Melihat Plogging, Jogging Sambil Memungut Sampah di Jogja

Melihat Plogging, Jogging Sambil Memungut Sampah di Jogja

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Sabtu, 30 Nov 2024 20:50 WIB
Pelajar yang melakukan plogging dengan garis start dan finis di Lapangan WidoroΒ Kandang, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Jogja, Sabtu (30/11/2024).
Pelajar yang melakukan plogging dengan garis start dan finis di Lapangan WidoroΒ Kandang, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Jogja, Sabtu (30/11/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Jogja -

Para pelajar di Jogja melakukan plogging atau jogging sembari memungut sampah di Kotabaru, Gondokusuman. Kegiatan itu bertujuan agar generasi muda sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dari sampah, khususnya di tempat-tempat wisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja, Wahyu Hendratmoko mengatakan awalnya ingin melaksanakan SpoGomi, yakni olahraga memungut sampah yang berasal dari Jepang.

"Tapi kita tidak mendapatkan license (izin) untuk SpoGomi," kata Wahyu kepada wartawan di Kota Jogja, Sabtu (30/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, pihaknya beralih menggelar olahraga sejenis SpoGomi yakni plogging. Plogging adalah aktivitas olahraga sambil memungut sampah di jalan.

Istilah plogging berasal dari kata-kata Swedia yakni jogging dan plocka upp yang berarti mengambil. Selanjutnya, Pemkot mengajak pelajar SMA/SMK yang ada di Kota Jogja dan beberapa kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

ADVERTISEMENT

"Peserta plogging adalah murid SMA dan SMK. Karena kami ingin mengajarkan sejak dini kepada murid SMA-SMK untuk berpartisipasi mengambil sampah saat beraktivitas khususnya jogging," ujarnya.

Pelajar yang melakukan plogging dengan garis start dan finis di Lapangan Widoro Kandang, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Jogja, Sabtu (30/11/2024).Pelajar yang melakukan plogging dengan garis start dan finis di Lapangan Widoro Kandang, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Jogja, Sabtu (30/11/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Menurutnya, ada sekitar 400 murid yang terlibat plogging. Garis start dan finis plogging berada di lapangan Widoro Kandang, Kotabaru.

"Ini (plogging) aktivitas yang baru untuk di Indonesia, tapi insyaallah lebih bisa bermanfaat dengan isu lingkungan kita saat ini," ucapnya.

Teknisnya, satu tim beranggotakan 8 orang dan setiap tim dibekali sarung tangan dan kantong sampah. Untuk menghindari penumpukan beberapa tim di satu titik, panitia menyediakan 5 rute dengan radius 1,3 km dari lapangan Widoro Kandang dan peserta tidak boleh mengganggu lalu lintas.

"Jadi plogging ini menggabungkan olahraga dan kepedulian lingkungan," katanya.

Selanjutnya masing-masing peserta mengambil sampah sesuai dengan jenis yang ditentukan, sambil berlari santai. Selain itu peserta tidak boleh mengambil sampah yang berbahaya seperti benda tajam hingga pecahan kaca.

"Kalau target sampah yang dikumpulkan tidak ada, kita mengalir saja. Yang terbanyak dapat penghargaan. Nanti sampah langsung diolah di waste station yang dimiliki manajemen pengolahan sampah bernama rekosistem," ucapnya.

Wahyu menambahkan, bahwa ke depannya bakal kerap menggelar plogging. Selain untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga lingkungan juga untuk menggaet wisatawan datang ke Kota Jogja.

"Iya (plogging akan lebih kerap digelar), karena kita mencoba untuk mengedukasi masyarakat dan wisatawan bahwa tidak ada wisatawan yang mau datang ke tempat wisata kalau tidak bersih," ujarnya.

"Sehingga sebagai masyarakat dan wisatawan, ayo ada aktivitas bernama plogging dan ini menghasilkan (lingkungan bersih dan badan sehat)," lanjut Wahyu.

Sementara itu, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, GKR Bendara mengatakan awalnya memang berharap menggelar SpoGomi. Namun, branding SpoGomi ini ternyata belum bisa masuk di Indonesia.

"Jadi harapannya kita harus galakkan tahun depan, supaya kita bisa mempromosikan ayolah kalau mau hidup sehat ya kita harus peduli dengan sampah yang dikeluarkan. Jadi bagaimana kegiatan pariwisata dan event-event itu lebih ke arah sustainable (keberlanjutan)," ucapnya.

Plogging ini, kata Bendara, juga bagian dari Jogja Culture Wellness Festival (JCWF). Sedangkan alasan melibatkan pelajar dalam plogging agar mereka ke depannya terbiasa dalam menjaga sampah di lingkungannya masing-masing.

"Dengan mengajak anak-anak muda karena edukasi sampah harus dimulai sejak dini dan harapannya bisa mereka terapkan di rumah. Untuk sampah yang dikumpulkan, kami kerja sama dengan rekosistem, mereka menimbang dan mengolah sampahnya," katanya.




(rih/rih)

Hide Ads