Massa Aksi Jogja Memanggil Kembali Turun ke Jalan, Kali Ini di Gejayan

Massa Aksi Jogja Memanggil Kembali Turun ke Jalan, Kali Ini di Gejayan

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Kamis, 29 Agu 2024 19:13 WIB
Aksi massa Jogja Memanggil yang digelar di kawasan Gejayan, Sleman, Kamis (29/8/2024).
Aksi massa Jogja Memanggil yang digelar di kawasan Gejayan, Sleman, Kamis (29/8/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Massa aksi yang tergabung dalam Jogja Memanggil kembali turun ke jalan. Dalam aksi di hari ini mereka menggelar orasi di simpang tiga Gejayan, Depok, Sleman.

Adapun aksi kali ini masih bagian dari rangkaian aksi dua hari sebelumnya yang digelar di Titik Nol Km. Tuntutan mereka juga masih sama, yakni mengkritisi dinasti Jokowi.

"Ini aksi hari ketiga, rangkaian aksi ini masih sama tuntutan kita. Bahwa tidak hanya memprotes PKPU, tapi sebenarnya kita sedang mengkritisi dinasti Jokowi yang sudah meninggalkan jejak di berbagai macam konstitusi dan kebijakan yang sarat pelanggaran HAM," kata humas Aksi Jogja Memanggil, Sana Ulaili, kepada wartawan, Kamis (29/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Massa aksi gabungan itu mulai berorasi dari sore hingga petang ini. Mereka juga membawa replika guillotine yakni sebuah alat untuk memancung seseorang.

"Hari ini kita berkumpul kembali untuk memastikan bahwa, hari ini momentum untuk bersatu dari berbagai latar belakang, organisasi masyarakat sipil, kelompok agamawan, kampus, dosen, pegiat seni, anak muda, milenial, pegiat anime untuk bersama-sama menyuarakan kegelisahan kita bersama" ucapnya.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, aksi selama tiga hari berturut-turut ini juga sebagai momentum untuk menyadarkan masyarakat agar kritis.

"Bahwa situasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja maka kita tidak boleh diam, harus bersuara," tegasnya.

Sebab, meski Jokowi dalam dua bulan ini akan lengser tetapi cengkeraman oligarki belum tentu hilang.

"Kita akan terus melakukan perjuangan ini sampai rezim ini benar-benar runtuh. Karena Jokowi yang hanya tinggal dua bulan bukan berarti dia akan hilang begitu saja tetapi akan diteruskan oleh presiden dan wakil presiden terpilih. Yang kita tahu keduanya meninggalkan jejak pelanggaran HAM dan lahir dari konstitusi yang tidak beres," katanya.

Lebih lanjut, setelah dua hari menggelar aksi di Nol Km, hari ini aksi digeser ke Gejayan. Menurut Sana, Gejayan masih menyimpan magis nyala api reformasi.

"Hari ini menjadi momentum, kita sedang mengulangi sejarah masa lalu bahwa demokrasi sudah dihancurkan oleh rezim yang sebenarnya juga bagian dari rezim orde baru. Makanya kita menggunakan Gejayan untuk menutup rangkaian aksi tiga hari ini," ungkapnya.

Ke depan, aksi Aliansi Jogja Memanggil tidak hanya akan berhenti. Meski tidak turun ke jalan, perjuangan mengawal nyala api demokrasi tetap akan bergelora. Lewat diskusi-diskusi, misalnya.

"Ke depan kita akan membuat event, melakukan interkoneksi kegiatan yang diinisiasi berbagai macam kelompok, ini juga jadi bagian dari proses pendidikan kritis warga sehingga kita jadi warga dan rakyat progresif, tidak tinggal diam, dan melakukan perlawanan," pungkasnya.




(ahr/apl)

Hide Ads