6 Hama Tanaman Padi di Musim Hujan dan Pengendaliannya

6 Hama Tanaman Padi di Musim Hujan dan Pengendaliannya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Selasa, 12 Nov 2024 10:45 WIB
hama padi
Ilustrasi walang sangit, salah satu hama padi. Foto: Ilustrasi: Thinstock
Jogja -

Saat ini, Indonesia sudah mulai masuk musim penghujan. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh petani padi adalah serangan hama. Apa saja jenis hamanya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Menurut Amanda Patappari Firmansyah dalam buku Pengantar Pelindungan Tanaman, hama dalam artian luas adalah segala jenis makhluk hidup yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Kemudian menurut Smith, hama adalah semua organisme atau agen biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia.

Dikutip dari laman resmi Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, beberapa hama yang mengintai padi pada musim penghujan antara lain wereng, sundhep, tikus, dan kutu kebul. Mari simak penjelasan berikut untuk tahu cara mengatasinya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hama Tanaman Padi di Musim Hujan

1. Wereng

Dikutip dari buku Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pertanian oleh Mario Malado dkk, hama wereng adalah serangga kecil sejenis kepik yang hidup dengan mengisap cairan tanaman, khususnya tanaman padi. Ada tiga jenis wereng yang umum ditemukan, yaitu wereng hijau, wereng coklat, dan wereng punggung putih.

Dari ketiganya, wereng coklat (Nilaparvata lugens) paling merusak karena mampu beradaptasi dengan cepat dan hanya menyerang tanaman padi. Wereng ini menetap di pangkal tanaman padi dan mengisap cairan melalui jaringan floem, yang penting untuk distribusi nutrisi pada tanaman.

ADVERTISEMENT

Kerusakan akibat wereng coklat sangat merugikan petani padi. Saat wereng menyerang, terutama di musim hujan, tanaman padi dapat mengalami kekeringan dan akhirnya mati, bahkan bisa menyebabkan gagal panen atau serangan puso. Hama ini menghisap cairan hingga tanaman kekurangan nutrisi, yang membuat padi layu, menguning, dan akhirnya mati.

Dirangkum dari laman resmi Desa Ngunut Kabupaten Gunungkidul, hama wereng dapat diatasi dengan sistem mina padi dan pengasapan. Dalam mina padi, sawah digenangi air setinggi 60-80 cm, yang membuat wereng sulit mencapai tanaman dan memungkinkan ikan nila merah untuk memangsa wereng yang tercebur.

Sementara itu, pengasapan dilakukan dengan membakar tumpukan ranting dan rumput kering untuk menghasilkan asap yang mengusir wereng dari area sawah. Dengan mengarahkan asap ke tanaman, wereng akan menjauh sehingga risiko serangan terhadap padi berkurang tanpa penggunaan bahan kimia.

2. Penggerek Batang (Sundep)

Selanjutnya ada penggerek batang padi alias sundep. Menurut buku Teknologi Tepat Guna Penanggulangan Hama Padi oleh Riana Kumalasari dkk, sundep adalah serangga yang menyerang batang dan pelepah daun padi, menyebabkan kerusakan pada tanaman muda dan saat pengisian biji.

Hama ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis), dan merah jambu (Sesamia inferens). Serangan hama ini membuat pucuk tanaman layu, daun mengering, dan batang menjadi kering, yang menyebabkan tanaman mudah dicabut dan tidak bisa tumbuh optimal. Kerugian yang ditimbulkan hama ini besar karena menyerang pada musim hujan, ketika kondisi lahan sawah lebih lembap dan mendukung perkembangbiakan serangga ini.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menggunakan varietas padi yang tahan, menjaga kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen untuk membunuh kepompong, dan membakar jerami yang tersisa. Penggunaan insektisida seperti Curaterr 3G, Furadan 3G, dan Karphos 25 EC juga efektif untuk mengendalikan hama ini.

3. Walang Sangit

Dikutip dari buku Hama Penyakit Tanaman oleh Pracaya, walang sangit (Leptocorisa acuta) adalah serangga hama yang menyerang tanaman padi, terutama saat bulir padi mencapai fase matang susu. Hama ini menghisap cairan bulir padi, yang menyebabkan bulir menjadi hampa atau gabug, sehingga kualitas dan hasil panen padi berkurang. Selain itu, padi yang telah diserang walang sangit rentan terinfeksi cendawan Helminthosporium, yang menyebabkan bulir padi berubah warna dari putih menjadi cokelat atau kehitaman.

Serangan walang sangit biasanya meningkat pada musim hujan, ketika kondisi lingkungan mendukung perkembangbiakan dan aktivitasnya. Untuk mengatasi hama ini, petani dapat melakukan pengendalian biologis dengan menggunakan parasit telur seperti tabuhan Gryon nixoni atau predator alami seperti jangkrik Raphidophora picea.

Selain itu, metode mekanis dengan memasang perangkap bangkai ketam atau yuyu dapat digunakan untuk menarik dan membasmi walang sangit. Penyemprotan insektisida seperti Agrothion 50 atau Diazinon 60 EC juga efektif, namun tetap harus disertai sanitasi area sawah dan pergiliran tanaman untuk mengurangi risiko serangan hama ini.

4. Keong Mas

Dikutip dari buku Teknologi Tepat Guna Penanggulangan Hama Padi oleh Riana Kumalasari dkk, keong mas merupakan salah satu hama padi yang kerap menyerang pada musim hujan. Keong mas mampu bertahan hidup selama 6 bulan di dalam tanah kering selama musim kemarau, kemudian aktif kembali ketika sudah masuk musim hujan.

Keong mas biasanya menyerang tanaman padi yang baru saja ditanam. Ganasnya serangan hama ini bahkan dapat menghabiskan seluruh tanaman padi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, petani perlu waspada dengan serangan hama keong mas, terutama pada 10 hari pertama pada sistem tanam pindah dan 21 hari pada sistem tanam benih secara langsung atau tabela.

Untuk menanggulangi atau mengendalikan keong mas, berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan:

  1. Pasang pagar plastik di sekitar sawah untuk menghalangi keong mas masuk.
  2. Gunakan bibit berumur tepat, seperti IR 64 (25 hari) atau Cisadane (30 hari), agar padi lebih tahan.
  3. Tanam bibit dengan 3-7 tunas per rumpun untuk menghindari pemborosan benih.
  4. Pasang saringan di saluran irigasi agar keong mas tidak terbawa masuk melalui aliran air.
  5. Tancapkan bambu di sawah agar keong mas bertelur di sana, kemudian kumpulkan dan musnahkan telur.
  6. Buat parit di sekitar sawah untuk mengumpulkan keong mas sehingga lebih mudah dikendalikan.
  7. Lepaskan bebek ke sawah saat padi berumur 35 hari agar mereka memakan keong mas.
  8. Taburkan daun kencur di area yang terserang untuk mengusir keong mas.
  9. Kumpulkan keong mas dan manfaatkan sebagai bahan makanan, pupuk cair, atau pakan ternak tambahan.

5. Tikus

Menurut Dantje T Sembel dalam buku Hama-Hama Tanaman Hortikultura, tikus adalah hama yang sering menyerang tanaman pertanian seperti padi, jagung, dan buah-buahan. Di Indonesia, jenis tikus yang paling banyak menyerang tanaman adalah tikus sawah (Rattus argentiventer) dan Rattus diardi.

Hama ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan berkembang biak dengan sangat cepat, sehingga populasinya bisa bertambah pesat dalam waktu singkat. Tikus menyebabkan kerugian besar dengan cara memakan dan merusak tanaman pada tahap awal pertumbuhan (15-45 hari), yang dapat mengurangi hasil panen secara signifikan.

Pengendalian tikus perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim hujan ketika mereka berkembang biak lebih cepat. Metode pengendalian yang efektif meliputi sanitasi lingkungan dengan membersihkan dan membakar sisa tanaman serta rumput di sekitar lahan.

Selain itu, pemasangan perangkap dan penggunaan rodentisida seperti Klerat RM dapat membantu mengurangi populasi tikus. Pengendalian biologis dengan memanfaatkan kucing atau anjing untuk berburu tikus juga bisa menjadi pilihan yang praktis di ladang.

6. Kutu Kebul

Masih dikutip dari buku Hama-Hama Tanaman Hortikultura oleh Dantje T Sembel, kutu kebul atau lalat putih (Bemisia tabaci) adalah hama kecil yang menyerang berbagai jenis tanaman, termasuk padi. Serangga ini memiliki tubuh dan sayap berwarna putih, hidup berkelompok, dan menempel pada permukaan daun.

Kutu kebul menyerang tanaman dengan menghisap cairan pada daun atau batang menggunakan alat mulutnya, yang menyebabkan bercak-bercak pada tanaman dan menghambat pertumbuhan. Selain itu, kutu kebul sering mengeluarkan embun madu yang menjadi media bagi jamur jelaga hitam, yang menutupi daun dan mengurangi proses fotosintesis.

Pada musim hujan, populasi kutu kebul bisa meningkat karena kondisi yang lebih lembap. Pengendalian kutu kebul dapat dilakukan dengan menyemprotkan air campuran minyak nimba atau insektisida nabati untuk mengusir hama ini dari tanaman. Penggunaan insektisida yang tepat juga membantu mengurangi jumlah kutu kebul, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan lebih baik tanpa gangguan hama.

Itulah tadi hama tanaman padi di musim hujan lengkap dengan pengendaliannya. Semoga bermanfaat!




(par/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads