Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan Tiffauzia Tiyassuma atau dokter Tifa, menulis buku 'Jokowi's White Paper'. Roy Suryo mengatakan, buku tersebut siap didistribusikan mulai akhir Agustus 2025.
"Distribusinya insyaallah nanti pada akhir bulan. Akhir bulan Agustus ini," kata Roy Suryo ditemui wartawan di UC UGM, Senin (18/8/2025).
Roy Suryo mengatakan buku tersebut bakal dicetak biasa dan eksklusif. Ada juga buku yang berformat elektronik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cetak yang agak lumayan eksklusif. Dan juga cetak yang biasa untuk supaya biayanya bisa murah. Yang eksklusif bisa jadi kenangan. Dan akan muncul juga dalam format e-book ya. Jadi supaya orang bisa cukup baca PDF-nya saya. Tinggal di download," jelasnya.
Sederet Isi Buku
Roy Suryo menjelaskan, buku setebal hampir 700 halaman itu memiliki sederet isi.
"Jadi isinya tadi saya spill ya. Jadi, isinya adalah satu. Ya, itu memuat dokumentasi tentang apa yang kami lakukan sejauh ini. Mulai dari ketika isu pertama kali ini (dugaan ijazah palsu milik Jokowi) keluar ya," kata Roy Suryo.
Ada juga isi tentang kriminalisasi beberapa orang seperti Bambang Trimulyono atau Bambang Tri dan Gus Nur atau Sugi Nur Raharja yang mengkritisi soal ijazah Jokowi. Roy Suryo mengatakan, Jokowi menyebutkan Indeks Prestasi (IP) di bawah 2 dalam seminar yang digelar di Kampus Terpadu UII dan dihadiri juga oleh Prof Mahfud Md dan Buya Syafii Maarif.
"Waktu itu ada dialog santai gitu ya. Ada videonya juga. Yang mengatakan untuk jadi presiden itu IP-nya sebaiknya berapa. Prof Mahfud mengatakan IP-saya 3,8. Nah, Jokowi mengatakan IP saya di bawah 2. Dua aja nggak ada gitu loh, kan mulai dari situ sebenarnya orang berpikir," ujarnya.
"Sempat kemudian mereka mempertanyakan soal itu. Tapi mereka dikriminalisasi. Itu semua kami tulis dalam buku itu," lanjutnya.
Roy Suryo cs juga menulis penelitian tentang skripsi milik Jokowi. Ketiganya datang ke UGM dan bertemu dengan wakil rektor, Prof Wening dan Arie Sujito.
"Saya memegang langsung skripsi itu. Saya memegang skripsi itu ya. Dan kemudian kita meneliti langsung ya waktu itu. Kemudian juga kami tulis panjang tentang apa arti Declaration of Human Rights. Apa arti dari Undang-Undang Dasar 45 Masalah 28. Apa arti dari Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik tahun 2018," ujarnya.
Di dalam buku tersebut, kata Roy Suryo, ditulis pula analisis digital forensik yang dibuat oleh Rismon tentang perbandingan ijazah Jokiwi dan milik alumni UGM lainnya seperti Hari Mulyono, Pronojiwo, dan Srimurtiningsih.
Dijelaskan Roy Suryo, ijazah tersebut memiliki unsur overlapping detection berupa watermark logo UGM yang reposisinya buruk dan tanda tangan pengesahannya.
"Sangat panjang tentang kajian-kajian itu. Termasuk penggunaan perbandingan dengan RGB ya. Red, Green, Blue atau dengan perbandingan dengan CMYK. Cyan, Magenta, Yellow, and Black. Ya, dari situ detail banget," ujarnya.
Selanjutnya, ada pula analisis tentang penelitian pola perilaku dan politik seseorang menggunakan metode Behavioral Neuroscience. Analisis itu dilakukan oleh dokter Tifa.
"Jadi buku itu insyaallah akan menjadi sebuah referensi yang sangat menarik. Karena kami susun dengan bahasa yang teknis tapi agak populer. Jadi populer science lah," ujarnya.
"Paling menonjol ya kesimpulannya adalah skripsinya 99,9% palsu. Tidak mungkin menghasilkan ijazah asli. Itu saja yang paling penting," tegasnya.
Roy Suryo pun mengungkapkan alasan penjudulan buku tersebut. Judul 'Jokowi's White Paper' disepakati ketiganya untuk membersihkan nama UGM.
"Kami sepakat menjuduli Jokowi's White Paper. Karena kami ingin membersihkan kampus kami tercinta ini. Universitas Gadjah Mada itu, Kami bertiga lulusan sini. S1, S2 nya semuanya dari UGM semua," tegasnya.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
UGM Batalkan Sewa Gedung untuk Launching Buku Roy Suryo dkk
Ditolak UGM, Launching Buku Roy Suryo dkk Pindah ke Kafe
Judul Buku Roy Suryo dkk yang Batal Dilaunching di UC UGM: Jokowi's White Paper