Saat kondisi mendung, kilatan cahaya kerap kali terlihat diikuti suara menggelegar beberapa saat setelahnya. Itulah yang dikenal dengan petir dan berbahaya ketika terkena tubuh manusia karena memiliki arus listrik sangat besar.
Mengutip situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), petir adalah kilatan cahaya di atmosfer yang terdiri dari guntur dan disebabkan oleh pelepasan listrik berarus tinggi. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik yang dipisahkan dalam awan cumulonimbus.
Petir melepaskan arus listrik yang tinggi dalam rentang waktu yang singkat. Dalam satu sambaran petir, diperkirakan arus listrik yang dilepas mencapai 80 ribu ampere. Sementara, total daya rata-rata yang dilepaskan secara serentak dalam satu kali sambaran petir sekitar 106 watt.
Besarnya energi yang dilepaskan petir dapat menimbulkan dampak pada objek yang terkena sambaran petir, seperti kerusakan, kebakaran, hingga korban jiwa ketika petir menyambar manusia. Selain itu, dampak merugikan lain dari petir berupa kerusakan jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, dan gangguan penerbangan.
Dalam beberapa kejadian, petir tidak hanya berasal dari awan mendung di langit, tetapi juga dapat terjadi ketika gunung berapi mengeluarkan kepulan asap pekat. Lantas, bagaimana sebenarnya petir ini bisa terjadi? Berikut penjelasannya yang dikutip dari laman BPBD Jogja, buletin Waspadai!! Cuaca Ekstrim di Awal Tahun 2020 oleh Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, dan laman Stasiun Meteorologi Trunojoyo Madura.
Proses Terjadinya Petir pada Awan Hujan atau Mendung
Masih bersumber dari laman resmi BMKG, petir biasa terjadi di awan Cumulonimbus (Cb). Awan ini merupakan salah satu awan konvektif atau awan yang menjulang tinggi ke atas. Jika dilihat dari bentuknya, awan Cb berbentuk seperti jamur dengan bagian atas berbentuk seperti topi.
Petir hanya bisa terjadi pada awan yang sudah mencapai taraf matang. Awan tersebut akan membentuk dua batas lapisan utama elektrifikasi. Pada bagian atas awan terkonsentrasi medan listrik positif. Sedangkan, bagian bawah terkonsentrasi medan elektrik negatif.
Bertemunya muatan listrik positif dan negatif itulah yang akan menimbulkan terjadinya petir. Dalam prosesnya, terdapat tiga tipe petir dari awan Cb, yaitu petir intracloud (IC) atau petir yang terjadi di dalam awan yang sama, petir cloud to cloud (CC) atau petir yang terjadi dari awan ke awan lain, dan petir cloud to ground (CG) atau pelepasan energi dari awan ke bumi.
Petir intracloud terjadi akibat pertemuan muatan listrik positif yang berada di bagian atas awan dengan muatan listrik negatif yang berada di bagian bawah pada awan yang sama. Sedangkan, mekanisme yang mirip juga terjadi pada petir cloud to cloud, hanya saja muatan positifnya menyambar muatan negatif dari awan lain yang mendekat.
Sementara itu, petir cloud to ground terbagi menjadi positif (CG+) dan negatif (GC-). Petir CG+ terjadi ketika muatan positif pada awan Cb menyambar muatan negatif di tanah dan menjadi petir. Sementara, petir GC- terjadi akibat muatan negatif pada awan Cb menyambar atau bergerak ke permukaan bumi dan juga menimbulkan kilatan petir. Awan CG inilah yang berbahaya bagi karena bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia.
Proses Terjadinya Petir pada Awan Panas Gunung Api
Mekanisme petir dari letusan gunung api atau petir vulkanik tidak jauh berbeda dengan petir dari awan Cb. Bedanya, muatan yang terkandung dalam awan Cb digantikan oleh awan kepulan erupsi gunung api berisi uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara masif.
Petir vulkanik tidak terjadi secara langsung walau di dalam kolom letusan telah berisi partikel abu kaca panas, uap dan gas yang bersama meletus ke atmosfer. Hal itu, karena sebelum terjadi petir, partikel tersebut harus terionisasi terlebih dahulu dengan memisahkan elektron yang terikat pada tiap partikel dengan perantara energi potensial suatu masa. Muatan-muatan ion inilah yang menjadi pemicu terbentuknya petir.
Cara Menghindari Petir
Berikut cara yang harus dilakukan untuk terhindar dari sambaran petir ketika sudah terdapat tanda-tanda petir di langit:
- Jika berada di luar ruangan, segera masuk ke dalam rumah atau mencari bangunan untuk berlindung.
- Jangan berada di sawah, lapangan terbuka, atau taman karena petir mencari tanah untuk melepaskan energinya.
- Jika berada di kolam renang, segera keluar karena air dalam kolam renang dapat menjadi sasaran petir melepas energinya.
- Jangan berlindung di bawah pohon karena ketika pohon tersambar petir, energinya dapat melompat ke tubuh manusia.
- Jauhi tiang listrik, menara, atau sesuatu yang tinggi karena dapat menarik sambaran petir.
- Jika sedang berteduh di luar ruangan, jangan terlalu dekat dengan orang lain, beri jarak sekitar 3-5 meter antarorang demi menghindari lontaran energi jika ada petir.
- Jika sedang mengendarai motor, segera berhenti dan mencari tempat berlindung.
Demikian penjelasan proses terjadinya petir dan cara berlindung dari sambaran petir. Semoga bermanfaat dan terus tingkatkan kewaspadaan ya, Dab!
Artikel ini ditulis oleh Ridwan Luhur Pambudi, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM