Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengungkapkan pengolahan sampah di Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran belum bisa maksimal karena banyaknya sampah organik yang bersifat basah. Karena itu, Halim memerintahkan ASN di Bantul untuk mulai membuat biopori untuk mengolah sampah organik.
Halim mengatakan sampai hari ini belum ada mesin pemusnah sampah organik yang efektif menghancurkan sampah-sampah organik dalam jumlah besar dan singkat. Bahkan, Halim telah melakukan studi di lapangan hingga ke beberapa daerah dan belum ada mesin tersebut.
"Misalnya ITF Bawuran, ITF Bawuran itu prosesnya adalah insinerasi, membakar sampah residu yang diproyeksikan bisa 50 ton," katanya kepada wartawan usai acara Bantul Innovation Award 2025 di Sewon, Bantul, Selasa (23/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Halim menyebut hingga saat ini insinerasi di ITF Bawuran belum bisa menyentuh 50 ton sampah Perhari. Menurutnya, semua itu karena sebagian besar sampah yang datang ke ITF Bawuran adalah sampah organik dan bersifat basah.
"Ternyata sampah yang datang sampah organik yang sifatnya basah. Sehingga walaupun dengan suhu yang tinggi di atas 800 derajat tetap saja belum bisa membakar sampah secara efektif," ucapnya.
Hal tersebut membuat proses insinerasi di ITF Bawuran menjadi agak panjang. Pasalnya petugas terlebih dahulu harus mengeringkan sampah organik yang basah.
"Sampah dari Kota itu kan rata-rata sampah organik bersifat basah semua, sehingga plastik harus dibedah dulu dan dikeringkan. Lalu dimasukkan rotary dryer, itu fungsinya untuk mengurangi kadar air," ujarnya.
"Tapi sampai ke alat pembakarnya tetap saja kadar air masih tinggi sehingga efektivitas pembakaran tidak optimal. Kecuali sampahnya kering semua baru bisa mencapai tonase yang lebih tinggi," lanjut Halim.
Oleh sebab itu, Halim melakukan diskusi di lingkup Pemkab Bantul yang hasilnya jika proporsi sampah yang dibuang 70% sampah organik maka harus dikelola sendiri. Pasalnya, jika rumah tangga bisa mengolah sampah organik atau sisa makanan maka bisa menyelesaikan permasalahan sampah di Bumi Projotamansari.
"Di atas kertas seperti itu, tapi praktiknya masih banyak yang kurang telaten dan lebih baik membayar pihak ketiga ketimbang membuang di halamannya sendiri. Padahal biopori terbukti bisa menyuburkan lahan kita dan setelah terfermentasi secara alamiah bisa menjadi media tanam," ucapnya.
Perlu diketahui, biopori adalah lubang buatan pada tanah yang diisi sampah organik untuk resapan air. Sampah organik ini berfungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.
"Karena itu kita coba dimulai dari sekitar 10 ribu ASN, nantinya secara bersamaan, baik anak istri membiasakan itu, harapannya tetangga bisa mencontohnya," katanya.
Di saat yang bersamaan Pemkab akan mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Lurah di Kabupaten Bantul. Surat edaran itu agar program pemberdayaan masyarakat berbasis Pedukuhan itu digunakan untuk membuat biopori di tingkat rumah tangga non-ASN.
"Nanti dibantu dengan pengeborannya, nanti kita serukan seluruh kalurahan harus punya alat mengebor itu. Kemudian dari program itu bisa untuk beli paralon yang dikhususkan untuk warga miskin," ujarnya.
(aap/ams)
Komentar Terbanyak
Aktivis Jogja Muhammad Fakhrurrazi alias Paul Ditangkap Polda Jatim
Istri Diplomat Arya Daru Muncul ke Publik, Serukan Ini ke Presiden dan Kapolri
Sentil MBG, Sultan HB X Cerita Pengalaman Dapur Umum Erupsi Merapi