- Kumpulan Puisi Hari Anak Nasional Puisi Hari Anak #1: Selamat Hari Anak Nasional Puisi Hari Anak #2: Hari Anak Nasional Puisi Hari Anak #3: Langkah Kecil, Cahaya Besar Puisi Hari Anak #4: Doa yang Berjalan di Bumi Puisi Hari Anak #5: Aku Anak Hebat Puisi Hari Anak #6: Aku Akan Puisi Hari Anak #7: Aku Mau Jadi Apa? Puisi Hari Anak #8: Belajar menjadi Indonesia Puisi Hari Anak #9: Suara Kecil yang Tertinggal Puisi Hari Anak #10: Negeri dalam Mata Anak Puisi Hari Anak #11: Kalianlah Harapan Itu Puisi Hari Anak #12: Kesedihan Bangsaku Puisi Hari Anak #13: Anak Garuda Puisi Hari Anak #14: Anak Petani Puisi Hari Anak #15: Esok yang Kami Genggam
Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 tahun 2025 akan diperingati pada tanggal 23 Juli. Peringatan tersebut bisa kamu meriahkan dengan membagikan puisi kepada para anak. Berikut ini 15 puisinya yang pendek hingga panjang sebagai referensi!
Hari Anak Nasional ditetapkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 44 Tahun 1984. Dalam keppres yang diteken oleh Presiden Soeharto tersebut, tertulis bahwa HAN di antaranya dibuat untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran anak.
Bagaimana tidak, anak adalah generasi masa depan penerus bangsa Indonesia. Namun, peran tersebut tak mungkin bisa diemban bila tidak disosialisasikan sejak dini. HAN kemudian menjadi salah satu metode untuk membangkitkan kesadaran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya melalui kegiatan yang diselenggarakan, tujuan di atas bisa dicapai melalui media puisi. Butuh puisinya? Simak 15 puisi Hari Anak Nasional yang telah detikJogja himpun di bawah ini, yuk!
Kumpulan Puisi Hari Anak Nasional
Beberapa diambil dari buku Aksara Harsa dan Renjana oleh Irpiani, buku Cinta di Ujung Senja oleh Ulinsa dkk, dan buku Surat dari Samudra oleh Agus Budi Wahyudi dkk, berikut ini kumpulan puisi Hari Anak Nasional:
Puisi Hari Anak #1: Selamat Hari Anak Nasional
Anak Indonesia adalah...
Harta yang sangat berharga
Generasi penerus perjuangan bangsa
Pelita hati pembangun negeri
Berhati suci berjiwa satria
Anak-anak adalah amanah konstitusi
Mesti dijaga dan dikasihi
Agar tumbuh menjadi penyejuk hati
Penentram jiwa nan memesona
Pembangun negeri Indonesia tercinta
Puisi Hari Anak #2: Hari Anak Nasional
Selamat kepada anak Indonesia yang berdiri di tepi jalan kota kami
Yang menjulurkan tangan meminta receh demi perut keroncong siang-malam hari
Yang menadah tangan mengharap kasih para dermawan-dermawati
Yang memelas wajah mengiba berkah dan masa depan entah nanti
Selamat kepada anak Indonesia yang memanggul bakul bersama ibu
Yang ayahnya hilang entah ke mana bersama rumor tentang hantu
Yang tetangganya jijik menyentuh rambutnya yang penuh kutu
Yang tangisnya meresap ke lorong waktu yang membisu
Selamat kepada anak Indonesia yang bodoh kotor dan miskin
Yang untuk ke sekolah lanjutan dan universitas harus pintar dan tak miskin
Yang masa depannya terkalkulasi jadi kaum miskin
Yang wajahnya terbaca khas wajah orang-orang miskin
Selamat selamat selamat
Anak kurus kekurangan gizi
Yang susu ibunya kurang nutrisi
Yang raskinnya tak cukup hidup sehari-hari
Selamat!
Hik hik hik
Puisi Hari Anak #3: Langkah Kecil, Cahaya Besar
Langkah kecil berlari di tanah subur
mimpi-mimpi disulam di balik awan luhur
Tangan mungil menggenggam harapan
bagai benih di ladang masa depan
Mata mereka lentera semesta
menyala jujur tanpa pura-pura
Tertawa riang tak mengenal pura
menyiram bumi dengan bahagia
Wahai dunia peluklah mereka erat
jangan biarkan luka jadi syair yang lekat
Hari ini anak-anak bersinar terang
penjaga esok yang cemerlang gemilang
Puisi Hari Anak #4: Doa yang Berjalan di Bumi
Anak-anak adalah benih pagi yang tumbuh dari cahaya
langkah mereka menari di antara embun dan pelangi
suara tawa mereka menembus sunyi dan sepi
mereka bicara dengan bahasa hati yang belum ternoda
di matanya dunia tak pernah sempit apalagi muram
ia merangkai mimpi dengan krayon warna-warni
tak gentar pada gelap sebab hatinya penuh bintang
ia belajar dari tanah dari hujan dari pelukan ibu
meski kecil suaranya mampu mengubah angin
sebab setiap anak adalah doa yang berjalan di bumi
Puisi Hari Anak #5: Aku Anak Hebat
Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang sehat
Karena tubuhku menyimpan beragam vitamin
Hasil kekayaan tanah yang subur dan air yang murni
Tanah air Indonesia
Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang cerdas
Karena aku dididik dan dibina
Oleh bapak dan ibu guru para insan cendekia
Titisan Ki Hajar Dewantara
Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang pemberani
Karena jiwaku adalah jiwa dari para pahlawan
Yang tak pernah gentar berjuang demi bangsa ini
Bangsa Indonesia
Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang istimewa
Karena di dalam dadaku terukir Pancasila
Sebagai pedoman hidup dalam menghadapi dunia
Menjunjung tinggi martabat negaraku, Indonesia
Puisi Hari Anak #6: Aku Akan
Aku akan merebus air mataku
Sampai mendidih
Agar semua air mataku
Ikut menguap bersama udara
Aku akan membakar baju kesedihanku
Sampai hangus menjadi abu
Agar semua kesedihanku
Ikut berubah menjadi abu
Aku akan menerbangkan kupu-kupu penghalang
Sampai tak terlihat oleh mataku
Agar semua penghalangku
Ikut terbang bersama mereka
Aku akan menuntun penaku
Sampai membentuk goresan aksara
Agar semua angan dan impianku
Ikut tergores menjadi nyata
Puisi Hari Anak #7: Aku Mau Jadi Apa?
Menjadi supir atau kasir
Menjadi guru atau pemburu
Menjadi dokter atau apoteker
Menjadi dosen atau presiden
Menjadi polisi atau musisi
Menjadi tentara atau pengusaha
Menjadi pedagang atau pengarang
Menjadi wartawan atau karyawan
Menjadi perawat atau pejabat
Menjadi pilot atau astronot
Menjadi masinis atau pelukis
Menjadi operator atau motivator
Semuanya berguna untuk orang lain
Puisi Hari Anak #8: Belajar menjadi Indonesia
Di ruang kelas yang sederhana
terdengar suara membaca dengan gembira
papan tulis jadi jendela dunia
pena kecil menulis cita-cita
Pendidikan bukan sekadar angka
tapi jalan panjang menuju cahaya
ilmu tak hanya soal gelar semata
melainkan bekal hidup yang bijaksana
Guru berdiri seperti pelita
menyalakan semangat yang hampir padam
mengajarkan bahwa gagal pun bisa
jadi tangga menuju kemenangan dalam diam
Wahai negeri jangan lelah merawat ilmu
sebab di sanalah masa depan bersatu
di balik buku ada jiwa yang tumbuh
membentuk Indonesia yang utuh dan penuh
Puisi Hari Anak #9: Suara Kecil yang Tertinggal
Di sudut kota ada anak memulung harapan
bermain di tumpukan waktu yang terbuang
sekolah baginya hanya cerita dari orang
bukan ruang tempat ia tumbuh dan terang
Di desa-desa masih ada jalan berlumpur
yang menunda langkah kecil menuju ilmu
buku jadi barang mewah yang tak tersentuh
padahal mimpi mereka tak pernah lusuh
Anak-anak bicara tapi sering tak didengar
terselip di sela bisingnya dunia dewasa
padahal suara mereka adalah cermin bangsa
yang menunggu pelukan dan rasa percaya
Puisi Hari Anak #10: Negeri dalam Mata Anak
Ada negeri di balik mata anak
penuh warna yang belum pernah retak
ia melukis langit tanpa kuas
dengan imajinasi yang tak bisa dibungkus kertas
Anak-anak bukan halaman kosong
mereka puisi yang belum selesai ditulis
setiap tanya adalah tanda kehidupan
dan setiap jawaban tak selalu dari buku pelajaran
Lihat cara mereka mendengar angin
mereka paham bahasa yang tak kita kuasai
menyusun logika dari pasir dan layang-layang
menyembuhkan kecewa dengan pelukan ringan
Jangan cabut akar penasaran mereka
biarkan tumbuh walau jalannya aneh
dari mainan rusak mereka belajar sabar
dari tangisan mereka tahu cara bersinar
Hari anak bukan hanya satu hari
tapi janji panjang untuk terus melindungi
agar negeri dalam mata mereka
tak berubah jadi tempat kita lupa bermimpi
Puisi Hari Anak #11: Kalianlah Harapan Itu
Wahai anak bangsa yang berlari di pagi
teruslah tumbuh meski angin tak bersahabat
karena setiap peluh yang jatuh hari ini
akan jadi pelita saat malam paling gelap
Tak apa jatuh asal bangkit tak terlupa
tak apa lambat asal terus melaju
ilmu bisa datang dari mana saja
asal hatimu tak henti mencari tahu
Langit tak akan bertanya dari mana kau berasal
asal kau menari dengan cahaya dalam dada
karena kalian adalah harapan itu sendiri
yang membuat Indonesia berdiri dan percaya
Puisi Hari Anak #12: Kesedihan Bangsaku
Aku melihat negeri dari balik jendela bambu
bukan dari layar kaca yang memamerkan senyum palsu
jalanan tak ramah bagi kaki kecil yang tak bersandal
dan sekolah terlalu jauh bagi perut yang tak pernah kenyang
aku anak dari tanah yang tak disebut dalam peta
suara tangisku tenggelam di antara rapat dan janji
ibu berkata jangan berharap pada berita
karena harapan hanya ada di tangan yang bekerja
aku pernah bermimpi jadi dokter atau guru
tapi malam datang terlalu cepat sebelum buku dibuka
bangsaku sibuk menatap langit
sementara kami meringkuk dalam debu yang pekat
apakah aku bagian dari cerita kalian
atau hanya bayangan yang dianggap angin lewat
aku diam bukan karena tak tahu
aku diam karena terlalu banyak tahu
dan tak tahu harus berharap pada siapa
Puisi Hari Anak #13: Anak Garuda
Dari telur aku menetas
Dan kubelajar terbang mengitari angkasa luas negeri ini
Belajar mengenal keelokan negeri ini
Kepakkan sayap kusiap menghantarkan kemajuan untuk negeri ini
Cengkeraman kuatku akan mencengkeram kuat Pancasila
Cengkeraman kuatku akan mencengkeram kuat Bhineka Tunggal Ika
Kuku-kuku tajamku akan mengoyak orang yang merusak negeri ini
Paruh tajamku akan mematuk semua pengacau yang ada di negeri ini
Karena aku adalah anak garuda
Yang akan selalu meneruskan perjuangan garuda-garuda terdahulu
Yang akan menjaga dan mencintai selalu Indonesia
Puisi Hari Anak #14: Anak Petani
Bangun fajar sebelum cahaya mentari
Membasuh tubuh menghadap Sang Ilahi
Mendaras doa sebening tetes embun pagi
Meretas hari menyusun asa hati
Menjadi anak petani memilin padi
Siangi rumput jauhkan hama
Demi berlangsungnya hidup insani
Sebelum kemudian menuju bangku belajar
Pagi bagi anak petani
Mencangkul tanah gemburkan sawah
Sebelum kaki melangkah sekolah
Tanpa rasa mengenal lelah
Puisi Hari Anak #15: Esok yang Kami Genggam
Kami tidak meminta istana megah
cukup ruang untuk bertanya dan tumbuh
di mana buku bukan barang langka
dan guru datang dengan hati penuh peluh
Kami ingin langit yang bersih dari jerit
tempat bermain tanpa takut dan batas
kami ingin negeri yang tak memilih
siapa yang pantas meraih cerdas
Berilah kami dunia yang percaya
bahwa langkah kecil pun bisa membawa cahaya
karena esok bukan milik yang kuat semata
tapi milik kami yang terus bermimpi dan setia
Nah, itulah 15 puisi Hari Anak Nasional yang bisa kamu jadikan contoh. Semoga membangkitkan inspirasimu, ya, detikers!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi