Apakah Resistensi Antibiotik Berbahaya? Ternyata Ini Dampaknya

Apakah Resistensi Antibiotik Berbahaya? Ternyata Ini Dampaknya

Rhesa Azhar Pratama - detikJogja
Jumat, 27 Sep 2024 16:47 WIB
Ilustrasi antibiotik
Ilustrasi resistensi antibiotik. (Foto: Freepik/freepik)
Jogja -

Antibiotik adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. Dalam dunia kesehatan, ada istilah resistensi antibiotik. Apa itu?

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), antibiotik pertama kali ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Flemming dengan jenis penisilin. Penemuan penisilin kemudian mempermudah penemuan-penemuan antibiotik lainnya.

Antibiotik memiliki fungsi yang sangat baik bagi tubuh. Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri dapat disembuhkan dengan meminum antibiotik, namun harus dengan fungsi serta dosis yang sesuai.

Penggunaan antibiotik secara asal dapat menyebabkan kondisi berbahaya yang bernama resistensi antibiotik. Lalu, apakah resistensi antibiotik itu? Apakah dampak resistensi antibiotik berbahaya bagi tubuh? Berikut penjelasannya.

Apa Dampak Resistensi Antibiotik?

Dikutip dari laman Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), resistensi antibiotik dapat terjadi ketika bakteri mengubah diri sebagai respons terhadap penggunaan obat-obatan. Resistensi antibiotik dapat diartikan sebagai sebuah fenomena saat bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik sehingga tidak dapat lagi dibunuh atau dihambat pertumbuhannya oleh antibiotik.

Jika resistensi antibiotik terjadi, maka bakteri yang menyebabkan infeksi akan berkembang dan menjadi kebal terhadap antibiotik. Jika bakteri menjadi kebal, maka pemberian antibiotik sebagai obat akan menjadi tidak efektif atau bahkan bisa jadi tidak berguna sama sekali.

Dengan tidak efektifnya penggunaan antibiotik, maka akan berdampak pada biaya pengobatan yang akan semakin mahal. Antibiotik yang lebih mahal bisa jadi harus digunakan untuk membunuh bakteri yang mengakibatkan infeksi. Rujukan rumah sakit pun menjadi risiko yang tak terhindarkan untuk mengobati penyakit yang menjangkit.

Durasi terjangkit penyakit juga berpeluang besar akan menjadi lebih lama. Bakteri yang kebal akan menjadi sulit untuk dibunuh sehingga menyebabkan bakteri menetap lebih lama di dalam tubuh. Suatu bakteri yang kebal terhadap antibiotik dapat menularkan kekebalannya kepada bakteri lain. Hal tersebut akan menyebabkan seluruh antibiotik yang ada tidak akan berdampak lagi bagi tubuh.

Dikutip dari laman Kemenkes, bakteri yang telah kebal antibiotik dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Penyebarannya juga sangat mudah dengan sesederhana menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi bakteri yang dikeluarkan oleh orang yang terkena resisten antibiotik.

Hal yang Bisa Dilakukan Untuk Mencegah Resistensi Antibiotik

Mengutip dari laman Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (Kalbar), berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pengendalian resistensi antibiotik, yaitu:

1. Konsistensi penerapan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Menggunakan antibiotik dengan cara BIJAK, antara lain:

  • B - Beli antibiotik hanya dengan resep dokter
  • I - Ikuti petunjuk penggunaan antibiotik dari dokter
  • J - Jeli dan bertanya kepada dokter apakah ada obat antibiotik dari resep yang telah diberikan
  • A - Awasi penggunaan antibiotik di rumah
  • K - Konsultasikan ke dokter jika sakit lebih dari 3 (tiga) hari

Catatan: Batuk, demam, dan pilek tidak perlu minum antibiotik. Minum obat pereda gejala, istirahat dan konsumsilah makanan bergizi. Jika dalam 3 (tiga) hari belum ada perbaikan, segera konsultasikan ke dokter.

Itu dia penjelasan lengkap mengenai bagaimana bahayanya resistensi antibiotik serta cara pencegahan yang bisa detikers lakukan. Selalu jaga kesehatan, ya!

Artikel ini ditulis oleh Rhesa Azhar Pratama persera Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(sto/cln)

Hide Ads