Kisah Berpindahnya Kiblat ke Ka'bah Saat Nisfu Syaban

Kisah Berpindahnya Kiblat ke Ka'bah Saat Nisfu Syaban

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 13 Feb 2025 09:06 WIB
Kabah ditutup untuk pemeliharaan
Ka'bah. (Foto: Haramain via X @HaramainInfo)
Jogja -

Pada bulan Syaban, tepatnya ketika Nisfu Syaban, terjadi peristiwa besar dalam sejarah peradaban Islam, yakni berpindahnya kiblat. Umat Islam yang sebelumnya beribadah menghadap Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis), lalu diubah mengarah Ka'bah di Mekkah. Begini kisahnya.

Ka'bah adalah bangunan berbentuk kotak dengan kain penutup berwarna hitam. Berdasarkan kisah dalam buku Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir, Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Nabi Ibrahim bertugas mengatur batu-batu, sedangkan Ismail yang membawakan bebatuan tersebut.

Tatkala selesai membangun Ka'bah, Nabi Ibrahim dan Ismail kemudian mengitarinya sembari membaca doa. Doa tersebut diabadikan dalam Al-Quran, surat al-Baqarah ayat 127 yang berbunyi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ΩˆΩŽΨ§ΩΨ°Ω’ ΩŠΩŽΨ±Ω’ΩΩŽΨΉΩ اِبْرٰهٖمُ Ψ§Ω„Ω’Ω‚ΩŽΩˆΩŽΨ§ΨΉΩΨ―ΩŽ Ω…ΩΩ†ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ψ¨ΩŽΩŠΩ’Ψͺِ ΩˆΩŽΨ§ΩΨ³Ω’Ω…Ω°ΨΉΩΩŠΩ’Ω„ΩΫ— Ψ±ΩŽΨ¨Ω‘ΩŽΩ†ΩŽΨ§ ΨͺΩŽΩ‚ΩŽΨ¨Ω‘ΩŽΩ„Ω’ Ω…ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ§ Ϋ— Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩŽΩƒΩŽ Ψ§ΩŽΩ†Ω’Ψͺَ Ψ§Ω„Ψ³Ω‘ΩŽΩ…ΩΩŠΩ’ΨΉΩ Ψ§Ω„Ω’ΨΉΩŽΩ„ΩΩŠΩ’Ω…Ω

Artinya: "(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fonasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), 'Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'"

ADVERTISEMENT

Nah, sebelum kiblat umat Islam ditetapkan di Ka'bah, setiap muslim sempat beribadah dengan kepala menghadap arah Baitul Maqdis yang terletak di Palestina. Lalu, seperti apa kisah pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah?

Kisah Berpindahnya Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah

Latar Belakang Berpindahnya Kiblat

Sejak hijrah ke Madinah, bila mengerjakan sholat, Nabi Muhammad SAW selalu menghadap Baitul Maqdis. Kondisi ini terus berlanjut selama 16 bulan. Baru pada pertengahan Syaban tahun ke-2 kenabian, kiblat diubah mengarah Ka'bah. Waktu pergantiannya terjadi saat sholat Ashar, atau ada juga yang menyebut sholat Dhuhur. Wallahu a'lam bish-shawab.

Menurut penjelasan dari laman NU Jawa Timur, pertengahan bulan Syaban yang dimaksud adalah saat Nisfu Syaban. Sebagaimana kita ketahui bersama, 'nisfu' berarti setengah. Alhasil, dapat disimpulkan bahwasanya peristiwa ini terjadi pada tanggal 15 bulan Syaban.

Saat Rasulullah tiba di Madinah, penduduknya sudah banyak yang mengenal agama. Di antaranya adalah Kabilah Najran yang memeluk Nasrani dan Kabilah Quraizhah yang beragama Yahudi.

Alasan Baitul Maqdis Menjadi Kiblat

Ketika di Mekkah, Nabi Muhammad SAW sholat menghadap Ka'bah yang terletak di Masjidil Haram. Lalu, apa alasannya Nabi SAW mengarahkan kiblatnya ke Masjidil Aqsa di Madinah? Hal tersebut dilakukan untuk menghargai kaum Nasrani dan Yahudi. Pasalnya, penganut kedua agama tersebut juga beribadah menghadap Baitul Maqdis.

Namun, hal ini justru dimanfaatkan dengan licik oleh Kaum Yahudi. Mereka membujuk Nabi Muhammad SAW untuk berfokus pada Baitul Maqdis saja dan dengannya, melupakan Ka'bah di Mekkah. Orang-orang Yahudi tersebut berkata:

"Maka jika engkau itu benar-benar Rasul Tuhan, wahai Muhammad, hendaklah engkau berdiam di tanah suci itu (Baitul Maqdis) menurut jejak para Rasul Tuhan yang terdahulu daripada engkau."

Penyebab Digantinya Kiblat dari Baitul Maqdis Menjadi Ka'bah

Dirangkum dari NU Lampung, Nabi Muhammad menganggap Baitul Maqdis sebagai kiblat orang Yahudi. Oleh karenanya, beliau meminta Malaikat Jibril untuk menyampaikan maksudnya kepada Allah SWT agar kiblat diubah ke arah Ka'bah.

"Wahai Jibril, aku lebih senang jika Allah memalingkanku dari kiblat orang Yahudi. Aku tidak menyukai arah kiblat mereka," ucap Rasulullah. "Aku pun hamba sepertimu. Akan saya mintakan hal itu untukmu," balas Jibril.

Sembari menanti jawaban, Rasulullah menengadahkan wajahnya ke arah langit. Kemudian, Jibril turun membawa wahyu berisikan perintah agar kiblat diganti ke arah Ka'bah. Kejadian berubahnya kiblat ini tertera dalam surat al-Baqarah ayat 142-144.

Di samping alasan di atas, Nabi Muhammad punya sejumlah alasan lain sebagaimana diutarakan oleh Syaikh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, yakni:

  1. Ucapan orang Yahudi, "Muhammad sebelumnya berbeda (arah kiblat) dengan kita, lalu ia mengikuti kami. Andai saja tidak ada kami, pasti ia tidak tahu akan menghadap ke arah kiblat yang mana."
  2. Ka'bah adalah kiblat bagi Nabi Ibrahim.
  3. Nabi Muhammad ingin kemuliaan untuk masjid di kota kelahirannya.
  4. Jika kiblatnya Ka'bah, hal ini dapat menyentuh hati orang-orang Arab sehingga mau menerima Islam.

Surat Al-Baqarah Ayat 142-144 tentang Perpindahan Kiblat

Ψ³ΩŽΩŠΩŽΩ‚ΩΩˆΩ’Ω„Ω Ψ§Ω„Ψ³Ω‘ΩΩΩŽΩ‡ΩŽΨ§Ϋ€Ψ‘Ω Ω…ΩΩ†ΩŽ Ψ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ§Ψ³Ω Ω…ΩŽΨ§ ΩˆΩŽΩ„Ω‘Ω°Ω‰Ω‡ΩΩ…Ω’ ΨΉΩŽΩ†Ω’ Ω‚ΩΨ¨Ω’Ω„ΩŽΨͺِهِمُ Ψ§Ω„Ω‘ΩŽΨͺΩΩŠΩ’ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩΩˆΩ’Ψ§ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡ΩŽΨ§ Ϋ— قُلْ لِّلّٰهِ Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΨ΄Ω’Ψ±ΩΩ‚Ω ΩˆΩŽΨ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΨΊΩ’Ψ±ΩΨ¨ΩΫ— ΩŠΩŽΩ‡Ω’Ψ―ΩΩŠΩ’ Ω…ΩŽΩ†Ω’ ΩŠΩ‘ΩŽΨ΄ΩŽΨ§Ϋ€Ψ‘Ω اِلٰى ءِرَاطٍ مُّسْΨͺΩŽΩ‚ΩΩŠΩ’Ω…Ω

Artinya: "Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, 'Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?' Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).'" (QS al-Baqarah 142)

ΩˆΩŽΩƒΩŽΨ°Ω°Ω„ΩΩƒΩŽ Ψ¬ΩŽΨΉΩŽΩ„Ω’Ω†Ω°ΩƒΩΩ…Ω’ Ψ§ΩΩ…Ω‘ΩŽΨ©Ω‹ ΩˆΩ‘ΩŽΨ³ΩŽΨ·Ω‹Ψ§ لِّΨͺΩŽΩƒΩΩˆΩ’Ω†ΩΩˆΩ’Ψ§ Ψ΄ΩΩ‡ΩŽΨ―ΩŽΨ§Ϋ€Ψ‘ΩŽ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ§Ψ³Ω ΩˆΩŽΩŠΩŽΩƒΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ§Ω„Ψ±Ω‘ΩŽΨ³ΩΩˆΩ’Ω„Ω ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’ΩƒΩΩ…Ω’ Ψ΄ΩŽΩ‡ΩΩŠΩ’Ψ―Ω‹Ψ§ Ϋ— ΩˆΩŽΩ…ΩŽΨ§ Ψ¬ΩŽΨΉΩŽΩ„Ω’Ω†ΩŽΨ§ Ψ§Ω„Ω’Ω‚ΩΨ¨Ω’Ω„ΩŽΨ©ΩŽ Ψ§Ω„Ω‘ΩŽΨͺΩΩŠΩ’ كُنْΨͺَ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡ΩŽΨ§Ω“ Ψ§ΩΩ„Ω‘ΩŽΨ§ Ω„ΩΩ†ΩŽΨΉΩ’Ω„ΩŽΩ…ΩŽ Ω…ΩŽΩ†Ω’ ΩŠΩ‘ΩŽΨͺΩ‘ΩŽΨ¨ΩΨΉΩ Ψ§Ω„Ψ±Ω‘ΩŽΨ³ΩΩˆΩ’Ω„ΩŽ Ω…ΩΩ…Ω‘ΩŽΩ†Ω’ ΩŠΩ‘ΩŽΩ†Ω’Ω‚ΩŽΩ„ΩΨ¨Ω ΨΉΩŽΩ„Ω°Ω‰ ΨΉΩŽΩ‚ΩΨ¨ΩŽΩŠΩ’Ω‡ΩΫ— ΩˆΩŽΨ§ΩΩ†Ω’ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽΨͺΩ’ Ω„ΩŽΩƒΩŽΨ¨ΩΩŠΩ’Ψ±ΩŽΨ©Ω‹ Ψ§ΩΩ„Ω‘ΩŽΨ§ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ω‘ΩŽΨ°ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ Ω‡ΩŽΨ―ΩŽΩ‰ اللّٰهُ Ϋ—ΩˆΩŽΩ…ΩŽΨ§ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽ اللّٰهُ Ω„ΩΩŠΩΨΆΩΩŠΩ’ΨΉΩŽ Ψ§ΩΩŠΩ’Ω…ΩŽΨ§Ω†ΩŽΩƒΩΩ…Ω’ Ϋ— Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩŽ Ψ§Ω„Ω„Ω‘Ω°Ω‡ΩŽ Ψ¨ΩΨ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ§Ψ³Ω Ω„ΩŽΨ±ΩŽΨ‘ΩΩˆΩ’ΩΩŒ Ψ±Ω‘ΩŽΨ­ΩΩŠΩ’Ω…ΩŒ

Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitul Maqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS al-Baqarah 143)

Ω‚ΩŽΨ―Ω’ Ω†ΩŽΨ±Ω°Ω‰ ΨͺΩŽΩ‚ΩŽΩ„Ω‘ΩΨ¨ΩŽ ΩˆΩŽΨ¬Ω’Ω‡ΩΩƒΩŽ فِى Ψ§Ω„Ψ³Ω‘ΩŽΩ…ΩŽΨ§Ϋ€Ψ‘ΩΫš ΩΩŽΩ„ΩŽΩ†ΩΩˆΩŽΩ„Ω‘ΩΩŠΩŽΩ†Ω‘ΩŽΩƒΩŽ Ω‚ΩΨ¨Ω’Ω„ΩŽΨ©Ω‹ ΨͺΩŽΨ±Ω’ΨΆΩ°Ω‰Ω‡ΩŽΨ§ Ϋ– ΩΩŽΩˆΩŽΩ„Ω‘Ω ΩˆΩŽΨ¬Ω’Ω‡ΩŽΩƒΩŽ Ψ΄ΩŽΨ·Ω’Ψ±ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΨ³Ω’Ψ¬ΩΨ―Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΨ±ΩŽΨ§Ω…Ω Ϋ— ΩˆΩŽΨ­ΩŽΩŠΩ’Ψ«Ω Ω…ΩŽΨ§ كُنْΨͺُمْ ΩΩŽΩˆΩŽΩ„Ω‘ΩΩˆΩ’Ψ§ ΩˆΩΨ¬ΩΩˆΩ’Ω‡ΩŽΩƒΩΩ…Ω’ Ψ΄ΩŽΨ·Ω’Ψ±ΩŽΩ‡Ω— Ϋ— ΩˆΩŽΨ§ΩΩ†Ω‘ΩŽ Ψ§Ω„Ω‘ΩŽΨ°ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ Ψ§ΩΩˆΩ’Ψͺُوا الْكِΨͺٰبَ Ω„ΩŽΩŠΩŽΨΉΩ’Ω„ΩŽΩ…ΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ§ΩŽΩ†Ω‘ΩŽΩ‡Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩŽΩ‚Ω‘Ω مِنْ Ψ±Ω‘ΩŽΨ¨Ω‘ΩΩ‡ΩΩ…Ω’ Ϋ— ΩˆΩŽΩ…ΩŽΨ§ اللّٰهُ Ψ¨ΩΨΊΩŽΨ§ΩΩΩ„Ω ΨΉΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§ ΩŠΩŽΨΉΩ’Ω…ΩŽΩ„ΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ

Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS al-Baqarah 144)

Nah, itulah kisah pindahnya kiblat dari Masjidil Aqsa alias Baitul Maqdis ke Ka'bah pada Nisfu Syaban. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!




(sto/apu)

Hide Ads