- Jenis-jenis Gulma Berbahaya 1. Alang-alang (Imperata cylindrica) 2. Grinting (Cynodon dactylon L.) 3. Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) 4. Teki (Cyperus rotundus) 5. Sembung Rambat/Mikania (Mikania micrantha HBK)
- Cara Mengatasi Gulma Perusak Tanaman 1. Pencegahan 2. Cara Mengatasi Gulma secara Fisik 3. Cara Mengatasi Gulma secara Biologis 4. Cara Mengatasi Gulma secara Kimiawi
Sebelum membahas lebih dalam, apa itu gulma? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang termasuk bangsa rumput. Tumbuhan-tumbuhan ini hidup mengganggu kehidupan tanaman utama.
Lebih lanjut, menurut keterangan dari buku Gulma & Pengendaliannya oleh Uum Umiyati dan Dedi Widayat, beberapa masalah yang ditimbulkan gulma adalah menurunkan hasil panen, menambah biaya usaha tani, dan mempersukar pekerjaan perawatan. Mereka juga bisa tiba-tiba tumbuh cepat menutupi sebagian besar lahan pertanian sehingga tidak bisa difungsikan sebelum diolah.
Kembali pada judul artikel, diksi 'berbahaya' yang dipakai merujuk pada dua hal, yakni berbahaya untuk manusia dan hewan serta tanaman. Pasalnya, tidak hanya menghambat pertumbuhan tanaman utama, gulma juga mungkin saja menimbulkan keracunan atau alergi terhadap manusia maupun hewan ternak.
Memangnya, apa saja jenis gulma berbahaya yang wajib diwaspadai? Simak pembahasan ringkas beberapa jenisnya di bawah ini, yuk!
Jenis-jenis Gulma Berbahaya
1. Alang-alang (Imperata cylindrica)
Dikutip dari buku Pengelolaan Alang-Alang di Lahan Petani oleh Heru Suryaningtyas dkk, alang-alang termasuk dalam 10 gulma paling buruk di dunia. Tumbuhan satu ini bisa menyebabkan masalah serius terhadap 35 jenis tanaman, seperti kentang, kapas, dan karet.
Alang-alang mampu menekan pertumbuhan beberapa tanaman pangan akibat zat alelopati yang dihasilkannya. Zat beracun ini dihasilkan dari daun dan rimpang alang-alang, baik dalam kondisi segar maupun membusuk.
Tidak hanya menekan pertumbuhan, kehadiran alang-alang juga berpotensi menyebabkan tanaman mati muda. Bila tidak sampai membunuh, alang-alang akan menyaingi tanaman utama dalam memanfaatkan unsur hara dan air dalam tanah, utamanya pada musim kering, sehingga sangat mengganggu.
2. Grinting (Cynodon dactylon L.)
Gulma beracun berikutnya adalah rumput grinting. Yang membuatnya berbahaya, selain karena zat alelopati, adalah kemampuannya bertahan hidup. Disadur dari skripsi berjudul Inventarisasi dan Potensi Gulma pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis (Willd.ex A.Juss) Mull. Arg) di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga oleh Septi Lailia Suknia dari UIN Walisongo Semarang, rumput satu ini terkenal sulit dibasmi dengan teknik mekanik maupun kimia.
Kombinasi kemampuan sulit mati dan variasi habitat yang luas membuatnya jadi lawan tangguh para petani. Dilihat dari buku Gulma Tanaman Hortikultura Kota Tarakan oleh Aditya Murtilaksono dkk, rumput grinting punya akar serabut, berwarna cokelat, memiliki batang bulat, dan tumbuh menjalar di atas permukaan tanah. Tumbuhan gulma satu ini punya ciri khas daun majemuk bermodel pinnately compound.
3. Kirinyuh (Chromolaena odorata L.)
Diduga punya efek alelopati serta menyebabkan keracunan atau bahkan kematian pada hewan ternak, tumbuhan kirinyuh adalah salah satu gulma yang perlu diwaspadai. Diringkas dari Jurnal Litbang Pertanian berjudul 'Tumbuhan Kirinyu Chromolaena Odorata (L) (Asteraceae: Asterales) Sebagai Insektisida Nabati untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura' oleh M Thamrin dkk, gulma kirinyuh dikenal sebagai siam weed dalam bahasa Inggris.
Tumbuhan satu ini tersebar sangat luas di Indonesia. Daun oval lebar khasnya bisa dijumpai di berbagai macam kondisi geografis, mulai dari lahan kering, pegunungan, rawa, hingga tipe lahan basah lain. Gulma ini mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghalangi perkembangan tanaman lain.
4. Teki (Cyperus rotundus)
Dilihat dari dokumen unggahan Repository Poltekkes, rumput teki tumbuh hampir di semua tipe tanah, ketinggian, maupun kelembapan. Hanya saja, gulma satu ini diketahui tidak bisa bertahan hidup di tanah dengan kadar garam tinggi.
Lebih lanjut, menurut informasi dari buku Gulma Pertanian Sebagai Herbal Alami dalam Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat oleh Nita dkk, beberapa dampak negatif kehadiran rumput teki di sektor pertanian adalah:
- Mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya karena rumput teki liar bisa menyebar cepat dan menutupi area luas. Akibatnya, tanaman budidaya harus bersaing dengan rumput teki untuk mendapat unsur hara.
- Menurunkan hasil panen karena tanaman yang dibudidayakan gagal tumbuh maksimal.
- Menambah biaya perawatan. Kemampuan hidup rumput teki yang begitu ampuh membuatnya dapat tumbuh tak terkendali. Oleh karena itu, para petani sering kali harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mengendalikan populasinya.
- Sama seperti gulma-gulma sebelumnya, rumput teki juga menghasilkan senyawa alelopati. Zat racun yang mengganggu kehidupan tanaman pertanian ini dihasilkan dari cairan akar rumput teki maupun sisa-sisa tumbuhannya yang telah membusuk.
5. Sembung Rambat/Mikania (Mikania micrantha HBK)
Gulma kelima yang juga beracun sehingga menghambat pertumbuhan tanaman budidaya adalah sembung rambat. Menurut informasi dari Jurnal Protobiont bertajuk 'Potensi Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida terhadap Gulma Maman Ungu (Cleome rutidosperma D.C) dan Rumput Bahia (Paspalum notatum flugge)' oleh Pebriani dkk, sembung rambat punya senyawa alelokimia berupa fenol, terpenoid, dan flavonoid.
Cukup dikatakan, ketiga senyawa tersebut berperan merusak tumbuh kembang tanaman budidaya. Oleh karena itu, sembung rambat harus segera diatasi. Apalagi, tanaman ini terkenal punya kapasitas reproduksi vegetatif dan seksual yang tinggi. Di samping itu, sembung rambat juga tumbuh sangat cepat.
Cara Mengatasi Gulma Perusak Tanaman
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi gulma-gulma tersebut? Dirangkum dari laman resmi Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK) Politeknik Pertanian Negeri Kupang, berikut beberapa cara mengatasi gulma:
1. Pencegahan
Sebelum mengobati lahan yang 'sakit', sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan untuk mereduksi kemungkinan tumbuh gulma. detikers bisa coba membersihkan bibit-bibit ataupun biji-biji gulma, memberantas gulma di sisi sungai atau saluran pengairan, maupun mencegah prosedur pengangkutan tanaman beserta tanahnya karena bisa membuat gulma terbawa dan menyebar.
2. Cara Mengatasi Gulma secara Fisik
Terdapat banyak metode fisik yang umum diterapkan untuk menyelesaikan masalah gulma. Mulai dari mengolah tanah dengan alat-alat seperti cangkul hingga menggenangi lahan agar gulma terberantas. Di samping itu, metode pembabatan, pembakaran, maupun pengaplikasian mulsa juga bisa dieksekusi.
3. Cara Mengatasi Gulma secara Biologis
Gulma juga bisa dikendalikan atau diatasi secara biologis dengan memanfaatkan organisme lain. Bahkan, beberapa gulma dapat dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan gulma lain. Di samping itu, kelompok insekta, fungi, dan bakteri juga dapat dimanfaatkan untuk memberantas gulma.
4. Cara Mengatasi Gulma secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi berarti menggunakan herbisida. Herbisida sendiri adalah senyawa kimia yang bertujuan mematikan atau menekan pertumbuhan gulma. Keunggulan metode ini adalah hasil yang cepat dan efektif, terlebih bila diaplikasikan di lahan luas.
Demikian pembahasan ringkas mengenai 5 jenis gulma berbahaya yang harus detikers waspadai karena dapat menimbulkan hal-hal tidak diinginkan. Semoga bermanfaat!
(sto/aku)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa