Belakangan ini, biarpun musim kemarau sedang berjalan, beberapa wilayah merasakan udara dingin yang menusuk tulang pada malam hari. Bagaimana bisa? Berikut ini penjelasan mengenai alasan suhu dingin saat musim kemarau.
Dilansir laman resmi Universitas Gadjah Mada, suhu dingin pada bulan kemarau disebut dengan fenomena bediding. Kata ini berasal dari istilah Jawa, bedhidhing, yang berarti dingin pada saat kemarau sebagaimana makna dalam Kamus Besar Jawa-Indonesia.
Fenomena bediding bukanlah hal yang jarang terjadi dan tidak menutup kemungkinan intensitas dan frekuensinya bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung faktor cuaca dan iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab Fenomena Bediding
Dikutip dari laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo, fenomena bediding terjadi akibat pergerakan angin musim dingin dari wilayah Australia yang tengah mengalami musim dingin. Angin dari Australia ini biasa disebut muson atau monsoon.
Angin muson atau angin musim adalah gerakan massa udara yang terjadi disebabkan perbedaan tekanan antara daratan dan lautan. Untuk wilayah tropis, angin muson dipengaruhi perbedaan sinar matahari.
Disadur dari buku Lingkungan Abiotik oleh Sucipto Hariyanto, selain kontribusi dari angin muson Australia, pada musim kemarau, uap air di atmosfer sangat sedikit sehingga awan yang terbentuk pun juga sedikit. Hal ini menyebabkan langit begitu cerah, dalam artian, tidak berawan.
Dari pagi hingga siang, sangat sedikit atau bahkan tidak ada awan yang bisa menghalangi sinar matahari sampai ke bumi. Alhasil, tenaga panas yang diterima bumi dan atmosfer juga sangat banyak sehingga menyebabkan udara panas.
Sebaliknya, ketika malam tiba, langit yang cerah tanpa awan menyebabkan tidak adanya hambatan bagi radiasi panas bumi untuk lepas ke ruang angkasa. Akibatnya, atmosfer akan menyimpan sangat sedikit panas yang pada gilirannya menyebabkan udara malam hari musim kemarau begitu dingin.
Penyebab lain dari suhu dingin dalam fenomena bediding adalah posisi matahari. Letaknya yang berada di posisi terjauh bagian utara garis khatulistiwa menyebabkan bumi sebelah utara menjadi lebih panas. Sebaliknya, bumi bagian selatan juga menjadi lebih dingin.
Di Mana dan Kapan Fenomena Bediding Terjadi?
Dirangkum dari laman resmi Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan, fenomena bediding umum terjadi di wilayah Indonesia dekat khatulistiwa hingga bagian utara. Artinya, wilayah-wilayah seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), maupun Sumatera akan terdampak.
Pada wilayah-wilayah tersebut, selain suhu dingin yang terjadi pada malam hingga pagi hari, suhu di siang hari akan terasa lebih rendah dari suhu udara pada bulan lainnya. Hal ini disebabkan udara dingin dari muson Australia lebih dominan memengaruhi penurunan suhu udara dibandingkan sinar matahari yang bersinar terang.
Bulan Juli adalah puncak musim dingin di Australia. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia mengakibatkan pergerakan massa udara dari Negeri Kangguru tersebut ke Indonesia.
Pergerakan udara yang dikenal dengan nama monsoon dingin Australia ini akan bergerak melewati perairan Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin. Akibatnya, beberapa wilayah Indonesia, utamanya yang ada di selatan khatulistiwa mendapat suhu dingin.
Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwasanya Juli adalah satu dari sekian bulan yang dimungkinkan terjadi fenomena bediding. Selain Juli, selama periode puncak musim kemarau, yakni antara Juli-September, suhu dingin diperkirakan juga akan dirasa.
Demikian penjelasan fenomena bediding yang menyebabkan suhu udara sangat dingin saat musim kemarau. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
(par/apu)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas