Keberadaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) di dalam tubuh memicu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang akan dialami oleh para pengidapnya. Bukan hanya itu saja, HIV/AIDS dianggap sebagai penyakit berbahaya karena menyerang sistem kekebalan tubuh orang yang mengalaminya. Namun, seperti apa ciri-ciri terkena HIV?
Mengutip dari CDC, HIV dan AIDS adalah dua istilah yang berbeda. HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, AIDS adalah kondisi yang akan terjadi saat seseorang yang terkena HIV tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya.
Kondisi AIDS yang terjadi karena adanya virus HIV dianggap sangat berbahaya bagi siapa saja yang mengalaminya. Dijelaskan World Health Organization (WHO), HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang merenggut banyak nyawa. Ini dikarenakan HIV menyerang sel darah putih di dalam tubuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu saja, HIV juga melemahkan sistem kekebalan tubuh. Orang yang terkena HIV bisa dibilang lebih mudah terkena berbagai gangguan kesehatan lain karena sistem kekebalan tubuhnya yang bisa saja melemah. Gangguan kesehatan yang dimaksud bisa berupa infeksi, tuberkulosis, hingga sejumlah jenis kanker.
Hal inilah yang membuat HIV termasuk dalam gangguan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian penuh dan penanganan yang tepat. Terutama bagi orang-orang yang terindikasi mengalaminya.
Lantas, bagaimana ya ciri-ciri saat seseorang terkena HIV? Mari simak uraian penjelasannya berikut ini.
Ciri-ciri Terkena HIV
Sebelumnya, untuk memastikan seseorang benar-benar terkena HIV, perlu dilakukannya prosedur medis yang melibatkan dokter maupun ahli kesehatan lainnya. Untuk itu, ada baiknya seseorang tidak melakukan self-diagnosis terhadap dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.
Kemudian, di dalam buku 'Modul Cara Pencegahan, Penularan, Deteksi dan Penanggulangan HIV-AIDS' karya Arda Dinata, dkk., dijelaskan ciri-ciri atau yang juga dikenal sebagai gejala HIV akan muncul dalam periode tertentu. Umumnya, setelah seseorang terinfeksi virus HIV ciri-ciri yang muncul berkisar 6-8 minggu setelahnya.
Namun demikian, ada juga sebagian orang yang gejalanya baru muncul dalam kurun waktu yang lebih lama. Inilah yang membuat gejala HIV cenderung sulit dideteksi secara kasat mata karena gejala yang ditimbulkan terkadang mirip dengan gejala penyakit pada umumnya.
Ada begitu banyak ciri yang mengindikasikan seseorang terkena HIV. Di dalam buku tersebut diuraikan ada setidaknya 18 ciri-ciri terkena HIV. Berikut uraian lengkapnya:
- Demam mencapai 38 derajat celsius atau lebih
- Kelelahan berlebihan meski tidak melakukan aktivitas fisik yang berat
- Rasa pegal-pegal atau nyeri pada bagian otot dan juga sendi
- Pembengkakan di area kelenjar getah bening
- Sakit kepala hingga nyeri di bagian tenggorokan
- Munculnya ruam-ruam di area kulit
- Mual, muntah, dan diare berkepanjangan
- Berat badan yang turun secara drastis dalam waktu singkat
- Mengalami batuk kering yang tak kunjung sembuh
- Infeksi paru-paru yang ditandai dengan pneumonia
- Infeksi parasit yang ditandai dengan toksoplasmosis
- Munculnya keringat pada malam hari meski tidak beraktivitas berat atau suhu yang panas
- Kuku yang melengkung dan menebal hingga mengalami perubahan warna
- Sulitnya berkonsentrasi karena fungsi motorik tidak bekerja dengan optimal
- Merasa lemah dan kesemutan hingga mati rasa
- Munculnya herpes di bagian mulut maupun alat kelamin
- Menstruasi yang tidak teratur
- Mengalami infeksi pada jaringan kulit rambut
Lebih lanjut, masih mengacu dari laman WHO, ada sejumlah tanda maupun gejala HIV yang bervariasi antara satu orang pengidap dengan yang lainnya. Berikut beberapa di antaranya:
- Demam
- Sakit kepala
- Ruam-ruam
- Peradangan pada bagian tenggorokan
- Infeksi
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Diare
- Batuk
- Penurunan berat badan
- Tuberkulosis (TB)
- Kanker
- Hepatitis
Fase Gejala Terkena HIV
Kemudian terdapat empat fase gejala saat seseorang mengalami HIV. Fase ini sekaligus menandai perubahan kesehatan yang dialami oleh seseorang yang terinfeksi HIV hingga nantinya akan ada pada fase AIDS apabila tidak segera mendapatkan tindakan medis yang sesuai. Berikut keempat fase HIV yang dimaksud, dikutip dari buku 'HIV dan AIDS: Sejarah dan Pencegahan Penularan' oleh Sarah Nila Adinsyah.
Fase Pertama
Pada fase awal biasanya ciri-ciri orang yang terkena HIV belum terlihat. Alasannya karena pada fase pertama, umumnya antibodi terhadap HIV belum terbentuk dengan sempurna. Biasanya fase pertama berlangsung sekitar 1-6 bulan awal terkena virus HIV. Meskipun masih belum menunjukkan ciri-ciri atau gejala yang jelas, tapi orang yang terkena HIV fase pertama dapat menularkan virus ini kepada orang lain.
Fase Kedua
Selanjutnya, ada fase kedua yang berlangsung sekitar 2-10 bulan setelah virus HIV menginfeksi seseorang. Sama seperti fase pertama, pada fase kedua ini seseorang dapat menularkan HIV kepada orang lain. Meskipun telah dinyatakan positif HIV, sering kali orang yang mengidap virus ini belum merasakan adanya gejala sakit.
Fase Ketiga
Kemudian fase ketiga justru menjadi awal dimulainya gejala-gejala tertentu muncul. Sering kali pengidap HIV yang sudah memasuki fase ketiga akan mengalami kondisi sistem kekebalan tubuh yang melemah. Tidak hanya itu saja, gejala-gejala awal penyakit juga sudah mulai muncul.
Fase Keempat
Terakhir, ada fase keempat yang bisa dibilang sudah masuk pada tahap AIDS. Biasanya AIDS dapat didiagnosa saat kekebalan tubuh berkurang. Salah satu indikasinya jumlah sel-T yang berada di bawah 2001 mikroliter. Selain itu, pada fase keempat ini ada berbagai gejala yang cukup serius terjadi pada pengidap HIV. Baik itu yang berkaitan dengan infeksi maupun timbulnya berbagai penyakit.
Penyebab HIV
Apa yang menyebabkan virus HIV bisa menjangkit seseorang? Dikatakan dalam buku 'Waspada Wabah Penyakit: Panduan untuk Orang Awam' oleh Liswidyawati Rahayu, SSi, virus HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh manusia. Terutama paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma, dan juga cairan vagina.
Tidak jarang virus HIV juga dapat ditemukan pada cairan ASI, meski jumlahnya tidak sebanyak cairan lainnya. Sebagian besar penyebab HIV terjadi akibat ditularkan melalui hubungan seks. Tercatat ada setidaknya 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seksual. Baik itu yang dilakukan oleh lawan jenis maupun sesama jenis.
Kemudian 5-10% di antaranya ditularkan melalui alat suntik yang sudah tercemar. Salah satu di antaranya pemakaian narkotika yang diinjeksi melalui suntikan. Baru sekitar 3-5% sisanya berasal dari transfusi darah yang telah tercemar oleh pengidap HIV/AIDS.
Kemudian Hanifah Ardiani, SKM, MKM dan Avicena Sakufa Marsanti, SKM, MKes dalam bukunya 'Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Menular Seksual dan HIV/AID', menjelaskan umumnya ada tiga cara penularan HIV/AIDS. Pertama, melalui transmisi seksual yang terjadi melalui hubungan seks. Baik itu melalui air mani atau cairan vagina dan serviks.
Lalu yang kedua adalah transmisi non-seksual atau parental. Ini bisa terjadi saat digunakannya jarum suntik atau alat tusuk lainnya yang telah terinfeksi oleh pengidap HIV. Kemudian penularan ibu dengan HIV/AIDS dapat menurun kepada anaknya dengan risiko sekitar 50%.
Selain hamil dan melahirkan, penularan HIV/AIDS juga saja terjadi saat proses menyusui. Inilah yang membuat HIV/AIDS tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa saja, tapi juga anak-anak bahkan bayi sekali pun.
Penanganan HIV
Lantas, bagaimana cara menangani HIV? Saat seseorang terindikasi positif HIV, maka perlu mendapatkan penanganan dengan segera. Salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan berkonsultasi ke dokter atau ahli kesehatan lainnya.
Dijelaskan dalam 'Buku Saku HIV AIDS dan IMS' yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan infeksi HIV. Sebaliknya, terdapat obat yang bisa membantu dalam menunda munculnya AIDS. Obat yang dimaksud adalah antiretroviral (ARV).
Dengan adanya obat tersebut, dapat mengendalikan perkembangan virus dan menekan risiko menurunnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini dimaksudkan agar pengidap dapat beraktivitas dengan normal.
Cara kerja ARV adalah dengan menekan sejumlah virus ada ada di dalam darah. Hal ini dimaksudkan agar meminimalisir risiko menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.
Umumnya, obat ARV tersedia di berbagai pelayanan kesehatan. Obat ARV ini juga harus diminum seumur hidup oleh ODHA setiap harinya tanpa putus. Lebih lanjut, dijelaskan dalam laman Cleveland Clinic, terapi dengan antiretroviral atau ARV yang dikenal juga sebagai ART dapat dilakukan dengan mengonsumi kombinasi beberapa jenis pil.
Tidak jarang dokter akan meresepkan beberapa ARV yang dianggap paling efektif dalam menekan perkembangan virus, terutama yang berpeluang menghancurkan sel-sel pengidap HIV. Kemudian ARV yang dikonsumsi tanpa henti setiap harinya membuat ODHA perlu agar berkomitmen penuh.
Hal tersebut penting untuk dilakukan karena saat melewatkan pengobatan, baik itu sengaja atau tidak sengaja, maka HIV dapat mengubah cara infeksi sel dengan bermutasi. Ini dikhawatirkan mampu memicu obat yang berhenti bekerja, sehingga kepatuhan pengobatan perlu diterapkan oleh pengidap HIV/AIDS ini.
Demikian tadi penjelasan mengenai ciri terkena HIV lengkap dengan gejala, penyebab, dan penanganannya. Semoga informasi ini membantu.
(sto/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas