Cerita Poniyati 30 Tahun Jadi Guru Honorer Bantul hingga Lolos PPPK

Cerita Poniyati 30 Tahun Jadi Guru Honorer Bantul hingga Lolos PPPK

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Kamis, 25 Sep 2025 15:42 WIB
Guru pendidikan agama Kristen yang menjadi PPPK setelah 30 tahun menjadi guru honorer, Poniyati saat memberikan keterangan di Bantul, Kamis (25/9/2025).
Guru pendidikan agama Kristen yang menjadi PPPK setelah 30 tahun menjadi guru honorer, Poniyati saat memberikan keterangan di Bantul, Kamis (25/9/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja.
Bantul -

Seorang guru honorer asal Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Poniyati, akhirnya tersenyum lega. Setelah penantian selama 30 tahun mengabdi sebagai guru, dia akhirnya menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Selama ini wanita 55 tahun itu mengabdi sebagai guru pendidikan agama Kristen. Perjuangan Poniyati tidak mudah, bahkan pernah beberapa tahun tidak mendapatkan honor mengajar.

Poniyati pun menceritakan awalnya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia Jogja. Setelah lulus, Poniyati pun mengabdi sebagai guru pendidikan agama Kristen di SDN 2 Padokan, Kasihan, Bantul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sekolah di kependidikan, kedua saya mikir kok ijazah saya sayang tidak dipakai. Apalagi, maaf ya, anak-anak Kristen kok di SD negeri banyak yang tidak dapat pelajaran agama Kristen," katanya kepada wartawan di Bantul, Kamis (25/9/2025).

Berkaca dari hal tersebut, terbesit niat Poniyati untuk melakukan pelayanan kepada sesama umat Kristiani melalui jalan mengajar mata pelajaran agama Kristen di sekolah.

ADVERTISEMENT

"Lalu dari situ saya melayani anak-anak di SDN 2 Padokan, saat itu daftar dan diterima tahun 1994," ujarnya.

Warga Monggang Kidul, Pendowoharjo, Sewon, Bantul ini melanjutkan, setelah mengajar di SDN 2 Padokan ternyata banyak SD negeri yang membutuhkan guru mata pelajaran agama Kristen. Sehingga Poniyati mulai mengajar secara berpindah-pindah.

"Tapi lama-kelamaan mengajar dari satu sekolah ke sekolah lainnya, seperti SD Cepit, Sembungan hingga Monggang. Saat itu saya hanya naik sepeda untuk berangkat mengajar, sampai saya dipanggil guru terbang karena dari sekolah sini ke sini, bisa sampai 4-5 sekolah sehari," ucapnya.

Honor Rp 75 Ribu

Selama mengabdi menjadi guru honorer, wanita ini mengaku sangat menikmatinya. Bahkan, Poniyati menerima berapapun honor dari mengajar mata pelajaran agama Kristen di beberapa SD tersebut.

"Awal-awal tidak dapat honor beberapa tahun, lalu ada rapat akhirnya dapat honor Rp 75 ribu itu tahun 2000an kalau tidak salah. Dari Rp 75 ribu naik Rp 100 ribu terus Rp 150 ribu dan sampai terakhir Rp 500 ribu," katanya.

3 Kali Gagal CPNS

Selama perjalanannya menjadi guru honorer, Poniyati sempat tiga kali mendaftar PNS namun tidak lolos. Hingga akhirnya ada pendaftaran PPPK namun tidak ada formasi untuk guru mata pelajaran agama Kristen.

"Lalu ada bukaan PPPK, tidak ada formasinya dan tidak bisa mendaftar, yasudah belum rezekinya lagi. Terus mau mendaftar lagi tapi ijazahnya belum bisa diverifikasi dan validasi, terus yasudah belum bisa mendaftar lagi," ujarnya.

Hingga akhirnya usaha Poniyati berbuah manis dan tahun ini bisa lolos menjadi PPPK. Poniyati sendiri menjadi PPPK dengan formasi guru mata pelajaran agama Kristen di SDN 2 Padokan.

"Lalu puji Tuhan sekali tahap kedua bisa lolos, ini saya syukuri. Sekarang jadi PPPK puji Tuhan sudah naik honornya, ya jerih payah selama 30 tahun. Apalagi umur saya 55 tahun, dan lima tahun lagi kan batasnya," ucapnya.

Terkait hanya menikmati guru berstatus PPPK selama lima tahun, Poniyati mengaku sama sekali tidak mempermasalahkannya.

"Tidak apa-apa, tidak masalah saya," katanya.

Meski diakuinya bahwa sempat mendapat tawaran untuk tetap mengajar sebagai guru mata pelajaran agama Kristen jika sudah pensiun. Mengingat guru memasuki masa pensiun di usia 60 tahun.

"Tapi ada tawaran kalau sudah pensiun diminta mengajar lagi, tapi saya jawab lihat-lihat besok, karena kan lihat kondisi juga. Kalau dulu masih muda enjoy aja naik sepeda tapi lama-lama akhirnya naik ojek online kalau berangkat mengajar," ujarnya.

Poniyati juga mengungkapkan bahwa dari lubuk hatinya masih ingin mengajar jika sudah memasuki usia purna sebagai guru. Semua itu karena Poniyati takut tidak ada yang mengajar anak-anak beragama Kristen.

"Inginnya sih leren (Istirahat), tapi kalau leren anak-anak nanti siapa yang ngajar (mata pelajaran agama Kristen)," ucapnya.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads