Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Ahmad Muzani, menemui Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di kediamannya, Kompleks Keraton Kilen, Rabu (11/12).
Pantauan detikJogja, rombongan mobil Muzani tiba sekitar pukul 09.52 WIB. Muzani didampingi para Wakil Ketua MPR RI seperti Lestari Moerdijat dan Hidayat Nur Wahid.
Pertemuan yang diadakan tertutup ini berlangsung hingga sekitar pukul 11.30 WIB. Usai pertemuan, Muzani menjelaskan ke awak media soal bahasan dalam pertemuannya dengan raja Keraton Jogja itu. Menurutnya, obrolan hanya membahas hal-hal ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tadi banyak berdiskusi dengan beliau tentang banyak hal, tentang sejarah Republik Indonesia termasuk masa perjuangan dulu," paparnya usai pertemuan di Keraton Kilen, Rabu (11/12/2024).
"Termasuk juga tentang tradisi-tradisi orang tua kita dalam hal-hal yang paling ringan, bagaimana menjaga kesehatan dan seterusnya. Sampai kita bicara tentang beberapa kemungkinan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 45," sambung Muzani.
Muzani menambahkan, mereka juga membahas Keraton Jogja sebagai saksi kebudayaan dan perjalanan bangsa Indonesia. Selain itu, ia juga menyinggung soal dua tugas Sultan, yakni sebagai Raja Keraton dan Gubernur DIY.
"Tugas Ngarsa Dalem cukup berat, karena di satu sisi beliau adalah orang yang bertanggung jawab untuk terus menghidupkan tradisi dan kebudayaan yang terus hidup dalam kehidupan keraton dan tanah Jawa," ujar Muzani.
"Tetapi juga beliau adalah seorang gubernur yang harus mengendalikan roda pemerintahan di DIY. Kami tadi banyak berdiskusi tentang banyak hal, bagaimana pemerintahan DIY juga bisa efektif, dan akan terus efektif memberi pelayanan bagi kesejahteraan rakyat," imbuhnya.
Sementara, Sultan berharap hasil pembahasan tadi bisa terus hidup atau terus diperbincangkan oleh para pengambil kebijakan, hingga menjadi bagian strategi di dalam mengikuti perkembangan tatanan zaman.
"Karena tradisi itu kan semua dibangun pada waktu kita berbicara masalah agrikultur. Sekarang bagian dari pertanian kita itu sudah menjadi bagian dari bahan baku industri. Bagaimana budaya yang agrikultur ini bisa bisa mengalir sebagai pemahaman perubahan zaman," papar Sultan.
"Karena memang tantangannya petani-petani itu tidak tidak sekarang sudah tidak mungkin untuk maunya sendiri menanam. Tapi, sudah dijatuhkan karena menjadi bahan baku industri. Entah itu lombok, entah itu kasava, entah itu apa yang lain gitu. Jadi tetap, kebudayaan itu tetap berkembang dan tumbuh gitu, tidak stagnan," pungkasnya.
(afn/aku)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas