Antusiasnya Muda-Mudi Ikuti Prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja

Antusiasnya Muda-Mudi Ikuti Prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 26 Jun 2025 23:32 WIB
Suasana pelaksanaan prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam.
Suasana pelaksanaan prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Mubeng Beteng Keraton Jogja memperingati malam 1 Muharram 1447 Hijriyah atau 1 Sura Dal 1959 selalu menyedot atensi dari masyarakat. Warga yang hadir beragam, dari yang tua hingga anak muda, baik warga Jogja maupun luar Jogja.

Pantauan detikJogja di Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, Keraton Jogja, pukul 21.30 WIB, masyarakat sudah memadati kompleks Keben. Jalan-jalan menuju lokasi acara pun juga tampak banyak warga yang berjalan menuju lokasi.

Di dalam kompleks Keben, masyarakat pun sudah tampak padat. Banyak yang duduk hikmat mendengarkan kidung-kidung yang dinyanyikan Abdi Dalem, banyak juga warga yang berdiri menyimak prosesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosesi kebudayaan ini tak hanya dinikmati kalangan tua, muda-mudi juga tampak berjubel di antara masyarakat lainnya. Seperti Gabriel Maria Ana (25), warga Kulon Progo yang mengaku baru pertama kali mengikuti prosesi tahunan ini.

"Ini baru pertama kali, kebetulan saya orang Jogja, pengin nguri-uri budaya Jawa. Bareng temen-temen juga," jelasnya saat ditemui di Kompleks Keben Keraton Jogja, Kamis (26/6/2025) malam.

ADVERTISEMENT

"Alasan mengikuti Mubeng Beteng, pengin tahu budaya di tempat sendiri seperti apa, pengin lebih dekat aja," sambung Maria.

Suasana pelaksanaan prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam.Suasana pelaksanaan prosesi Mubeng Beteng Keraton Jogja memeringati 1 Muharram 1447 Hijriah atau 1 Sura Dal 1959, Kamis (26/6/2025) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

Selain Maria, prosesi Mubeng Beteng juga menarik perhatian Wahyu Widiardana (25), pemuda asal Magelang, Jawa Tengah. Selain untuk mengikuti prosesi ini, Ia mengaku hadir ke Keraton Jogja juga untuk riset tugas akhirnya.

"Kebetulan saya sedang tugas akhir, jadi ini sekalian riset, biar tahu rasanya gimana, prosesinya gimana," ungkap Wahyu.

Prosesi Mubeng Beteng sendiri dibuka dengan pembacaan Macapat oleh Abdi Dalem mulai 19.30 WIB. Abdi dalem Keraton Jogja, KMT Projoswasono, menjelaskan makna prosesi Mubeng Beteng ini.

"Dulunya tidak ada (pembacaan Macapat), tapi ketika perkembangan zaman, kita menunggu sampai jam 12 malam itu kan waktunya panjang sekali. Akhirnya daripada kosong itu diberi kesenian Macapat, tapi syairnya adalah doa-doa," ujarnya.

"Sebagai wujud rasa prihatin, ketika kami mubeng beteng itu diharapkan banyak-banyak berdoa untuk mensyukuri satu tahun yang lalu, dan berdoa untuk tahun mendatang," papar Projoswasono.

Usai pembacaan Macapat, lanjut Projoswasono, acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pelepasan oleh Putra Dalem, atau utusan dari Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Sekitar 22.30 kita selesai Macapatan, kemudian jeda sebentar, kemudian para Panghadeng datang terus acara dimulai dengan sambutan sambutan. Setelah itu doa," terangnya.

"Nah pas lonceng Keraton berbunyi 12 kali, baru kita mulai jalan. Kira-kira (mubeng beteng) sampai jam 2.30," sambung Projoswasono.

Prosesi Mubeng Beteng sendiri berangkat dari Kompleks Keben kemudian ke utara sampai ke Alun-alun Utara. Lalu ke utara lagi sampai ke Titik Nol Kilometer Jogja berlanjut ke arah barat.

"Sampai pojok Beteng Lor Kulon terus ke selatan, sampai pojok Kidul Kulon, terus ke timur sampai pojok beteng kidul wetan. Terus ke utara sampai pojok Beteng Lor Wetan," pungkasnya.




(apu/apu)

Hide Ads