- Akibat Jika Antibiotik Tidak Dihabiskan 1. Infeksi Bisa Kembali Muncul 2. Bakteri Menjadi Kebal terhadap Antibiotik 3. Munculnya Superbug yang Sulit Diobati 4. Masa Infeksi Menjadi Lebih Lama 5. Risiko Penularan Bakteri Resisten ke Orang Lain 6. Mengganggu Strategi Kesehatan Global Melawan Resistensi Antimikroba 7. Menjadi Ancaman bagi Lingkungan dan Keselamatan
Jika detikers memperhatikan, dokter selalu menganjurkan pasiennya untuk menghabiskan antibiotik. Obat jenis ini juga tidak diperjualbelikan secara bebas. Hal tersebut diberlakukan karena terdapat sejumlah akibat jika antibiotik tidak dihabiskan.
Sebelum membahas mengenai akibat jika tidak menghabiskannya, apakah kamu tahu apa itu antibiotik? Dikutip dari buku Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran tulisan Drs Damin Sumardjo, antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti jamur dan bakteri tanah, yang berfungsi menghambat atau membunuh mikroorganisme lain yang rentan terhadapnya. Senyawa ini memiliki sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau bakterisid (membunuh bakteri) dan digunakan secara luas untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi.
Lantas, apa yang akan terjadi pada tubuh kita jika tidak menghabiskan antibiotik sesuai dengan anjuran dokter? Mari kupas tuntas jawabannya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat Jika Antibiotik Tidak Dihabiskan
Ternyata, tidak menghabiskan antibiotik bisa berakibat fatal terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Mari simak penjelasan lengkap berikut!
1. Infeksi Bisa Kembali Muncul
Menurut dr Prapti Utami dalam buku Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit, infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat muncul kembali jika antibiotik tidak dikonsumsi secara tuntas. Hal ini terjadi karena tidak semua bakteri penyebab infeksi berhasil dibunuh selama pengobatan yang tidak selesai. Bakteri yang tersisa akan tetap hidup di dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan infeksi ulang di tempat yang sama maupun berpindah ke bagian tubuh lain.
Ketika antibiotik dihentikan sebelum waktunya, proses pemusnahan bakteri menjadi tidak sempurna. Akibatnya, kondisi pasien mungkin membaik sementara, tetapi sumber infeksi belum sepenuhnya hilang. Hal ini membuat tubuh tetap rentan terhadap infeksi lanjutan yang mungkin lebih parah.
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik sampai tuntas sesuai anjuran dokter karena sangat penting agar semua koloni bakteri mati sepenuhnya. Jika infeksi berulang, pasien bisa memerlukan pengobatan yang lebih agresif dan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.
2. Bakteri Menjadi Kebal terhadap Antibiotik
Masih menurut dr Prapti Utami, tidak menghabiskan antibiotik adalah salah satu penyebab utama munculnya resistensi bakteri. Ketika antibiotik tidak diminum sesuai waktu dan dosis yang dianjurkan, bakteri yang tersisa dapat berubah dan bertahan hidup. Perubahan ini membuat DNA bakteri berkembang menjadi bentuk yang kebal terhadap jenis antibiotik yang sebelumnya efektif.
Kebiasaan menghentikan konsumsi antibiotik sebelum waktunya, misalnya hanya diminum tiga hari dari tujuh hari yang dianjurkan, menjadi penyebab utama terjadinya mutasi bakteri. Mutasi inilah yang membuat bakteri mampu bertahan terhadap pengobatan lanjutan, bahkan terhadap antibiotik yang lebih kuat sekalipun.
Akibatnya, manusia secara tidak langsung 'mendidik' bakteri untuk menjadi lebih tangguh. Hal ini menimbulkan tantangan besar dalam dunia medis karena memaksa ilmuwan terus mengembangkan jenis antibiotik baru untuk melawan jenis bakteri yang terus berevolusi.
3. Munculnya Superbug yang Sulit Diobati
Dikutip dari buku 77 Kesalahan Orangtua yang Membahayakan Kesehatan karya Aprilina Prastari, resistensi antibiotik dapat menciptakan jenis bakteri baru yang disebut superbug. Superbug merupakan bakteri yang tidak mempan terhadap antibiotik paling mutakhir sekalipun. Fenomena ini terjadi karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak sesuai aturan, termasuk menghentikan konsumsi sebelum dosisnya habis.
Ketika antibiotik dikonsumsi tidak sampai tuntas, hanya bakteri lemah yang mati. Sementara itu, bakteri yang lebih kuat tetap bertahan dan berkembang biak. Akibatnya, terjadi seleksi alam di tingkat mikroorganisme, di mana hanya bakteri yang memiliki daya tahan tinggi yang mampu bertahan.
Superbug menjadi ancaman serius bagi kesehatan global karena menyebabkan penyakit infeksi yang sulit disembuhkan. Kondisi ini juga menyebabkan pengobatan menjadi lebih mahal dan membutuhkan waktu lebih lama dengan risiko efek samping yang lebih besar.
4. Masa Infeksi Menjadi Lebih Lama
Kembali mengutip penjelasan Aprilina Prastari, menghentikan penggunaan antibiotik sebelum waktunya menyebabkan infeksi berlangsung lebih lama. Hal ini disebabkan karena tubuh belum sepenuhnya bersih dari bakteri penyebab penyakit, sehingga proses penyembuhan menjadi terhambat.
Infeksi yang tidak sembuh tuntas dapat memperburuk kondisi klinis pasien. Gejala penyakit bisa muncul kembali dengan intensitas yang lebih berat. Hal ini juga memperbesar kemungkinan komplikasi, terutama bagi pasien dengan daya tahan tubuh rendah.
Selain itu, infeksi yang lebih lama berarti pengobatan lanjutan menjadi lebih intensif. Pasien mungkin membutuhkan dosis antibiotik yang lebih tinggi atau jenis obat yang lebih kuat, yang justru meningkatkan risiko efek samping dan membebani biaya kesehatan.
5. Risiko Penularan Bakteri Resisten ke Orang Lain
Menurut Legacy Community Health melalui pernyataan Ruston Taylor, jika antibiotik dihentikan sebelum waktunya, bakteri dalam tubuh bisa kembali tumbuh dan bahkan menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Yang lebih mengkhawatirkan, bakteri resisten ini tidak hanya berdampak pada satu individu. Ia bisa menyebar ke orang lain dan menciptakan superbug.
Ketika seseorang membawa bakteri yang telah mengalami mutasi akibat perlakuan antibiotik yang tidak tuntas, ia bisa menjadi pembawa (carrier) yang tanpa sadar menularkan bakteri tersebut ke lingkungan sekitarnya, baik di rumah, tempat kerja, maupun fasilitas umum. Ini membuat ancaman resistensi bukan lagi masalah pribadi, tapi menjadi isu kesehatan masyarakat yang serius.
6. Mengganggu Strategi Kesehatan Global Melawan Resistensi Antimikroba
Masih menurut Legacy Community Health, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai anjuran dokter juga merusak upaya global dalam mengendalikan resistensi antimikroba. Ruston Taylor menjelaskan bahwa 'antimicrobial stewardship' adalah strategi terkoordinasi untuk meningkatkan penggunaan antibiotik secara bijak, menjaga efektivitas pengobatan, dan mengurangi biaya serta resistensi.
Namun, jika pasien terus menghentikan pengobatan sebelum waktunya atau menyimpan antibiotik untuk digunakan sendiri nanti, maka seluruh sistem ini menjadi tidak efektif. Akibatnya, dunia medis harus terus mengembangkan antibiotik baru yang lebih mahal dan tidak selalu tersedia dengan cepat. Kondisi ini bisa memperlambat respons terhadap wabah penyakit infeksi di masa depan dan membebani sistem kesehatan global.
7. Menjadi Ancaman bagi Lingkungan dan Keselamatan
Dikutip dari informasi resmi Australian Government, antibiotik yang tidak dihabiskan dan disimpan di rumah dapat menimbulkan risiko serius. Obat ini bisa disalahgunakan di kemudian hari, baik oleh orang yang sama maupun oleh orang lain yang keliru menganggapnya cocok untuk penyakit yang berbeda. Padahal, setiap jenis antibiotik hanya efektif untuk jenis bakteri tertentu dan penggunaannya harus berdasarkan diagnosis medis yang tepat.
Selain berisiko disalahgunakan, antibiotik sisa juga dapat menyebabkan keracunan jika tertelan secara tidak sengaja oleh anak-anak atau hewan peliharaan. Bagi orang yang mengonsumsi banyak jenis obat, keberadaan antibiotik tanpa label atau petunjuk yang jelas bisa menimbulkan kebingungan dan menyebabkan konsumsi obat yang salah. Oleh karena itu, penting untuk tidak menyimpan antibiotik yang sudah tidak digunakan.
Pembuangan antibiotik secara sembarangan ke toilet, wastafel, atau tempat sampah biasa juga berdampak buruk terhadap lingkungan. Zat kimia aktif di dalam antibiotik dapat mencemari air dan tanah, serta memicu resistensi bakteri di alam. Barrett White dalam artikel Legacy Community Health menambahkan bahwa kebiasaan ini merupakan bentuk kelalaian terhadap sistem antimicrobial stewardship, yaitu upaya menjaga efektivitas antibiotik untuk masa depan.
Dari penjelasan di atas, tidak menghabiskan antibiotik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah hal buruk bagi kesehatan individu, orang lain, hingga lingkungan global. Jadi, selalu habiskan antibiotik sesuai anjuran dokter, deitkers!
(par/par)