Update Kondisi Korban Hendrik Predator Gay di Sleman

Update Kondisi Korban Hendrik Predator Gay di Sleman

Dwi Agus - detikJogja
Rabu, 16 Okt 2024 20:07 WIB
Hendrik predator gay di Gamping Sleman. Foto diunggah Jumat (11/10/2024).
Hendrik predator gay di Gamping Sleman. Foto diunggah Jumat (11/10/2024). Foto: dok. detikJogja
Sleman -

Salah satu korban dari aksi bejat pria inisial EDW alias Hendrik (29), predator gay yang sudah mencabuli 22 korbannya di Sleman, disebut mengalami luka psikis mendalam. Begini kondisinya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman, Wildan Solichin, mengatakan pihaknya melakukan pendampingan secara intens. Fokusnya adalah mengikis trauma yang dialami para korban.

"Dari yang sudah didampingi psikolog mereka menampakkan sikap yang biasa saja, tidak menunjukkan kesan trauma. Kecuali satu anak yang agak emosi tertuju kepada pelaku," jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (16/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Emosi yang tampak itu tidak reaktif berlebihan. Namun terlihat bahwa korban masih menunjukkan rasa trauma atas perbuatan pelaku.

"Emosinya ini tertuju kepada pelaku. Semacam menyimpan dendam atas perbuatan pelaku kepada korban," jelasnya.

ADVERTISEMENT

DP3AP2KB Sleman melalui UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak melakukan pendekatan modifikasi perilaku anak. Guna menghilangkan trauma dan juga memperbaiki pola pikir anak.

Langkah ini ditempuh karena doktrin yang dilakukan Hendrik sudah terlampau dalam. Untuk diketahui, Hendrik sudah melakoni aksinya sebagai paedofil homoseksual sejak 2019. Total ada 22 korban berjenis kelamin laki-laki yang mayoritas adalah usia anak.

"Untuk pendekatan psikologis menggunakan metode modifikasi perilaku anak. Ini karena kejadian yang dialami para korban sudah cukup lama dan intens," ujarnya.

Dari total korban tersebut, DP3AP2KB Sleman baru melakukan pendampingan kepada lima anak. Sementara sisanya masih dalam upaya komunikasi kepada orang tua korban. Ini karena tidak semua orang tua korban berkehendak didampingi.

"Yang sudah didampingi masih lima anak, yang lain sedang dalam komunikasi dengan ortunya untuk mendapatkan izin," katanya.

Untuk kelima korban, lanjutnya, menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Setidaknya mampu mengikis trauma secara perlahan. Dengan catatan satu korban yang masih mengalami trauma mendalam dan menyimpan dendam.

"Untuk aktivitas keseharian sudah berlangsung normal. Anak-anak ini juga tetap bersekolah seperti biasanya," ujarnya.

Terpisah, Panit 1 Reskrim Polsek Gamping Ipda Ari Setiyawan menuturkan pihaknya sudah memeriksa sebanyak 10 saksi. Dari total tersebut 6 di antaranya adalah korban. Sementara 4 lainnya adalah saksi dari para orang tua maupun sekitar lokasi kejadian.

Selama pemeriksaan saksi anak selalu didampingi oleh Unit PPA. Ini karena metode yang diterapkan berbeda dengan pada umumnya. Selain berstatus korban, usianya juga masih di bawah umur.

"Sudah 10 saksi yang diperiksa, di mana 4 itu saksi dan 6 itu korbannya," katanya.

Terkait perkembangan kasus, dia memastikan penyidikan terhadap Hendrik masih dilakukan. Termasuk adanya grup media sosial cabul gay yang terunduh di ponsel milik Hendrik.

"Grupnya itu (anggotanya) umum dan masih kami dalami. Tersangka ini ikut dalam grup Telegram menyimpang itu. Sementara ini terpantau hanya tersangka saja yang ikut grup itu, korban tidak ada," ujarnya.




(apu/rih)

Hide Ads