Apa Penyebab Likuifaksi? Ini Pengertian, Bahaya, Dampak, dan Mitigasinya

Apa Penyebab Likuifaksi? Ini Pengertian, Bahaya, Dampak, dan Mitigasinya

Anindya Milagsita - detikJogja
Senin, 04 Nov 2024 14:19 WIB
Likuifaksi di Danau Merced, San Fransico tahun 1957
Likuifaksi di Danau Merced, San Fransico tahun 1957. (Foto: M.G. Bonilla of the U.S. Geological Survey (Situs USGS))
Jogja -

Likuifaksi erat kaitannya dengan fenomena alam yang terjadi di sekitar kita dan sering kali bisa disaksikan secara langsung di depan mata. Namun, mungkin tidak sedikit orang yang masih bertanya-tanya mengenai penyebab likuifaksi bisa terjadi, sehingga berikut akan dirangkum informasinya secara rinci.

KBBI likuifaksi atau likuefaksi sebagai fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa. Inilah yang membuat likuifaksi sering kali dapat disaksikan secara langsung oleh masyarakat. Bukan hanya itu saja, likuifaksi tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat penyebab yang memicunya.

Penasaran ingin mengetahui mengapa likuifaksi bisa terjadi? Mari simak paparan lengkapnya melalui artikel ini mulai dari pengertian, bahaya, hingga mitigasinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Likuifaksi

Selain pengertian yang telah diuraikan di dalam KBBI, ada pengertian likuifaksi lainnya yang dapat membantu seseorang mengenal lebih dekat dengan fenomena yang satu ini. Seperti diungkap dalam buku 'Gempa Bumi Tektonik Menurut Sudut Pandang Fisika' karya Dr Ir Vina Serevina, MM, dkk., likuifaksi adalah sebuah fenomena alam yang terjadi saat suatu tanah kehilangan banyak kekuatan atau strength dan kekakuan atau stiffness. Fenomena tersebut terjadi dalam waktu singkat saja.

Sementara itu, Djoko Wintolo dalam bukunya 'Kamus Istilah Geologi' menjelaskan likuifaksi sebagai suatu kejadian saat tanah mengalami kehilangan kekuatan gesernya. Hal ini terjadi karena meningkatnya tegangan air pori yang merupakan akibat dari terjadinya beban siklik atau beban gempa. Tidak hanya terjadi dengan sangat cepat dalam waktu sesaat saja.

ADVERTISEMENT

Penyebab Likuifaksi

Lantas apa penyebab likuifaksi bisa terjadi? Masih mengacu dari buku yang sama, dijelaskan bahwa penyebab likuifaksi terjadi dikarenakan getaran yang dihasilkan dari fenomena alam yang terjadi di sekitar tanah. Getaran tersebut bisa dalam wujud getaran yang berasal dari gempa bumi, tetapi dapat juga diakibatkan oleh pembebanan cepat yang terjadi di sekitarnya.

Selanjutnya saat terjadi likuifaksi sifat lapisan di tanah berubah menjadi cairan. Inilah yang membuat tanah mengalami pergeseran dalam proses yang cepat dan waktu singkat. Saat sifat lapisan tanah tersebut berubah, maka tanah tak memiliki kemampuan yang cukup untuk menopang beban yang ada di atasnya. Baik itu bangunan maupun benda-benda yang terdapat di dalam atau bagian atas tanah tersebut.

Kemudian dijelaskan juga bahwa terjadinya likuifaksi juga dapat berasal dari dua faktor berbeda yakni kegempaan dan geologi. Pada faktor kegempaan likuifaksi berkaitan erat dengan nilai percepatan tanah puncak. Hal ini membuat nilai percepatan tanah puncak bisa diperkirakan periodenya.

Namun demikian, nilai percepatan tanah puncak di Indonesia masih terbatas. Itulah yang membuat periode terjadinya likuifaksi di Indonesia masih mengacu pada referensi yang ada saja.

Faktor selanjutnya adalah geologi yang biasanya dapat dilihat dari segi kondisi geomorfologi, jenis litologi, dan hidrogeologi yang terdapat pada suatu wilayah. Misalnya saja di Indonesia yang biasanya kejadian likuifaksi melibatkan daerah di dataran maupun kemiringan lereng yang landai. Kemudian kondisi material tanah yang ada juga dapat menjadi penyebab likuifaksi bisa terjadi.

Dampak Likuifaksi

Setelah mengetahui pengertian dan penyebab terjadinya likuifaksi, saatnya untuk mencermati dampak yang dapat dipicu oleh fenomena tersebut. Diungkap dalam buku 'Rekayasa Gempa' karya Iskandar, ST, MT, dkk., bahwa fenomena likuifaksi atau likuefaksi ini dapat terjadi saat terjadinya gempa bumi. Kemudian fenomena tersebut ditandai dengan munculnya lumpur pasir di permukaan tanah yang berwujud semburan pasir.

Tidak hanya semburan pasir, terdapat juga rembesan air yang muncul melalui rekahan tanah. Bahkan beberapa kejadian likuifaksi membuat tenggelamnya struktur bangunan yang ada di atasnya. Likuifaksi juga memicu penurunan muka tanah hingga perpindahan lateral.

Sementara itu, dijelaskan dalam jurnal 'Studi Parametrik Potensi Likuifaksi dan Penurunan Permukaan Tanah Berdasarkan Uji Sondir' karya Agus Setyo Muntohar, dampak likuifaksi dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Kemudian tanah juga akan mengalami kehilangan kuat dukung pada bagian fondasinya hingga penurunan fondasi yang berlebihan.

Bahaya Likuifaksi

Dampak dari likuifaksi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat memicu bahaya tersendiri. Hal ini mengingat likuifaksi memicu pergeseran tanah dan mampu memberikan pengaruh besar bagi apa yang ada di atas permukaannya. Masih dikutip dari buku sebelumnya, dijelaskan bahwa terdapat beberapa contoh bahaya likuifaksi yang pernah terjadi di Indonesia maupun sejumlah wilayah yang ada di berbagai belahan dunia.

Sebut saja salah satunya fenomena likuifaksi yang pernah terjadi di Palu, Sulawesi Tengah pada tahun 2018 silam. Setelah mengalami gempa bumi bermagnitudo 7,4 terdapat fenomena likuifaksi yang mengiringi. Akibatnya terdapat sebuah perumahan yang ada di wilayah Balaroa yang amblas. Tidak hanya itu saja, ada sejumlah bangunan dan pohon dan amblas hingga hanyut saat likuifaksi terjadi.

Tidak hanya di Indonesia, likuifaksi juga pernah terjadi di beberapa negara lainnya. Misalnya saja di wilayah Pohang, Korea Selatan pada tahun 2017 lalu. Setidaknya ada lima wilayah yang terkena dampak dari fenomena tersebut. Meskipun tidak terdapat kerusakan secara signifikan, tetapi ada sejumlah bangunan pada daerah tertentu yang mengalami kerusakan.

Mitigasi Likuifaksi

Mengingat likuifaksi dapat memberikan dampak dan bahaya tersendiri pada wilayah yang mengalaminya, diperlukan mitigasi atau upaya preventif mencegah dampak dari fenomena tersebut. Mengacu dari jurnal 'Identifikasi Zona Penurunan Tanah Akibat Likuifaksi di Daerah Serangan-Tanjungbenoa, Bali Selatan' oleh Eko Soebowo, dkk., dijelaskan bahwa salah satu mitigasi likuifaksi dapat dilakukan dengan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengenal kondisi geologi bawah permukaan wilayah-wilayah yang berpotensi bahaya mengalaminya.

Selanjutnya langkah mitigasi likuifaksi juga dapat dilakukan dengan melibatkan pemerintah setempat. Seperti diungkap dalam buku 'Likuifaksi, Fenomena Alam yang Mengerikan' oleh Pusat Data Dan Analisa Tempo, bahwa langkah untuk meminimalisir kerusakan akibat likuifaksi dapat dilakukan dengan melakukan pemetaan potensi likuifaksi itu tersendiri dengan cara yang lebih detail.

Demikian tadi penjelasan lengkap mengenai likuifaksi mulai dari pengertian, penyebab, bahaya, dampak, hingga mitigasinya. Semoga informasi ini mampu menambah wawasan bagi detikers, ya.




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads