Pemkot Jogja akan memberlakukan kebijakan transporter atau gerobak sampah di tiap RW. Meski begitu, Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo menyebut baru 30% kelurahan di Kota Jogja yang siap dengan kebijakan ini.
Hasto menjelaskan, kebijakan ini diatur langsung oleh kelurahan. Seperti mencari penggerobak, mengatur teknisnya, hingga mengatur soal retribusi bagi penggerobak.
"Lurah yang saya pantau, lurah harus bisa menyelesaikan itu, wong lurah kok masa nggak bisa. Saya pantau penggerobak awal baru 600, tumbuh jadi 700, per hari ini sudah 1.017. Artinya dulu RW cari penggerobak susah tidak ada yang mau jadi penggerobak," jelas Hasto saat ditemui wartawan di rumah dinas Wali Kota Jogja, Senin (17/3/2025) petang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena setelah digotongroyongkan warga dan RW ini akhirnya sepakat oh harus ada iuran untuk penggerobak. Saya nggak menentukan, silahkan warga dan RW saja, ya yang pantas lah," sambung Hasto.
Dari 45 kelurahan di Jogja, kata Hasto, baru sekitar 30% yang sudah klir masalah penggerobak ini. Ia mengklasifikasikan kesiapan kelurahan menjadi tiga indikator, merah, kuning, dan hijau.
"Dari 45 kelurahan yang sudah hijau, hijau itu artinya masalah penggerobaknya sudah selesai, pak RW-nya sudah mengatur dengan baik, ya sudah hijau sekitar 15. Kalau kuning sama merah itu artinya pengondisiannya belum selesai," paparnya.
Hasto mengaku akan memonitor kesiapan kelurahan setiap pekan. Rapor tiap kelurahan akan ditampilkan pada meeting mingguan itu. Ia menargetkan pada 100 hari kerjanya, seluruh kelurahan sudah hijau.
"Sekarang sudah saya sosialisasikan terus supaya warga jangan membuang sampah langsung ke depo, harus pakai penggerobak," ungkap Hasto.
"Meeting rutin seminggu sekali setiap Selasa sore khusus untuk memantau sampah. Setiap minggu saya pantau, saya tampilkan rapor per kelurahan, harapannya seratus hari semua sudah hijau," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Hasto, faktor lain juga akan dipantau setiap pekan. Seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja hingga titik-titik pembuangan sampah liar di Kota Jogja.
"Sampah liar hari ini berkurangnya sekitar 30-35 persen, di Kali Mambu sudah tidak banyak, di bonbin (Gembira Loka) tadi saya cek juga sudah tidak lagi buat buang, soalnya saya taruh posko di sana," terangnya.
"Dinas saya pantau membawa sampahnya dari depo itu setiap Selasa sore saya minta laporan, dipresentasikan berapa ton, titik mana saja," urai Hasto.
Lebih lanjut Hasto memaparkan, satu masalah yang terus ia kebut untuk memulai kebijakan ini yaitu ketersediaan gerobak. Menurutnya, sampai saat ini ia masih mencicil pengadaan gerobak.
Selain itu, Hasto juga akan menggunakan anggaran pengadaan mobil dinas baru serta perabot rumah dinas untuk pengadaan gerobak. Seperti diketahui, Hasto telah menolak pengadaan mobil dinas baru dan perabot rumah dinasnya.
"Saya baru mempelajari kalau anggaran untuk beli mobil, mebel, itu kalau untuk buat gerobak harus pakai (anggaran) perubahan atau cukup dari saya," jelas Hasto.
"Tapi kan proses bisa mulai sekarang, kita kekurangan sekitar 600 gerobak. Ini sambil jalan saya cicil sekarang, walaupun belum ada anggaran kan ada CSR-CSR. Kalau ada uang sisa mau saya belikan APD, sepatu, topi, sama sarung tangan," pungkasnya.
(rih/ahr)
Komentar Terbanyak
Pernyataan Ridwan Kamil Usai Tes DNA Anak Lisa Mariana
Heboh Penangkapan Pembobol Situs Judi Berujung Polda DIY Klarifikasi
Penegasan Polda DIY soal Penangkapan Pembobol Situs Judol Bukan Titipan Bandar