Dilansir Smithsonian Magazine, satu-satunya hewan yang suka mencari rasa panas capsaicin adalah tupai pohon china. Spesies ini memiliki nama Latin Tupaia belangeri chinensis dan termasuk dalam famili Tupaiidae.
Sejatinya, hewan ini tidak benar-benar memakan cabai. Sebabnya, cabai tidak tumbuh secara alami di habitat tupai pohon china. Alih-alih, spesies satu ini mengonsumsi Piper boehmeriaefolium, tumbuhan yang menghasilkan banyak capsaicinoid, senyawa pedas pada cabai.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai hewan unik satu ini? Di bawah ini telah detikJogja siapkan penjelasan lengkapnya.
Sekilas tentang Tupai Pohon China
Disadur dari laman Global Biodiversity Information Facility (GBIF), klasifikasi hewan yang biasa dikenal dengan nama northern three shrews ini adalah:
- Kingdom: Animalia
- Phylum: Chordata
- Class: Mammalia
- Order: Scandentia
- Family: Tupaiidae
- Genus: Tupaia Raffles
- Species: Tupaia belangeri
- Subspecies: Tupaia belangeri chinensis
Lebih lanjut, dilihat dari laman India Biodiversity, hewan ini dapat hidup selama 9 hingga 12 tahun dalam penangkaran. Ia memiliki panjang tubuh 160-230 mm, ekor 150-200 mm, telinga 15-20 mm, kaki belakang 38-45 mm, dan berat sekitar 160-200 gram.
Ditinjau dari segi ekologi, tikus pohon china cenderung mendiami wilayah beriklim tropis yang terletak dekat garis khatulistiwa dibanding daerah beriklim dingin. Karena sifatnya yang teritorial, dalam satu wilayah diasumsikan hanya dihuni 1 jantan dan 1 betina dewasa.
Meskipun tinggal di wilayah yang sama, kedua tupai tersebut tidak mencari makan bersama. Keduanya hanya berinteraksi untuk tujuan reproduksi saja. Meski bersifat teritorial sebagaimana telah disebut sebelumnya, tupai pohon china akan menoleransi kehadiran lawan jenis dalam wilayahnya.
Apakah Tupai Pohon China Tidak Merasa Pedas?
Disarikan dari National Geographic, Yalan Han, seorang dari University of Chinese Academy of Sciences, melakukan penelitian tentang kebiasaan aneh hewan satu ini. Para ilmuwan menangkap lima tupai pohon china dan enam tikus liar serta menyiapkan sejumlah Piper boehmeriaefolium.
Selanjutnya, para ilmuwan mensintesis capsaicin dari tanaman tersebut dan menyuntikkannya pada kedua kelompok mamalia yang telah disebut. Tujuannya adalah mengukur respons rasa sakit hewan dengan mengamati seberapa sering tempat suntikan dijilati.
Hasilnya, tikus liar lebih banyak menjilati bekas suntikan ketimbang tupai pohon china. Ketika otak kedua tipe mamalia ini diteliti, ditemukan hilangnya satu asam amino yang memungkinkan si tupai untuk memakan makanan pedas tanpa merasa sakit.
Hasil penelitian dalam jurnal PloS Biology menemukan, tupai pohon china tidak terlalu merasakan sensasi terbakar akibat mutasi pada saluran ion TRPV1 atau juga dikenal sebagai reseptor capsaicin.
Biarpun jumlah saluran ion TRPV1 pada tikus tanah dan tupai pohon china sama, satu asam amino hilang pada reseptor tupai pohon. Hal ini menyebabkan capsaicin susah terhubung dengan reseptor penanda sakit yang pada gilirannya, membuat si tupai bisa mengunyah cabai sesuka hati.
Simbiosis Mutualisme antara Tupai Pohon China dengan Kantong Semar
Menurut informasi dari laman Australian Geographic, tidak hanya suka makan cabai, tupai pohon china juga dikenal tidak takut pada tumbuhan kantong semar. Padahal, kantong semar terkenal sebagai tumbuhan karnivora besar yang bisa melumat hewan pengerat kecil.
Bagaimana bisa? Ternyata, tupai pohon china memiliki hubungan spesial dengan tumbuhan satu ini. Hewan pengerat berukuran kecil ini akan mengonsumsi nektar manis yang disediakan kantong semar. Sebagai balasan, kotoran penuh nutrisi dari tupai membantu tumbuh kembang si kantong semar.
Demikian penjelasan mengenai satu-satunya hewan yang suka sensasi pedas, tupai pohon china. Semoga menjadi pengetahuan baru yang berharga bagi detikers!
(sto/cln)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa