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Diberitakan detikNews sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas yang membahas social commerce. Jokowi, kata Teten, meminta agar media sosial (medsos) dipisah dengan e-commerce.
"Tadi sudah clear arahan Presiden, social commerce harus dipisah dengan e-commerce dan ini sudah antre, banyak social commerce juga yang mau menjadi punya aplikasi transaksi," kata Teten seusai rapat terbatas bersama Jokowi, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/9/2023), dikutip dari detikNews.
Teten mengatakan pemerintah juga akan mengatur arus masuk barang dari luar negeri untuk e-commerce. Teten mengatakan aturan tersebut diambil bukan lantaran produk lokal yang kalah bersaing di e-commerce.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi