Potret Khidmatnya Prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja

Potret Khidmatnya Prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja

Adji G Rinepta - detikJogja
Jumat, 27 Jun 2025 00:37 WIB
Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam.
Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Ribuan masyarakat mengikuti prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memperingati malam 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959. Prosesi ini selalu menyedot atensi dari masyarakat hingga Jumat (27/6) dini hari.

Pantauan detikJogja Kamis (26/6/2025) sejak pukul 21.30 WIB, masyarakat sudah memadati Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, Keraton Jogja. Semakin malam warga semakin membanjiri area keraton.

Bahkan, lautan manusia tak hanya memadati kompleks Keben. Ribuan masyarakan meluber hingga sekitaran Alun-alun Utara sampai Masjid Gedhe Kauman. Masyarakat terus berdatangan dari segala arah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalanan menuju Kompleks Keben pun tampak padat oleh warga. Mereka menunggu sambil duduk di jalan-jalan. Banyak juga yang berusaha merangsek masuk ke pusat acara.

Hingga pukul 00.00 WIB, petugas keamanan kemudian meminta warga untuk membuka jalan. Rombongan Abdi dalem dengan membawa panji-panji dan bendera terlihat keluar dari Keben memimpin prosesi Mubeng beteng.

ADVERTISEMENT
Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam.Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

Warga yang menunggu di tepi jalan kemudian masuk ke rombongan belakang mengikuti prosesi mubeng beteng, barisan mengular cukup jauh. Meski sangat ramai masyarakat, prosesi ini berjalan hikmat dan sunyi.

Prosesi Mubeng Beteng sendiri dibuka dengan pembacaan Macapat oleh Abdi Dalem mulai 19.30 WIB. Abdi dalem Keraton Jogja, KMT Projoswasono, menjelaskan makna prosesi Mubeng Beteng ini.

"Dulunya tidak ada (pembacaan Macapat), tapi ketika perkembangan zaman, kita menunggu sampai jam 12 malam itu kan waktunya panjang sekali. Akhirnya daripada kosong itu diberi kesenian Macapat, tapi syairnya adalah doa-doa," ujarnya.

"Sebagai wujud rasa prihatin, ketika kami mubeng beteng itu diharapkan banyak-banyak berdoa untuk mensyukuri satu tahun yang lalu, dan berdoa untuk tahun mendatang," papar Projoswasono.

Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam.Suasana prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

Usai pembacaan Macapat, lanjut Projoswasono, acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pelepasan oleh Putra Dalem, atau utusan dari Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Sekitar 22.30 kita selesai Macapatan, kemudian jeda sebentar, kemudian para Panghadeng datang terus acara dimulai dengan sambutan sambutan. Setelah itu doa," terangnya.

"Nah pas lonceng Keraton berbunyi 12 kali, baru kita mulai jalan. Kira-kira (mubeng beteng) sampai jam 2.30," sambung Projoswasono.

Prosesi Mubeng Beteng sendiri berangkat dari Kompleks Keben kemudian ke utara sampai ke Alun-alun Utara. Lalu ke utara lagi sampai ke Titik Nol Kilometer Jogja berlanjut ke arah barat.

"Sampai pojok Beteng Lor Kulon terus ke selatan, sampai pojok Kidul Kulon, terus ke timur sampai pojok beteng kidul wetan. Terus ke utara sampai pojok Beteng Lor Wetan," pungkasnya.




(apu/apu)

Hide Ads