Menjelang musim hujan, warga di Giring, Paliyan, Gunungkidul biasa mencari putul. Putul merupakan sejenis serangga menyerupai kumbang yang kerap menempel di dedaunan. Bagi warga Gunungkidul, putul biasa menjadi camilan dan lauk warga. Bahkan beberapa ada yang menjualnya untuk kalangan tertentu.
Putul yang punya nama latin Phyllophaga hellery adalah salah satu hama yang menjadi musuh besar petani. Selain itu, putul berukuran kecil dan bentuknya menyerupai kumbang.
Salah satu pencari putul, Kelvian (32), mengaku setiap sore mencari putul di sekitar tempat tinggalnya, Giring, Paliyan. Putul biasanya hanya muncul di musim-musim tertentu saja.
"Putul itu keluarnya saat mau masuk musim hujan seperti saat ini. Karena musiman, saya dan teman-teman biasanya mencari putul untuk mengisi waktu luang," katanya kepada detikJogja, Jumat (10/10/2025).
Kelvian mengatakan mencari putul tidak bisa dilakukan sepanjang hari. Mengingat putul merupakan serangga yang keluar saat sore hari.
"Putul itu bukan hewan aktif dan biasanya keluar sebelum Maghrib, karena itu saya dan teman-teman biasanya mencari putul saat sore hari," ujarnya.
Sedangkan untuk menangkap putul, Kelvian mengaku, tidak memerlukan alat khusus. Semua itu karena putul kerap hinggap di dedaunan, jadi cukup mudah ditangkap menggunakan tangan kosong.
"Beda sama ungkrung, kalau ungkrung kan di pohon jati. Nah, kalau putul ini ada di sembarang pohon dan biasanya hinggap di pucuk dedaunan. Jadi bisa langsung ditangkap pakai tangan kosong," ucapnya.
Dalam sehari, pria yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta ini mengaku bisa mendapatkan banyak putul. Putul-putul tersebut oleh Kelvian ditaruh di dalam botol air mineral kemasan plastik.
"Sekali cari bisa satu botol air mineral kemasan plastik 1,5 liter itu penuh. Tapi kadang-kadang hanya dapat sebotol air mineral tanggung (600 ml)," katanya.
Jadi Camilan dan Lauk
Terkait putul hasil tangkapannya, Kelvian mengaku mengolahnya menjadi camilan teman minum teh.
"Kalau dapat putul biasanya dimasak, bisa buat lauk atau buat cemilan. Tapi kalau saya biasa buat cemilan sambil wedangan (minum teh atau kopi) sama teman-teman," ujarnya.
Mengolah Putul
Sedangkan untuk cara mengolah putul, Kelvian mengaku cukup sederhana. Menurutnya, yang terpenting adalah memastikan putul dalam kondisi bersih.
"Pertama putul dicuci dulu biar mati, terus sayapnya dihilangkan dan dicuci lagi. Setelah bersih, putul dimasak pakai bumbu bacem atau bawang putih dan garam yang dihaluskan lalu digoreng," ucapnya.
Kelvian mengungkap rasa dari putul cenderung gurih. Sedangkan teksturnya sendiri renyah karena pengolahannya dengan cara digoreng.
"Ya kalau rasanya gurih, hanya kalau yang alergi udang biasanya gatal-gatal kalau makan putul. Karena putul ini proteinnya tinggi," katanya.
Harga Rp 50 Ribu Per 1,5 Liter
Selain untuk dikonsumsi sendiri, Kelvian mengatakan, putul juga laku dijual. Namun, berjualan putul tidak bisa menjadi mata pencaharian utama. Mengingat keberadaan putul juga tidak setiap hari ada, melainkan hanya muncul pada musim-musim tertentu saja.
Untuk penjualan putul, kata Kelvian, juga hanya ada yang memesan saja. Biasanya putul dijual dalam kondisi mentah.
"Dijual juga laku, tapi biasanya kalau ada yang pesan. Untuk satu botol plastik 1,5 liter full putul biasanya dijual Rp 50 ribu, dan itu mentah karena memang jarang yang jual putul sudah dimasak," ujarnya.
Simak Video "Video: Viral Lurah di Gunungkidul Disiram, Disebut Karena Masalah Utang"
(apl/ams)