Apa Itu Gulma? Ini Jenis dan Cara Pencegahannya

Apa Itu Gulma? Ini Jenis dan Cara Pencegahannya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Minggu, 23 Feb 2025 14:56 WIB
Kondisi Sungai Jratun yang dipenuhi tumbuhan Eceng gondok (Eichhornia crassipes) di Desa Payaman, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023). Tumbuhan gulma yang hidup mengapung di atas air itu menyebabkan pendangkalan sungai serta mengganggu aliran sungai dan menjadi salah satu penyebab sering terjadinya banjir di kawasan itu. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/foc.
Ilustrasi gulma eceng gondok. Foto: ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO
Solo -

Terdapat dua jenis pengganggu tanaman yang dikenal di bidang pertanian maupun perkebunan, yaitu hama dan gulma. Kehadiran keduanya dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, bahkan sampai mematikan. Namun, apa itu gulma? Mari kita cari tahu dengan menyimak penjelasan berikut ini, detikers!

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hama adalah hewan yang mengganggu produksi pertanian. Sementara itu, gulma diartikan sebagai tumbuhan pengganggu. Dalam dunia pertanian, gulma terdiri dari berbagai jenis dan cara mencegahnya pun berbeda-beda.

Ingin mengetahui lebih dalam mengenai gulma, detikers? Mari kita simak pembahasan lengkapnya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Gulma?

Dikutip dari Buku Ajar Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tulisan Helda Syahfari dan A Syamad Ramayana, gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Gulma bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dalam mendapatkan air, cahaya, dan unsur hara. Selain itu, gulma juga bisa menjadi tempat persembunyian hama yang berpotensi merusak tanaman pertanian. Oleh karena itu, pengendalian gulma sangat penting agar hasil panen tetap optimal.

Gulma bisa berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan lingkungan atau dari spesies baru yang berkembang akibat aktivitas pertanian. Setiap kali manusia mengubah lingkungan seperti membuka lahan atau mengairi sawah, gulma akan tumbuh secara spontan. Perkembangannya yang cepat sering kali membuat petani kewalahan dalam mengendalikannya. Jika dibiarkan, gulma dapat menyebabkan penurunan hasil panen karena mengambil nutrisi dari tanaman utama.

ADVERTISEMENT

Definisi gulma bersifat subjektif karena bergantung pada tempat dan waktu. Misalnya, eceng gondok awalnya merupakan tanaman hias, tetapi di beberapa daerah kini menjadi gulma perairan yang menutupi permukaan air dan menghambat ekosistem. Demikian juga rumput Guatemala yang berguna sebagai pakan ternak di Indonesia, tetapi di Malaysia dianggap sebagai gulma yang mengganggu.

Keberadaan gulma tidak selalu merugikan karena beberapa jenis gulma bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak atau bahan baku obat. Namun, ketika pertumbuhannya tidak terkendali, gulma harus diberantas agar tidak menghambat pertanian dan merusak ekosistem. Oleh karena itu, pemantauan dan pengendalian gulma perlu dilakukan secara rutin oleh para petani.

Cara Mencegah Gulma

Sebelum gulma muncul, kita dapat melakukan sejumlah langkah preventif. Dikutip dari buku Gulma dan Teknik Pengendaliannya tulisan Prof Dr Ir Sri Anjar Lasmini MP dkk, berikut adalah beberapa contoh langkah mencegah gulma yang direkomendasikan.

1. Menggunakan Biji Tanaman yang Bersih

Salah satu cara utama mencegah gulma adalah menggunakan biji tanaman yang tidak tercampur dengan biji gulma. Biji yang tercemar dapat menyebabkan pertumbuhan gulma sejak awal proses budidaya. Oleh karena itu, penting bagi petani untuk memilih benih yang berkualitas dan bebas dari campuran biji gulma.

2. Menghindari Penggunaan Pupuk Kandang yang Belum Matang

Pupuk kandang yang belum matang sering mengandung biji gulma yang masih bisa tumbuh. Jika digunakan langsung, biji gulma di dalam pupuk akan berkembang bersama tanaman utama. Untuk menghindari hal ini, pupuk kandang harus melalui proses fermentasi atau pematangan terlebih dahulu sebelum digunakan.

3. Tidak Mengangkut Jerami dan Rumput Makanan Ternak

Jerami dan rumput yang diangkut dari satu tempat ke tempat lain bisa membawa biji gulma. Jika tersebar di lahan pertanian, gulma akan mudah tumbuh dan menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, petani harus lebih berhati-hati dalam memindahkan bahan organik agar tidak menjadi sumber penyebaran gulma.

4. Membersihkan Gulma di Perairan

Gulma tidak hanya tumbuh di lahan pertanian, tetapi juga di perairan seperti sungai dan saluran irigasi. Jika tidak dibersihkan, gulma air dapat menyebar ke area pertanian dan menghambat aliran air. Petani perlu rutin membersihkan perairan dari gulma agar aliran air tetap lancar dan tidak menjadi sumber pertumbuhan gulma baru. Langkah ini juga membantu mencegah penyebaran hama yang sering bersembunyi di antara gulma air.

5. Menerapkan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan tentang pengendalian gulma sangat penting untuk mencegah penyebaran spesies yang merugikan. Dengan adanya aturan yang jelas, petani bisa lebih disiplin dalam menjaga kebersihan lahan pertanian. Selain itu, peraturan ini dapat menjadi pedoman dalam mengelola pertanian secara lebih efektif.

6. Melakukan Karantina Tumbuhan

Terakhir, kita dianjurkan melakukan karantina tumbuhan untuk mencegah masuknya organisme pengganggu seperti gulma ke daerah pertanian. Langkah ini dilakukan melalui undang-undang yang mengatur pengawasan terhadap tanaman yang dibawa masuk dari luar wilayah. Dengan adanya karantina, penyebaran gulma dapat dicegah sebelum mencapai lahan pertanian.

5 Jenis Gulma dan Penjelasannya

Berdasarkan Modul Guru Keahlian Ganda: Pengelolaan Gulma dan Kesuburan Tanah Tanaman Perkebunan yang disusun oleh Nanang Ahdiat SP, gulma dapat dikelompokkan berdasarkan lima hal, mulai dari morfologi hingga sifat biologisnya.

1. Gulma Berdasarkan Morfologi

Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya atau morfologi. Terdapat empat jenis utama dalam klasifikasi ini, yaitu gulma berdaun sempit (rumput), gulma teki, gulma berdaun lebar, dan gulma pakis-pakisan.

Gulma berdaun sempit memiliki batang bulat atau pipih serta daun berbentuk pita, seperti Imperata cylindrica dan Echinochloa crusgalli. Gulma teki memiliki batang segitiga dengan daun tersusun dalam tiga deretan tanpa lidah daun, misalnya Cyperus rotundus.

Sementara itu, gulma berdaun lebar umumnya bercabang dan memiliki tulang daun menyirip, seperti Amaranthus spinosus. Terakhir, gulma pakis-pakisan berkembang biak dengan spora dan sering ditemukan di daerah lembab, misalnya Nephrolepis biserrata.

2. Gulma Berdasarkan Siklus Hidup

Jika dilihat dari lama hidupnya, gulma terbagi menjadi tiga jenis: gulma semusim, gulma dua musim, dan gulma tahunan. Gulma semusim memiliki siklus hidup hanya dalam satu tahun, seperti Amaranthus sp dengan pertumbuhan cepat dan produksi biji melimpah.

Gulma dua musim hidup lebih dari satu tahun tetapi kurang dari dua tahun. Pada tahun pertama, mereka berbentuk roset, lalu berbunga dan mati pada tahun kedua, seperti Circium vulgare. Sementara itu, gulma tahunan dapat bertahan lebih dari dua tahun dan sering kali sulit dikendalikan karena memiliki kemampuan bertahan di kondisi ekstrem, contohnya Cynodon dactylon.

3. Gulma Berdasarkan Habitat

Habitat tempat gulma tumbuh juga menjadi dasar pengelompokan. Ada dua jenis utama, yaitu gulma air dan gulma daratan. Gulma air tumbuh di lingkungan perairan, baik mengapung, tenggelam, maupun setengah tenggelam. Contohnya Eichornia crassipes, yang dapat menyebar dengan cepat di permukaan air.

Sementara itu, gulma daratan hidup di tanah, baik di lahan pertanian maupun perkebunan. Jenis ini dapat beradaptasi dengan lingkungan tertentu, seperti Imperata cylindrica yang sering ditemukan di lahan kering.

4. Gulma Berdasarkan Dampaknya pada Tanaman Perkebunan

Dalam dunia pertanian, gulma diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerugian yang ditimbulkannya terhadap tanaman budidaya. Gulma kelas A sangat berbahaya dan harus diberantas sepenuhnya, seperti Mikania sp. Gulma kelas B merugikan tetapi masih bisa dikendalikan dengan metode tertentu, misalnya Lantana camara.

Gulma kelas C membutuhkan pengendalian jika kondisi mengharuskannya, seperti Axonopus compressus. Gulma kelas D memiliki dampak yang lebih kecil tetapi tetap perlu diawasi, seperti Digitaria sp. Sementara itu, gulma kelas E justru bermanfaat karena bisa berfungsi sebagai pupuk hijau, seperti Centrosema pubescens.

5. Gulma Berdasarkan Cara Berkembang Biak

Cara berkembang biak gulma berperan penting dalam persebaran dan keberlanjutannya. Gulma generatif berkembang biak dengan biji yang mudah terbawa angin, air, atau hewan, seperti Ageratum conyzoides yang menghasilkan banyak biji dalam waktu singkat.

Sementara itu, gulma vegetatif memperbanyak diri melalui bagian tubuh seperti umbi, stolon, atau rhizoma. Jenis ini lebih sulit diberantas karena bisa tumbuh kembali meskipun bagian tubuhnya terpotong, misalnya Imperata cylindrica yang memiliki rhizoma kuat.

Mengapa Gulma Mengganggu Tanaman?

Masih dikutip dari Modul Guru Keahlian Ganda: Pengelolaan Gulma dan Kesuburan Tanah Tanaman Perkebunan yang disusun oleh Nanang Ahdiat SP, keberadaan gulma di lahan pertanian dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pertumbuhan tanaman utama. Hal ini disebabkan oleh sifat kompetitif gulma yang bersaing dengan tanaman budidaya untuk mendapatkan sumber daya penting seperti cahaya, air, dan unsur hara. Berikut adalah beberapa alasan mengapa gulma dapat mengganggu tanaman budidaya:

1. Persaingan Sinar Matahari

Gulma dapat menghalangi tanaman budidaya dalam memperoleh sinar matahari yang cukup untuk fotosintesis. Persaingan ini terjadi ketika gulma memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan membentuk kanopi yang menutupi tanaman budidaya. Hal ini menyebabkan tanaman budidaya tidak dapat melakukan fotosintesis secara optimal, sehingga pertumbuhan dan hasil panennya menurun. Persaingan ini akan semakin intensif jika populasi gulma dalam suatu lahan sangat tinggi.

2. Persaingan Unsur Hara

Tanaman budidaya membutuhkan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) untuk mendukung pertumbuhannya. Namun, gulma juga memerlukan unsur hara dalam jumlah besar untuk berkembang. Akibatnya, gulma akan menyerap unsur hara dari tanah lebih cepat dibandingkan tanaman budidaya, terutama jika sistem perakarannya lebih agresif. Jika jumlah unsur hara dalam tanah terbatas, tanaman budidaya akan mengalami defisiensi nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksinya.

3. Persaingan Air

Air merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman, dan keberadaan gulma dapat meningkatkan persaingan dalam mendapatkan air dari tanah. Gulma yang memiliki sistem perakaran lebih dalam dan lebih luas cenderung lebih kuat dalam menyerap air dibandingkan tanaman budidaya. Akibatnya, tanaman budidaya dapat mengalami kekurangan air, terutama pada musim kemarau, yang berdampak pada stres tanaman dan penurunan hasil panen.

4. Persaingan Karbon Dioksida (COβ‚‚)

Tanaman budidaya memerlukan karbon dioksida (COβ‚‚) untuk fotosintesis guna menghasilkan energi. Namun, beberapa jenis gulma, terutama yang termasuk dalam kategori tanaman C4, memiliki kemampuan lebih tinggi dalam mengasimilasi COβ‚‚ dibandingkan tanaman C3 yang lebih umum dalam pertanian. Hal ini membuat gulma lebih efisien dalam menggunakan COβ‚‚ dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya yang kurang kompetitif.

5. Persaingan Alelopati

Beberapa jenis gulma memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa kimia yang disebut alelopat. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya dengan berbagai cara, seperti mengganggu penyerapan nutrisi, menghambat pembelahan sel, atau bahkan meracuni akar tanaman. Contoh gulma yang bersifat alelopati adalah Imperata cylindrica dan Parthenium hysterophorus, yang dapat mengeluarkan zat beracun ke dalam tanah sehingga menekan pertumbuhan tanaman budidaya di sekitarnya.

6. Menjadi Inang bagi Hama dan Penyakit

Gulma sering kali menjadi tempat berkembang biaknya hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman budidaya. Beberapa jenis gulma menyediakan habitat yang ideal bagi serangga hama, seperti kutu daun dan thrips, serta menjadi inang bagi jamur dan bakteri patogen. Dengan demikian, keberadaan gulma tidak hanya merugikan secara langsung tetapi juga meningkatkan risiko infeksi penyakit pada tanaman budidaya.

7. Menurunkan Kualitas dan Kuantitas Panen

Karena gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam berbagai aspek, hasil panen yang dihasilkan sering kali mengalami penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Misalnya, dalam tanaman padi, keberadaan gulma seperti Echinochloa crusgalli dapat menyebabkan produksi gabah menurun secara drastis. Selain itu, beberapa jenis gulma dapat mencemari hasil panen dan menurunkan nilai jualnya di pasaran.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai apa itu gulma beserta jenis dan cara mencegahnya. Semoga dapat memberikan manfaat!




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads