Melihat Sisa Kejayaan Gudang Mbako Sorogedug yang Kini Terbengkalai

Toponimi

Melihat Sisa Kejayaan Gudang Mbako Sorogedug yang Kini Terbengkalai

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Kamis, 23 Okt 2025 19:23 WIB
Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025).
Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja.
Sleman -

Di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman terdapat gudang tembakau (mbako) yang kondisinya sudah terbengkalai. Dulunya, Gudang pengolahan tembakau itu cukup berjaya hingga mengekspor tembakau ke beberapa negara.

Bekas gudang tembakau itu dulunya milik PT Perkebunan Nusantara X. Gudang pengolahan ini sempat beroperasi dari zaman penjajahan Belanda hingga akhirnya bangkrut pada sekitar tahun 1990-an.

Pantauan detikJogja di lokasi, Kamis (23/10/2025) siang, tak ada aktivitas apapun di sekitar bekas gudang. Bangunan tersebut kental dengan nuansa bangunan era penjajahan Belanda dengan didominasi cat warna putih dan krem. Bagian pagar gudang juga ditutupi oleh kain berwarna hitam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagar gudang juga tertutup dan sedikit terbuka. Bagian tembok gudang dan pagar juga banyak ditumbuhi lumut. Suasana di sekitar gudang juga cukup sunyi dan gelap.

Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025).Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Tokoh masyarakat sekaligus mantan dukuh Sorogedug tahun 1989-2015, H. Hartono, mengatakan gudang tembakau itu sudah cukup lama beroperasi. Bahkan, padukuhan Sorogedug cukup dikenal pada waktu itu karena keberadaan gudang tersebut.

ADVERTISEMENT

"Pabrik (gudang) tembakau itu cuma tinggal sejarah, sudah gulung tikar sejak sekitar 1990-an. Itu dulu cukup terkenal, bukan tembakau Jawa tapi tembakau Vorstenlanden," kata Hartono saat ditemui detikJogja di kediamannya, Kamis (23/10).

Hartono mengatakan, tembakau di gudang tersebut juga banyak diekspor ke luar negeri. Salah satunya ke Jerman.

"Tenaga kerja dari sini, tenaga ahlinya juga orang Indonesia. Setelah dipanen, diolah di sini terus diekspor ke luar negeri. Itu bukan tembakau yang buat rokok biasa, tapi tembakau Vorstenlanden," jelasnya.

Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025).Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Hartono mengatakan, setelah dirasa kurang menguntungkan bagi petani tembakau di Sorogedug, gudang tersebut akhirnya ditutup. Warga yang sebelumnya menjadi buruh di gudang tersebut pun banting setir menjadi petani hingga kuli bangunan.

"Pada tahun 1960 sampai 1980-an itu terkenal sekali tembakaunya di sini. Tapi lambat laun petani itu merasa kurang diuntungkan terus akhirnya tutup atau gulung tikar," katanya.

"Tapi dulu jaya sekali itu, karyawannya banyak, menyerap banyak tenaga kerja, termasuk dari sini (Sorogedug). Sekarang sudah tidak ada kegiatan banyak yang bekerja jadi kuli bangunan. Beberapa juga petani, peternak," tuturnya.

Meski begitu, Hartono menyebut bangunan juga tak diruntuhkan, masih awet walau terbengkalai. Beberapa rumah dinas bernuansa Belanda milik pegawai juga masih berdiri kokoh.

"Kalau pengelolanya itu sebenarnya orang Indonesia, tapi saya nggak tahu ya kalau di tempat lain (pusatnya) itu kepunyaan orang Belanda. Tapi di sini, kan ada rumah dinas itu, yang menempati orang Indonesia," ujarnya.

"Ini masih ada sisa-sisanya, rumah dinas dan pabriknya. Semuanya masih utuh. Gudangnya berdiri itu sudah dari zaman Belanda, bangunannya itu kan masih era Belanda," jelasnya.

Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025).Kondisi bekas gudang tembakau di Padukuhan Sorogedug, Madurejo, Prambanan, Sleman, Kamis (23/10/2025). Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Hartono menjelaskan alasan bangunan tersebut tak dihancurkan. Alasannya karena bangunan tersebut dibangun di atas tanah milik Kasultanan Yogyakarta atau Sultan Ground.

"Bangunannya masih ada tapi ya tidak terumat (terjaga). Karena tanahnya itu kan tanah Sultan Ground, jadi kami nggak berani mau memperbaharui atau membangun, atau menghancurkan bangunan di situ. Jadinya ya mangkrak terbengkalai," pungkasnya.




(apl/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads