Ternyata Ini Alasan Penjual Sering Beri Harga Nanggung Rp 999

Ternyata Ini Alasan Penjual Sering Beri Harga Nanggung Rp 999

Tim detikFinance - detikJogja
Kamis, 21 Sep 2023 08:36 WIB
Ngakak! Ada Larangan Ganggu Orang Saat Berdiri di Depan Kulkas Minimarket
Ilustrasi. Foto: Twitter/Ilustrasi iStock
Jogja -

Penjual baik di minimarket maupun toko seringkali memberi harga tak bulat. Misalnya 99.000 atau bahkan Rp 999.

Ternyata hal itu bukan tanpa alasan. Dikutip dari detikFinance, Lifepal melansir, pemberian harga tidak bulat merupakan salah satu strategi penjualan atau marketing.

Hal ini disebut sering dilakukan oleh pemilik toko atau perusahaan retail.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memainkan harga jual sesuai dengan psikologis pembeli akan bisa meningkatkan penjualan. Teknik atau strategi ini banyak dikenal dengan istilah psychological pricing.

Pebisnis atau pemilik usaha sengaja menetapkan harga produknya secara strategis yakni demi mendapat respons emosional pelanggan demi mendorong penjualan, termasuk membuat harga jadi tidak bulat atau diakhiri dengan Rp 999 sekian.

ADVERTISEMENT

Misalnya harga pakaian yang dijual suatu toko awalnya Rp 400.000, lalu toko tersebut membuatnya lebih unik mengurangi digit paling kiri dan menambahnya dengan deretan angka 9 hingga ke digit paling kanan, menjadi Rp 399.999. Atau bisa juga harga baju Rp 350.000 tapi kemudian ditulis di-tag harga menjadi Rp 349.000.

Paypal juga melaporkan, Universitas Chicago pernah meneliti penerapan harga ini pada pakaian wanita. Pakaian itu dijual dengan harga US$ 34, US$ 39, dan US$ 44. Hasil penelitian mengungkap barang yang paling banyak terjual adalah yang harganya US$ 39, meskipun ada yang lebih murah dari itu.

Hal yang sama juga disampaikan situs aplikasi konsultan usaha dan akuntansi online, Akurat, secara tradisional banyak pedagang telah mempraktikkan hal ini dengan memberi harga yang diakhiri dengan angka ganjil seperti 5, 7, atau 9.

Misalnya, penjual akan memberi harga produk pada US$ 8,99 bukan US$ 9. Dari perspektif pelanggan, tampaknya penjual telah memangkas harga semurah mungkin hingga tercipta angka-angka ganjil itu.

Menurut situs tersebut, pada akhirnya para pembeli lebih sering membaca US$ 8,99 jadi US$ 8 sekian, bukan US$ 9. Penetapan harga itu memberi kesan tampak lebih baik.

Sementara itu dalam buku milik William Poundstone berjudul "Priceless" terdapat delapan studi tentang penggunaan "harga pesona" (harga yang diakhiri dengan angka ganjil). Di dalamnya disampaikan penggunaan 'harga pesona' ini mampu meningkatkan penjualan rata-rata sebesar 24% jika dibandingkan dengan harga yang bulat.

Kemudian dari berbagai angka ganjil yang ada, angka 9 menjadi yang tertinggi dalam banyak strategi penetapan harga ritel. Itulah alasan banyak penjual atau minimarket yang menjual produknya dengan harga ganjil atau diakhiri dengan Rp 999.




(sip/ams)

Hide Ads