Jet pribadi adalah moda transportasi udara elit yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu. Sama seperti pesawat komersial, jet pribadi juga menyebabkan polusi udara. Namun, seberapa banyak polusi udara jet pribadi?
Menurut informasi dari Simple Flying, penggunaan jet pribadi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, utamanya usai Pandemi COVID-19 menyerang. Pasalnya, pembatasan pesawat komersial menyebabkan sejumlah penumpang memilih untuk memakai jet pribadi sebagai moda transportasinya.
Data menunjukkan, jet pribadi paling banyak terdaftar di Amerika Serikat. Bahkan, jumlahnya mencapai 15.000 unit atau sekitar 67% dari total seluruh jet pribadi di seluruh dunia. Setelah AS, Brazil dan China menduduki urutan kedua dan ketiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyaknya jumlah jet pribadi membuka satu pertanyaan baru yang menarik. Berapa banyak polusi udara yang disebabkan oleh transportasi serba mewah satu ini? Apakah jumlahnya melebihi polusi pesawat komersial? Berikut penjelasannya.
Polusi Udara Jet Pribadi
Dirangkum dari Airport Technology, jet pribadi menghasilkan emisi karbon per penumpang yang lebih tinggi dibandingkan penerbangan komersial. Data dari laporan European Federation for Transport and Environment tahun 2021 menunjukkan, polusi jet pribadi lebih tinggi 5-14 kali dibanding penerbangan komersial.
Bila disandingkan dengan kereta api, angkanya menjadi jauh lebih besar lagi, yakni 50 kali. Selain itu, ditinjau dari segi jumlah karbon dioksida yang dihasilkan, rata-rata perjalanan jet pribadi mengeluarkan angka CO2 yang sama dengan sebuah mobil berbahan bakar bensin yang pergi dari Paris ke Roma sebanyak 16 kali!
Faktanya, beberapa jet pribadi diketahui mengeluarkan hingga 2 ton karbon dioksida per jam. Sebagai pembanding, di negara-negara maju, rata-rata produksi karbon dioksida per orang per tahunnya adalah sebesar 8,2 ton!
Dikutip dari Euro News, dalam tiga tahun terakhir, jet pribadi menghasilkan total 5,3 juta ton karbon dioksida. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan karbon dioksida yang dihasilkan Uganda, sebuah negara berpenduduk sekitar 46 juta orang, selama setahun.
Efek Emisi Karbon Dioksida
Disadur dari Environmental and Energy Study Institute, karbon dioksida adalah komponen terbesar emisi pesawat terbang. Setelah keluar dari pesawat, emisi CO2 yang dapat hidup lama berpotensi menjadi gas rumah kaca.
Sekitar 30 persen dari jumlah CO2 yang ada akan dikeluarkan dari atmosfer secara alami selama 30 tahun. 50 persen lainnya akan menghilang perlahan-lahan selama ratusan tahun. Adapun 20 persen sisanya akan tetap berada di atmosfer selama ribuan tahun.
Dikutip dari Our World In Data, emisi karbon dioksida adalah pendorong utama perubahan iklim global (climate change). Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim, emisi karbon dioksida harus segera dikurangi.
Menurut uraian dari laman resmi United Nations, perubahan iklim akan menyebabkan sejumlah dampak negatif. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Temperatur yang Lebih Panas
Dengan terus meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, suhu permukaan global akan terus naik. Suhu tinggi akan menyebabkan sejumlah penyakit yang berhubungan dengan panas. Selain itu, kebakaran hutan juga dapat tersulut dengan lebih mudah.
2. Badai yang Lebih Buruk
Suhu yang lebih panas menyebabkan lebih banyak uap air menguap. Hal ini memperburuk curah hujan ekstrem dan banjir yang dapat menyebabkan badai perusak. Di samping itu, badai-badai tropis yang butuh air hangat seperti siklon dan topan akan lebih sering terjadi.
3. Kekeringan Meningkat
Pemanasan global mengubah jumlah ketersediaan air sehingga menjadi semakin langka di pelbagai wilayah. Kekeringan dapat merusak pertanian dan memengaruhi kerentanan ekonomi. Tak hanya itu, kekeringan juga berpotensi menimbulkan badai pasir dan debu yang merusak.
4. Risiko Kesehatan Naik
Perubahan iklim adalah ancaman kesehatan terbesar yang dihadapi manusia. Hadirnya polusi udara, penyakit, cuaca ekstrem, tekanan mental, dan lain sebagainya menjadi faktor terenggutnya nyawa sekitar 13 juta orang setiap tahunnya.
5. Hilangnya Spesies
Seiring meningkatnya suhu, risiko kelangsungan hidup spesies darat dan laut bumi semakin memburuk. Bahkan, risikonya menjadi 1.000 kali lipat lebih besar dibandingkan pada waktu-waktu lampau. Tentu saja, beberapa dapat beradaptasi, tetapi yang lain tidak.
Singkat kata, jet pribadi yang beroperasi dengan jumlah penumpang lebih sedikit, justru menghasilkan emisi karbon dioksida lebih banyak dibanding penerbangan komersial. Padahal, emisi karbon dioksida adalah tokoh utama penyebab perubahan iklim.
Dikutip dari Sierra Club, perluasan penggunaan jet pribadi yang semakin marak perlu dipertanyakan. Pasalnya, jumlah orang yang diuntungkan sangat kecil bila dibandingkan konsekuensi global yang ditimbulkan.
Demikian penjelasan lengkap mengenai polusi udara jet pribadi dan dampaknya terhadap lingkungan. Semoga informasinya bermanfaat, ya, detikers!
(par/cln)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka