Warga Girimulyo Patungan Cor Jalan Rusak Menahun Buntut Sering Bikin Gasruk

Warga Girimulyo Patungan Cor Jalan Rusak Menahun Buntut Sering Bikin Gasruk

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Kamis, 11 Des 2025 16:43 WIB
Warga Girimulyo Patungan Cor Jalan Rusak Menahun Buntut Sering Bikin Gasruk
Warga memperbaiki kerusakan jalan Gunungkelir - Pendem, Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Kamis (11/12/2025). Foto: Dok Dukuh Sonyo, Jatimulyo, Girimulyo
Kulon Progo -

Gerah karena kerusakan jalan tak kunjung diperbaiki pemerintah selama bertahun-tahun, warga di ruas Gunungkelir-Pendem, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, akhirnya mengambil langkah mandiri. Melalui aksi swadaya dan donasi yang viral di media sosial, warga berhasil mengumpulkan dana puluhan juta rupiah untuk mengecor jalan kabupaten itu secara gotong royong.

Aksi ini bermula dari inisiatif warga Dusun Gunungkelir dan Sonyo, Kalurahan Jatimulyo, Girimulyo, yang awalnya hanya berniat melakukan penambalan darurat di titik-titik terparah. Hal ini dilakukan karena kondisi jalan kabupaten tersebut sering membuat bagian bawah kendaraan tersangkut.

"Awalnya tidak terencana secara struktur. Hanya koordinasi antarwarga untuk nambal darurat karena motor matik dan mobil sering gasruk. Tapi setelah dipasang di story WhatsApp dan masuk ke Facebook, informasinya meluas hingga viral," ujar Dukuh Sonyo, Suranto, saat dimintai konfirmasi wartawan lewat sambungan telepon, Kamis (11/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suranto menjelaskan hingga saat ini donasi yang terkumpul mencapai Rp 32 juta. Dana tersebut tidak hanya berasal dari warga setempat, tetapi juga para perantau yang mengirimkan bantuan melalui nomor rekening resmi yang dibuka warga.

ADVERTISEMENT

"Sampai hari ini sudah terkumpul Rp 32 juta. Rencananya penggalangan dana akan ditutup pada 14 Desember mendatang. Seluruh dana akan digunakan untuk material pengecoran jalan yang rusak dan berbatu," ucapnya.

Suranto menjelaskan kerusakan jalan di jalan sepanjang 6 kilometer ini sudah terjadi sejak lama. Meski sempat ada pengaspalan sepanjang 1 kilometer pada tahun 2013, sisa ruas jalan lainnya dibiarkan rusak bertahun-tahun.

Pihak kelurahan dan kecamatan sudah berulang kali mengajukan proposal perbaikan ke pemerintah kabupaten. Namun, upaya tersebut selalu kandas dengan alasan refocusing anggaran.

"Kami sudah mengajukan lewat kelurahan, kecamatan, sampai ke atas, tapi jawabannya selalu mundur dengan alasan refocusing. Bahkan ada gorong-gorong putus yang dijanjikan digarap September lalu, tapi sampai sekarang belum ada realisasi," tegas Suranto.

Saat ini, warga menargetkan pengecoran sepanjang 30 hingga 50 meter pada titik paling parah. Kendala utama di lapangan saat ini adalah suplai material, mengingat truk pengangkut harus memutar jalan akibat adanya jembatan yang putus di jalur utama.

Meski dana Rp 32 juta tergolong besar untuk skala swadaya, Suranto mengakui jumlah tersebut belum cukup untuk memperbaiki keseluruhan ruas jalan yang mencapai 6 kilometer.

"Ini mungkin belum ada 30 persen dari total panjang ruas yang rusak, tapi setidaknya ini usaha kami agar jalan bisa dilalui dengan aman," tuturnya.

Seluruh penggunaan dana donasi ini nantinya dibukukan secara transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para donatur.

Kepala Bidang Bina Marga DPUPKP Kulon Progo, Septi Adi Jati Prabowo mengatakan pihaknya sudah menindaklanjuti keberadaan jalan rusak di ruas Gunungkelir. Ia menyebut jalan tersebut rencananya diperbaiki tahun depan.

"Untuk jalan tersebut rencana 2026 ada anggaran Rp 250 juta," ujar Septi.

Septi mengatakan upaya perbaikan sebenarnya terus dilakukan di kawasan tersebut. Pada tahun lalu, pihaknya menggelontorkan dana sebesar Rp 200 juta untuk ruas lain yang tak jauh dari lokasi itu.

"Iya, kita 2024 ada juga di atasnya yang tanjakan itu Ro 200 juta. Karena anggaran kita kecil jadi penanganan kita dari atas tapi yang cuma pendek, yang bawah dipakai jalan tambang," jelasnya.

Septi menyebut jalan tersebut cukup panjang, sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Terlebih ada beberapa ruas yang mengalami kerusakan berat karena sering dilewati armada tambang. Walhasil perlu ada konstruksi khusus yang membutuhkan anggaran besar.

"Jalan tersebut cukup panjang, 5,5 km, penanangan kita dari atas sehingga memang belum bisa menjangkau sana. (Penanganan jalan yang rusak karena tambang) Bisa tapi ya memang perlu konstruksi khusus agar awet dan butuh anggaran banyak," ujarnya.

Dia pun berharap pihak penambang yang memanfaatkan jalur itu juga bisa berkontribusi dalam menjaga kelaikan jalan.

"Memang seharusnya penambang ikut memelihara jalan juga, seperti yang Clereng ke atas itu bagus di-cor karena ada CSR penanganan jalan dari perusahaan tambang," ucapnya.

Halaman 3 dari 2
(ams/apu)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads