Pernahkah kalian mendengar kata narsistik? Belakangan ini gangguan kepribadian narsistik kerap jadi perbincangan di media sosial. Untuk mengetahuinya lebih jauh, berikut ini penjelasan lengkap mengenai gangguan kepribadian narsistik mulai dari definisi, penyebab, gejala, hingga pengobatan.
Menurut KBBI Daring, narsistik adalah kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois. Hal ini seringkali menimbulkan permasalahan ketika berhubungan dengan orang lain. Sebab mereka cenderung kurang memiliki empati, namun akan merasa tidak senang dan kecewa ketika tidak mendapat bantuan atau kekaguman dari orang lain.
Orang dengan gangguan narsistik dikenal memiliki kepercayaan diri yang tinggi, namun lemah ketika dikritik sekecil apapun. Berikut ini definisi, penyebab, gejala, dan pengobatannya pada gangguan kepribadian narsistik yang dikutip dari laman Kemenkes dan Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Definisi Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik atau biasa disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah gangguan kepribadian yang termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5) di bawah kategori 'gangguan kepribadian'. Gangguan kepribadian narsistik merupakan kondisi ketika seseorang merasa dirinya paling penting dan sangat membutuhkan pengakuan dan perhatian dari orang lain secara berlebihan. Pengidap gangguan ini cenderung mudah tersinggung dan mudah depresi ketika dinasehati atau dikritik sekecil apapun.
Mengutip dari jurnal berjudul Gangguan Kepribadian Narsistik dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental oleh Dewi Purnama Sari, dijelaskan secara bahasa narsistik adalah perasaan cinta terhadap dirinya secara berlebihan. Gangguan ini termasuk dalam gangguan mental yang disebabkan adanya perasaan ego yang tinggi dan kekaguman yang berlebih terhadap diri sendiri. Orang dengan gangguan ini sering kali memandang dirinya lebih baik daripada orang lain dan memiliki fantasi yang berlebihan terhadap keberhasilan yang dicapai, sehingga kurang mempedulikan perasaan orang lain.
Penyebab Gangguan Kepribadian Narsistik
Hingga kini, penyebab gangguan kepribadian narsistik belum ditemukan secara pasti. Namun terdapat dugaan-dugaan kuat terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan ini, berikuti ini penyebabnya.
- Faktor genetik atau keturunan
Memiliki orang tua dengan riwayat narsistik dapat menjadi penyebab keturunan selanjutnya mengalami hal yang sama. Sebab kepribadian dapat diturunkan secara genetik.
- Faktor lingkungan
Pola asuh dan kondisi lingkungan sekitar mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku. Pola asuh terlalu memanjakan, menuntut, atau mengabaikan mempengaruhi kepribadian anak di masa depan. Kegagalan pola asuh mengakibatkan kegagalan pada anak dalam meniru empati dari orang tua, sehingga pada masa dewasa belum menemukan figur ideal untuk memenuhi kebutuhan empatinya.
- Faktor neurologi
Faktor neurologi atau otak berpengaruh pada pola pikir dan perilaku seseorang. Begitu juga kerusakan atau malfungsi otak juga akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang.
Gejala Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut ini gejala-gejalanya:
- Mementingkan diri sendiri secara berlebihan atau egois
- Merasa lebih baik dari orang lain dan menganggap orang lain tidak berharga
- Merasa paling istimewa dan hanya ingin bergaul dengan orang yang setara dengannya
- Haus atas perhatian dan penghargaan dari orang lain
- Memiliki sikap arogan dan angkuh
- Berlebihan dalam membanggakan pencapaiannya atau bakatnya
- Berimajinasi secara berlebihan tentang pencapaian, kesuksesan, kecantikan, dan pasangan yang sempurna
- Mengharapkan perilaku khusus dan kepatuhan dari orang lain
- Memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan keinginannya tanpa mempedulikan perasaan orang tersebut
- Merasa iri pada orang lain secara terus menerus atau menganggap orang lain iri
- Menginginkan yang terbaik dalam semua hal, baik itu pencapaian, pekerjaan, dan pasangan
Umumnya gangguan kepribadian narsistik menyebabkan penderitanya tidak mampu menerima kritik dari orang lain. Akibatnya mereka mengalami beberapa gejala, yaitu sebagai berikut:
- Pemarah dan tidak sabar saat mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai harapan
- Menindas dan menghina orang lain agar terlihat superior atau berkuasa
- Mudah tersinggung terhadap suatu kritik maupun nasehat
- Kesulitan mengatur perasaan dan perilaku ketika berada di kondisi yang tidak diharapkan
- Merasa depresi dan murung ketika tidak mencapai suatu hal dengan baik
Diagnosis Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik tidak bisa semata-mata didiagnosis sendiri atau orang yang tidak profesional. Perlu dilakukan pemeriksaan mendalam untuk mendiagnosis gangguan ini. Mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diagnosis gangguan kepribadian narsistik dapat ditegakkan apabila pasien mengalami lima dari sembilan kriteria berikut:
- Merasa lebih baik dari orang lain
- Membutuhkan banyak pujian dari orang lain
- Sibuk mengkhayal tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau pasangan yang sempurna
- Merasa istimewa dan hanya mau bergaul dengan orang yang dianggap setara dengannya
- Merasa berhak mendapat perlakuan khusus dari orang lain
- Memanfaatkan orang lain untuk keuntungan diri sendiri
- Tidak memiliki empati dan kepedulian terhadap orang lain
- Sering merasa iri terhadap orang lain, atau menganggap orang lain iri padanya
- Memiliki sikap arogan atau sombong
Pengobatan untuk Gangguan Kepribadian Narsistik
Terdapat dua jenis pengobatan yang dapat diterapkan untuk gangguan kepribadian narsistik ini, yaitu terapi psikologis dan penggunaan obat-obatan. Terapi psikologis menjadi metode utama untuk mengatasi gangguan ini dengan tujuan agar pasien menyadari dan memahami diri sendiri lebih baik lagi, sehingga mampu mengendalikan pikiran dan perilakunya. Terapi yang dapat dilakukan meliputi:
- Psikoanalisis
Terapi bicara yang dilakukan dalam sesi individu yang bertujuan untuk menggali alasan di balik perasaan dan perilaku seseorang. Fokusnya adalah pada pemahaman masa lalu, emosi, dan perilaku saat ini, yang kemudian membantu individu mengelola pikiran dan perasaannya dengan lebih baik. Melalui proses ini, individu dapat mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Terapi yang berfokus pada identifikasi pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan menggantinya dengan yang lebih sehat. Individu dilatih dalam keterampilan perilaku baru oleh terapis dan diberikan tugas rumah untuk memperkuat keterampilan tersebut. Terapi ini juga membantu individu menyadari bahwa kepentingan dirinya tidak selalu menjadi prioritas utama.
Selain itu, penggunaan obat-obatan juga dapat dilakukan untuk meredakan gejala narsistik yang dianggap membahayakan diri maupun orang lain. Obat-obatan tersebut meliputi sebagai berikut:
- Antidepresan untuk mengatasi depresi, misalnya jenis Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs).
- Antimania atau obat pengendali mood untuk meredakan gangguan suasana hati.
- Antipsikotik untuk mengatasi gejala depresi atau gangguan kecemasan.
Artikel ini ditulis oleh Syifa`ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(par/ahr)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM