Profil Yoon Suk Yeol Presiden Korsel, Jadi Tersangka gegara Darurat Militer

Profil Yoon Suk Yeol Presiden Korsel, Jadi Tersangka gegara Darurat Militer

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Kamis, 12 Des 2024 15:24 WIB
This handout photo taken on December 12, 2024 and released by the South Korean Presidential Office via Yonhap shows South Korean President Yoon Suk Yeol delivering an address at the Presidential Office in Seoul. South Korean President Yoon Suk Yeol on December 12, vowed to fight
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol. (Foto: AFP PHOTO/SOUTH KOREAN PRESIDENTIAL OFFICE VIA YONHAP)
Jogja -

Profil Yoon Suk Yeol, Presiden Korea Selatan, tengah menjadi sorotan di dunia internasional. Bagaimana tidak, presiden ketiga belas Korsel ini mengumumkan darurat militer pada 3 Desember 2024 kemarin dan mencabutnya kurang dari enam jam kemudian.

Dilansir detikNews, Presiden Yoon Suk Yeol ditetapkan sebagai tersangka dalam penyelidikan terkait pemberlakuan darurat militer yang mengejutkan pada 3 Desember 2024. Penyidikan ini melibatkan polisi, jaksa, dan Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO), yang juga mengajukan larangan bepergian terhadap Yoon. Larangan tersebut diterapkan oleh Kementerian Kehakiman setelah perintah resmi dikeluarkan pada pukul 15.00 waktu Korsel.

Meskipun deklarasi darurat militer dicabut enam jam kemudian oleh Majelis Nasional, ketegangan politik berlanjut dengan mosi pemakzulan terhadap Yoon, yang dibatalkan setelah Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa memboikot pemungutan suara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penasaran seperti apakah sosok Yoon Suk Yeol sebenarnya? Mari simak pembahasan lengkap yang dihimpun dari laman resmi Kantor Presiden Korea Selatan berikut ini!

Profil Singkat Yoon Suk Yeol

Yoon Suk Yeol lahir pada 18 Desember 1960 di Seoul, Korea Selatan. Sebagai seorang pemimpin yang dihormati, ia dikenal karena dedikasinya terhadap nilai-nilai kebebasan, hak asasi manusia, keadilan, dan solidaritas.

ADVERTISEMENT

Pada 10 Mei 2022, ia resmi menjabat sebagai Presiden ke-20 Republik Korea. Dalam pidato pelantikannya, ia menekankan komitmennya untuk menciptakan negara di mana rakyat menjadi pemilik sejati dan bertanggung jawab dalam komunitas internasional.

Riwayat Pendidikan

Yoon Suk Yeol menempuh pendidikan formal di Universitas Nasional Seoul, tempat ia meraih gelar sarjana hukum pada 1983. Universitas ini terkenal sebagai salah satu institusi paling prestisius di Korea Selatan, melahirkan banyak tokoh penting dalam bidang hukum, politik, dan akademik.

Yoon melanjutkan studinya di program pascasarjana di universitas yang sama dan memperoleh gelar magister hukum pada 1988. Selama masa studinya, ia tidak hanya mempelajari teori-teori hukum tetapi juga memahami bagaimana hukum dapat digunakan untuk memperjuangkan keadilan.

Perjalanan Karier

Karier Yoon Suk Yeol dimulai sebagai seorang jaksa setelah ia lulus Ujian Bar ke-33 pada 1991. Ia memulai pengabdian di Kantor Kejaksaan Distrik Seoul pada 1999. Selama dekade berikutnya, Yoon menunjukkan dedikasi luar biasa dalam menangani berbagai kasus hukum besar.

Pada 2009, ia menjabat sebagai Kepala Divisi Investigasi Khusus di Kejaksaan Daerah Daegu. Perannya menuntutnya untuk mengawasi kasus-kasus penting yang melibatkan kejahatan tingkat tinggi.

Dedikasi dan keberaniannya diakui secara luas, termasuk kemampuannya untuk tetap netral dan tegas dalam menghadapi tekanan eksternal. Pada 2011, ia menjadi Kepala Divisi Investigasi Sentral di Kantor Kejaksaan Agung, posisi strategis yang memberinya tanggung jawab lebih besar dalam pengawasan kasus korupsi dan kejahatan besar lainnya.

Selama kariernya sebagai jaksa, Yoon dikenal sebagai sosok yang tidak segan menantang kekuatan yang dianggap melanggar hukum. Hal ini membuatnya disegani sekaligus kontroversial, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan figur politik berpengaruh. Pengalaman ini kemudian menjadi modal penting baginya ketika memasuki dunia politik.

Karier Politik

Karier politik Yoon Suk Yeol dimulai ketika ia diangkat menjadi Jaksa Agung pada Juli 2019. Posisi ini membawanya ke pusat perhatian publik karena perannya dalam memimpin penegakan hukum pada tingkat tertinggi di Korea Selatan. Sebagai Jaksa Agung, Yoon menangani kasus-kasus besar yang sering kali melibatkan figur-figur penting, menjadikannya tokoh yang berpengaruh dan diperbincangkan.

Pada 2022, Yoon memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan maju sebagai calon presiden. Dalam pemilihan yang berlangsung pada Maret 2022, ia terpilih sebagai Presiden Korea Selatan, menggantikan Moon Jae-in.

Selama masa jabatannya, Yoon memfokuskan kebijakan pada reformasi kesehatan untuk menghadapi tantangan masyarakat yang semakin menua, memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara utama, dan memajukan teknologi seperti eksplorasi luar angkasa. Salah satu pencapaiannya adalah peluncuran Danuri, wahana antariksa pertama Korea Selatan yang berhasil memasuki orbit pada Desember 2022.

Di bidang diplomasi, Yoon memperbarui hubungan bilateral dengan Jepang melalui diplomasi shuttle, serta mengadopsi 'Washington Declaration' saat kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Ia juga memimpin pertemuan trilateral dengan Amerika Serikat dan Jepang di Camp David, yang menghasilkan kerja sama strategis di berbagai bidang.

Penghargaan

Pengabdian dan prestasi Yoon Suk Yeol mendapatkan pengakuan internasional. Pada Oktober 2023, ia menerima 'People of Courage Award' dari JFK Foundation, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada individu yang menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi tantangan.

Pada Juli 2023, ia juga dianugerahi Ordo Elang Putih oleh Pemerintah Polandia. Penghargaan ini merupakan penghormatan tertinggi di Polandia, yang mengakui kontribusi luar biasa Yoon dalam memperkuat hubungan antara kedua negara. Penghargaan-penghargaan ini mencerminkan pengaruh Yoon yang tidak hanya terbatas di Korea Selatan tetapi juga meluas ke panggung internasional.

Kontroversi dan Skandal

Dikutip dari New York Times, sejak menjabat pada Mei 2022, Presiden Yoon Suk Yeol telah terlibat dalam beberapa kontroversi dan skandal. Yoon menang dengan selisih sangat tipis yaitu kurang dari 1 persen dalam pemilihan presiden, yang lebih dipandang sebagai reaksi terhadap presiden sebelumnya daripada dukungan besar terhadap dirinya.

Salah satu langkah paling kontroversialnya adalah pengumuman darurat militer pada akhir 2024 untuk menanggapi ketegangan politik dengan oposisi. Langkah ini dilihat sebagai cara untuk membatasi kebebasan media dan lawan politik. Parlemen dengan cepat mencabut kebijakan ini, mengkritik Yoon sebagai pemimpin otoriter.

Selain itu, Yoon juga menggunakan tindakan hukum untuk membatasi kritik terhadap pemerintahannya, dengan menyelidiki media yang dianggap menyebarkan disinformasi. Ini termasuk penggerebekan terhadap jurnalis yang dianggap melawan pemerintah.

Skandal lain yang melibatkan istrinya, Kim Keon Hee, juga memperburuk citranya. Kim dituduh menerima hadiah tas mahal dan terlibat dalam manipulasi saham sebelum pemilihan Yoon. Meskipun oposisi mengusulkan penyelidikan, Yoon menanggapi dengan veto undang-undang yang mengusulkan penyelidikan khusus.

Di tingkat internasional, kebijakan luar negeri Yoon terhadap Korea Utara semakin memperburuk hubungan kedua negara. Yoon mengambil pendekatan konfrontatif dengan memperkuat latihan militer bersama AS dan Jepang, sementara Korea Utara semakin menegaskan sikap agresifnya.

Sekian penjelasan lengkap mengenai profil Yoon Suk Yeol, Presiden Korea Selatan yang tengah menjadi sorotan dunia. Semoga bermanfaat!




(sto/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads