Garam adalah salah satu bahan yang dijadikan pilihan untuk memodifikasi cuaca di Indonesia. Kenapa garam? Kenapa tidak memakai bahan lain? Berikut penjelasan lengkap seputar alasan pemilihan garam untuk modifikasi cuaca.
Sebelum menyelam lebih jauh, detikers harus paham dahulu apa itu teknologi modifikasi cuaca (TMC). Dirujuk dari buku Kegiatan Proyek-Proyek BPP Teknologi, TMC atau yang lebih dikenal dengan nama hujan buatan pada dasarnya adalah mempercepat proses jatuhnya awan-awan alami, yakni dengan meningkatkan efisiensi tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescence) dalam awan tersebut.
Lebih lanjut, berdasar informasi dalam Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca berjudul "Kajian Dampak Penggunaan Bahan Semai Powder NACL pada Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca terhadap Kualitas Air" karya Rini Mariana dkk, di Indonesia digunakan dua jenis bahan penyemaian awan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya adalah bubuk halus garam dengan diameter kurang lebih 30-60 mikron dan bahan semai suar yang berbentuk kemasan tabung. Lalu, apa alasan di balik pemilihan garam untuk TMC ini?
Alasan Garam Dijadikan Bahan Modifikasi Cuaca
Masih dirujuk dari jurnal yang sama, baik bubuk halus garam ataupun bahan semai suar sama-sama mengandung garam (NaCI) yang berperan sebagai partikel higroskopis. Nantinya partikel higroskopis ini dapat mengikat butir tetes air dalam awan cumulus dan menyebabkan hujan.
Dikutip dari situs resmi Portal Pejabat Informasi dan Dokumentasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (PPID BRIN), proses terjadinya hujan dimulai dengan bersatunya uap air dengan debu-debu sebagai inti kondensasi yang bersifat higroskopis (mudah menyerap air).
Lalu, terjadilah titik-titik air. Kumpulan titik-titik air ini akan naik ke lapisan atmosfer. Di sana, proses kondensasi (pendinginan) akan terjadi sampai titik jenuh. Usai titik jenuh terjadi, titik-titik air ini akan jatuh menjadi hujan akibat adanya gaya gravitasi.
Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwasanya sifat higroskopis dalam garam sangat dibutuhkan dalam proses modifikasi cuaca. Sebab, setelah garam disemai di awan, ia akan bekerja menarik molekul-molekul air di sekitarnya. Inilah yang menjadi alasan dipilihnya garam sebagai bahan modifikasi cuaca.
Cara Kerja Teknologi Modifikasi Cuaca
Lalu, bagaimana cara kerja teknologi modifikasi cuaca alias hujan buatan? Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memantau awan yang berpotensi menurunkan hujan. Yang ideal adalah awan yang kaya akan uap air, tetapi tidak cukup padat.
Setelahnya, dirangkum dari situs Water Corporation, partikel-partikel seperti garam dapat ditaburkan atau disemaikan via pesawat. Namun, bisa juga ditembakkan dari darat sebagaimana penjelasan dalam laman Desert Research Institute.
Garam atau partikel sejenis yang sudah ada di dalam awan kemudian bertindak sebagai inti pembentuk es membantu produksi kepingan salju. Partikel-partikel dengan sifat higroskopis tersebut akan menyerap uap air dari udara sekitar.
Uap air yang terserap akan mengembun di sekeliling partikel sehingga membentuk tetesan air kecil. Perlahan-lahan, tetesan-tetesan air kecil ini akan bergabung satu dengan lainnya hingga terbentuk tetesan besar. Disadur dari laman SD Negeri 13 Bimakota, proses penggabungan ini disebut koalesensi.
Selanjutnya, awan yang terlalu padat dengan uap air dan tidak bisa menahan lagi bebannya akan jatuh ke daratan menjadi hujan. Demikian proses terjadinya hujan buatan atau juga dikenal sebagai teknologi modifikasi cuaca.
Itulah penjelasan lengkap mengapa garam bisa dijadikan bahan modifikasi cuaca. Semoga penjelasannya bermanfaat!
(dil/dil)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Sekjen PDIP Hasto Divonis 3,5 Tahun Bui